Kesaksian Para Pemburu Harta Karun Kerajaan Sriwijaya
Merdeka.com - Ratusan warga dari Kecamatan Cengal, Tulung Selapan dan Sungai Menang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, berduyun-duyun memburu harta karun yang diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Kegiatan ini mereka lakukan demi menyambung lantaran harga karet sebagai mata pencarian utama anjlok.
Ratusan warga tersebut berburu di lahan pinggir milik salah satu perusahaan sawit di Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal. Desa itu sekitar dua jam dari ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor dan setengah jam dari Tulung Selapan melalui jalur sungai.
Untuk menuju lokasi perburuan, warga harus melewati jalanan tanah yang rusak dan berdebu. Terik matahari tak menyurutkan niat mereka mencari penghidupan di musim kemarau.
-
Kenapa harta karun ini dicari? Harta karun ini menjadi terkenal berkat sebuah buku teka-teki yang ditulis oleh Max Valentin dan diilustrasikan oleh Michel Becker, berjudul On the Trail of the Golden Owl, yang diterbitkan pada tahun 1993.
-
Siapa yang cari harta karun? NASA dan SpaceX bekerjasama untuk menemukan harta karun di Mars dan Jupiter.
-
Apa saja harta karun yang ditemukan di sungai? Sebuah eksplorasi arkeologi yang mengejutkan di Provinsi Sichuan, China selatan, mengungkap lebih dari 70.000 artefak berharga, termasuk emas, perak, perunggu, peralatan militer, dan simbol-simbol jabatan tinggi.
-
Di mana harta karun kuno ditemukan? Penemuan arkeologis yang menarik terjadi di Mleiha, Sharjah, Uni Emirat Arab (UEA).
-
Dimana harta karun ditemukan? Tim detektor logam dari Asosiasi Kelompok Pencarian Szczecin menemukan timbunan harta karun yang terdiri dari dolar Amerika dan rubel Rusia di hutan dekat Szczecin, Polandia.
Lokasi perburuan adalah Sungai Pelimbangan yang digali perusahaan akibat erosi. Lebarnya hanya sekitar empat meter dengan kedalaman satu meter.
Warga membawa alat seadanya, seperti cangkul, baskom plastik besar, keranjang, dan bekas botol air mineral. Untuk istirahat, warga mendirikan tenda ala kadarnya di pinggir sungai.
Menurut Herni (36), dia sudah tiga pekan memburu harta karun di beberapa lokasi, yakni di Talang Petai, Desa Sungai Jeruju, Desa Serdang, dan terakhir di Desa Pelimbangan. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai petani dan rela berpanas-panasan mencari emas atau apapun barang berharga lain karena harga karet anjlok di kisaran harga Rp6.500 per kilogram.
"Biasanya mahat (nyadap karet), harganya murah, tak cukup buat makan sebulan. Dari emas yang saya dapatkan bisa nyambung hidup," ungkap Herni kepada merdeka.com beberapa hari lalu.
Selama tiga pekan memburu, dia mengaku sudah mendapatkan beberapa jenis emas dan manik-manik. Ada emas yang berbentuk perhiasan seperti cincin, liontin, dan serpihan kecil. Sementara manik-manik beragam warna, ada yang merah, kuning, putih, hijau, hitam, dan oranye.
Emas dijual ke pedagang emas di Desa Sungai Jeruju dengan harga Rp450.000 per gram. Terkadang satu perhiasan yang dia dapatkan seberat 7 gram. Sementara manik-manik paling mahal berwarna oranye dengan harga Rp4 juta per ons.
"Seminggu kadang dapat Rp2 juta, kadang lebih. Kalau manik-manik masih saya dikumpulkan di rumah sampai satu ons agar bisa dijual," kata dia.
Selama musim kemarau, Herni masih terus menekuni memburu harga karun. Setiap pukul 07.00 WIB, dia berangkat dari rumah menuju lokasi dengan membawa bekal makanan.
"Mahat libur dulu, mumpung sungai surut cari terus. Karena kalau hujan jalan ke Sungai Pelimbangan tak bisa dilewati, lagian tempatnya itu lebak, tergenang kalau musim hujan," kata dia.
Sementara Otong (40), warga Cengal mengaku sudah tiga tahun memburu emas Sriwijaya. Selama itu, dia berhasil mendapatkan 60 cincin dan belasan guci unik. Semua cincin itu telah dijualnya dan jika ditotal sebesar Rp150 juta.
"Tidak ada yang saya simpan karena niatnya untuk dijual buat tambahan keluarga," kata Otong.
Dibanding tahun-tahun sebelumnya, Otong mengaku cukup sulit mendapatkan harta buruan di tahun ini. Hal itu karena semakin banyaknya pemburu sehingga areal pencarian menyempit.
"Kalau dulu tidak sebanyak sekarang, mungkin karena tahu dari mulut ke mulut jadi semuanya ikut mencari," ujarnya.
Dikatakannya, banyak warga yang awalnya hanya coba-coba mencari dan penasaran dengan fenomena itu. Setelah mendapatkan barang berharga, mereka akhirnya setiap hari memburu harta karun.
"Banyak cuma nonton-nonton saja, karena penasaran ikut cari juga. Tidak mungkin orang terus mencari kalau barangnya tidak ada atau tidak dapat, pasti mereka semangat mencari karena sudah membuktikannya," terang Otong.
Otong mengatakan, emas yang didapatkan terbilang memiliki kadar yang tinggi dibanding emas di masa kini. Hanya saja, motifnya belum beragam dan ukirannya terlihat kasar. "Mungkin orang zaman itu pakai alat seadanya, beda dengan motif-motif sekarang," tuturnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita penemuan harta karun bermula ketika keenam buruh sedang menggali tanah sawah untuk dijual sebagai tanah urug.
Baca SelengkapnyaSitus kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaPeninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca SelengkapnyaHal tersebut dilakukan masyarakat lantaran merasa resah karena belakangan sering terjadi aksi maling belakangan ini.
Baca SelengkapnyaKerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang, karena masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Baca SelengkapnyaSeorang warga pengrajin batu bata di Mojokerto, Jawa Timur tidak sengaja menemukan puluhan sumur saat mencangkul tanah.
Baca SelengkapnyaHarta karun ini ditemukan di sebuah desa kuno yang pernah hancur karena dikepung musuh.
Baca SelengkapnyaTanaman Langka Berusia 3.000 Tahun Ini Ditemukan Masih Terikat Pada Gelang Zaman Perunggu
Baca SelengkapnyaAnak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Baca SelengkapnyaTumpukan harta karun ini berasal dari tahun 1200 Sebelum Masehi (SM).
Baca SelengkapnyaPengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.
Baca SelengkapnyaHarta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004.
Baca Selengkapnya