Kemarau panjang di Kaltara, warga mesti jalan 4 hari beli sembako
Merdeka.com - Kabupaten Malinau di Provinsi Kalimantan Utara tengah dilanda kemarau berkepanjangan. Buat membeli sembako, warga di dua kecamatan, Pujungan dan Bahau Ulu, harus berjalan empat hari menyusuri sungai di Kabupaten Bulungan.
Minimnya stok sembako di kedua kecamatan itu berakibat harga sembako melonjak. Keterangan diperoleh, Sungai Bahau di Kabupaten Malinau mengering akibat kemarau. Warga biasanya membeli sembako di desa di Bulungan, lantaran jaraknya lebih dekat, menggunakan perahu panjang. Akibat permukaan sungai mengering, warga menjadi kesulitan.
Dikonfirmasi merdeka.com, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Malinau, Elisa, membenarkan kemarau berkepanjangan mengakibatkan warga di 2 kecamatan itu, kesulitan mendapatkan sembako. Dikatakan Elisa, warga menggantinya dengan menggunakan transportasi perahu kecil.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Apa saja yang terdampak kekeringan? Berdasarkan data yang dihimpun BPBD, dari 14 kapanewon terdapat 55 kelurahan yang berpotensi terdampak.
-
Kenapa sungai di Banyumas kering? Di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, air sungai jadi kering kerontang akibat musim kemarau.
-
Apa yang terjadi akibat kekeringan? Sudah sebulan ini warga Desa Petir harus berjuang mendapatkan air bersih.
"Sungai dangkal, banyak jeram. Jadi, warga di dua kecamatan itu, misal di desa Long Alango Bahau Ulu, menarik kapal berjalan menelusuri sungai ke Bulungan, beli sembako. Kalau perjalanan lancar, bisa 4 hari berjalan menarik perahu ke Bulungan," kata Elisa, Senin (14/3).
Satu perahu kecil pun, menurut Elisa, hanya sanggup memuat 150 kilogram sembako. Sulitnya mendapatkan sembako, menyebabkan harganya dan bahan bakar minyak (BBM) melonjak.
"Bensin sekarang Rp 30 ribu per liter. Itu pun terbatas, untuk bensin motor berkebun dan ke ladang," ujar Elisa.
Hingga siang tadi, menurut Elisa, Pemkab Malinau telah mengangkut sembako menggunakan pesawat Cessna, yang mampu mengangkut hingga 760 kilogram sembako. BPBD, kata dia, bertindak sebagai pendistribusi sembako kepada warga setempat.
"Sudah kita terbangkan ke Pujungan dan Bahau Ulu. Stok sembako di kedua kecamatan itu memang sudah sangat minim, harga kebutuhan mahal," ucap Elisa.
Dari keterangan didapat BPBD Malinau, selain harga bensin Rp 30 ribu per liter dan terbatas, harga kebutuhan lainnya ikut melonjak. Antara lain seperti minyak makan Rp 150 ribu per 5 liter, gula pasir Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu per kilogram, mie instan Rp 3 ribu sampai Rp 5 ribu per bungkus, telur ayam Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu per butir, minyak tanah Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu per liter, serta garam Rp 10 ribu Rp 12 ribu per bungkus.
"Harga-harga itu berdasarkan laporan dan komunikasi kami dengan warga setempat," tutup Elisa. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Desa Sumberkare terpaksa menggunakan air sungai untuk berbagai kebutuhan.
Baca SelengkapnyaSetiap harinya puluhan ibu-ibu di Kecamatan Cikulur, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan sumber air.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaSumber air yang biasanya dimanfaatkan mendadak juga mengering sejak kemarau.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan, ratusan warga Desa Sukagalih, Jonggol, Bogor terpaksa memenuhi kebutuhan air dengan mengandalkan aliran Sungai Cihoe.
Baca SelengkapnyaSumur ini jadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau berkepanjangan membuat aliran Sungai Citarum mengalami kekeringan parah.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaPendistribusian air bersih ini, lanjut Twedi, dilakukan atas laporan warga Cibarusah yang kesulitan mendapatkan air bersih di saat musim kemarau.
Baca Selengkapnya