Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Fathonah dan Tumiran Jemput Anak Semata Wayang Terjebak Lahar Panas Semeru

Kisah Fathonah dan Tumiran Jemput Anak Semata Wayang Terjebak Lahar Panas Semeru Fathonah dan Tumiran di rumahnya yang terkena abu Gunung Semeru. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Fathonah dan Tumiran berjibaku menjemput anak semata wayangnya, Bawon Triono yang sebelumnya mengabarkan kalau terjebak lahar panas gunung semeru. Keduanya bertekad untuk membawa anaknya baik dalam kondisi hidup maupun mati, bahkan siap jika memang harus mati bersama.

Awalnya usai zuhur, Luthifah menantu Fathonan menelpon sang anak yang belum pulang. Saat ditelepon mengaku bersama beberapa teman sedang terjebak banjir, sehingga belum bisa pulang.

"Sama istrinya bilang, 'Iya Dik, habis ini akan pulang, ini banyak temannya, aku gak iso liwat masih banjir," tutur Fathonah di sela mengais barang berharga di rumahnya Dusun Curah Kobokan, Supiturang, Candipuro, Lumajang saat ditemui merdeka.com.

Suasana saat itu hujan gerimis sebelum kemudian datang lava menghantam kampung Fathonah. Mereka sekeluarga bersama warga yang lain seketika mencari keselamatan masing-masing.

Menantunya, Luthifah yang tinggal bersebelahan bersama dua anaknya berusaha berlari. Sementara Fathonah dan Tumiran berlari sambil mencari satu cucunya yang sedang bermain.

Tetapi keduanya terpisah, Fathonah masuk ke rumah tetangga, sementara Tumiran berhasil masuk masjid. Mereka saat itu sedikit lega karena sudah ketemu dan berkumpul empat orang di masjid.

"Setelah ketemu dibawa ke masjid semua. Saya dan bapaknya (suami) kemudian kembali lagi mengambil tas," tuturnya.

Usai mengambil tas, keduanya memikirkan nasib anaknya yang belum ketemu. Sehingga keduanya berniat mencarinya ke arah penambangan pasir.

Keduanya akhirnya berjalan menuju arah penambangan pasir Curah Kobokan. Karena saat itu juga mendapat kabar kalau teman-teman anaknya sudah ketemu, tinggal Bawon Triono.

"Saya berangkat sendiri, sambil membawa tas. Saya jalan ke selatan, tas saya taruh di perempatan," katanya.

Nalurinya sebagai seorang ibu ternyata terbukti. Fathonah menemukan anaknya di bibir perkampungan jalan menuju pertambangan.

"Saya melihat anak saya membujur ke barat . Ya Allah, dia bilang panas-panas, kondisi sendirian," ucapnya sambil menitikkan air mata.

Saat itu anaknya meminta agar keduanya kembali saja dan merelakan sang anak mati sendiri. Tetapi keduanya tetap berusaha agar dapat mendekati sang anak.

"Wis rono Bu! Pak! Sampenyan ojok neng kene, ikhlaskan saya mati sendiri di sini," ucap Fathonah menirukan anaknya.

Tetapi tekad keduanya justru semakin kuat untuk menyelamatkan sang anak yang tinggal satu-satunya itu. Mereka berjanji akan sekuat tenaga untuk memberikan pertolongan.

"Nggak nak, aku nek gak iso nggowo awakmu aku ora bali. Aku gak balik nak. Aku gak balik nek gak balik nak!. Tenan, masi koyok opo tak gowo nak awakmu. Opo maneh urip, mati tak gowo nak. Mati wong telu gak opo-opo nek lava kene," katanya.

Kaki Fathonah baru merasakan panas dan berusaha mencari pijakan karena berusaha mendekati anaknya. Keduanya mencari apapun untuk bisa menjadi pijakan agar bisa mendekati tubuh sang anak yang lunglai.

Keduanya kemudian bersama-sama mencari sesuatu, dan mendapatkan potongan bambu (sirap) dan usuk. Saat itu dijadikan pijakan mendekati Bawon.

"Ayo Pak golek sirap, bapaknya dapat sirap 4, sementara saya menemukan kayu usuk. Kemudian digunakan pijakan," tegasnya.

Saat itu Fathonah mengaku seolah melihat keajaiban. Anaknya yang semula seolah tidak berdaya akhirnya mendadak bisa berdiri. Ia pun terus menyemangati sang anak.

"Mendadak anaknya kuat berdiri, tapi saat dipegang kesakitan. Aku tak jalan sendiri mak. Akhirnya jalan sendiri," katanya.

Saat berjalan itu, Fathonah dan suaminya berjaga di samping kiri dan kanannya bermaksud memapah. Tetapi di jalan naik, justru keduanya yang akan jatuh dan ditahan oleh tubuh anaknya.

Fathonah masih merasa aneh, karena anaknya saat itu berhasil melalui kayu yang berserakan. Bisa naik sampai ke atas hingga di perempatan yang berjarak sekitar 200 meter.

"Saat itu ada kayu banyak, anaknya bisa melalui, bisa menerobos. Tapi anehnya setelah sampai atas tidak kuat. Akhirnya ketemu air, saya kasih minum, dia minum air dua cegukan. Saya sawani, saya usapi rok saya. Saya ciumi," katanya.

"Hujan deras. Setelah itu jalan lagi sampai perempatan sudah enggak kuat. Saya berdua saja, anak saya ngeblak tapi enggak mau disentuh katanya sakit," ungkapnya.

Sesaat kemudian Tumiran yang mencari pertolongan bertemu empat orang anggota SAR. Mereka yang kemudian mengangkat tubuh anaknya menggunakan sarung dan kayu seadanya.

Baru kemudian di bawah mendapatkan tandu dan diberikan pertolongan. Bawon dibawa ke puskesmas tetapi karena kondisinya parah akhirnya dirujuk di rumah sakit.

Bawon Triyono, anak satu-satu pasangan Fathonah dan Tumiran akhirnya meninggal di rumah sakit setelah menjalani perawatan. Sebagai orang tua, keduanya telah berusaha keras untuk menyelamatkan sang, tetapi sang Pemilik Hidup sebagai penentu segalanya.

"Anak saya bukan ustaz, tapi orang baik. Kalau ada kesalahan anak saya mohon dimaafkan. Doakan anak saya Husnul Khotimah," katanya.

Kondisi rumah Fathonah dan Tumiran hancur akibat bencana Gunung Semeru. Mereka saat ini numpang di kerabat menantunya, sekaligus penguburan sang anak. Setiap malam keluarga menggelar tahlil untuk almarhum.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dasyatnya Banjir Lahar Semeru, Putus Jembatan Hingga buat Ratusan Warga Mengungsi
Dasyatnya Banjir Lahar Semeru, Putus Jembatan Hingga buat Ratusan Warga Mengungsi

Dasyatnya Banjir Lahar Semeru, Putus Jembatan Hingga buat Ratusan Warga Mengungsi

Baca Selengkapnya
Kisah Legenda Lau Kawar di Tanah Karo, Kutukan Wanita Tua yang Berujung Bencana
Kisah Legenda Lau Kawar di Tanah Karo, Kutukan Wanita Tua yang Berujung Bencana

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Desa Kawar tenggelam dan kemudian berubah menjadi danau Lau Kawar.

Baca Selengkapnya
Terjadi Getaran saat Banjir Lahar Semeru, Durasinya Sampai 5 Jam
Terjadi Getaran saat Banjir Lahar Semeru, Durasinya Sampai 5 Jam

Banjir lahar dingin Gunung Semeru menerjang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/4) malam.

Baca Selengkapnya
Material Banjir Lahar Semeru Tutup Jembatan Limpas, Aktivitas Warga Terganggu
Material Banjir Lahar Semeru Tutup Jembatan Limpas, Aktivitas Warga Terganggu

Anak-anak terpaksa digendong warga agar sepatu dan baju mereka tidak basah saat melintasi sungai Regoyo.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kondisi Banjir Menerjang Jawa Tengah Meluas Lumpuhkan Lalu Lintas Demak-Semarang hingga Jawa Timur
FOTO: Kondisi Banjir Menerjang Jawa Tengah Meluas Lumpuhkan Lalu Lintas Demak-Semarang hingga Jawa Timur

Banjir terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Wulan sehingga mengakibatkan jalan nasional jalur Demak-Semarang lumpuh total.

Baca Selengkapnya
7 Fakta Banjir Lahar Dingin di Lumajang, Warga Lari Tinggalkan Motor untuk Selamatkan Diri
7 Fakta Banjir Lahar Dingin di Lumajang, Warga Lari Tinggalkan Motor untuk Selamatkan Diri

Banjir lahar dingin Semeru terjadi sepekan terakhir. Ini fakta terbarunya.

Baca Selengkapnya
Tanah Longsor Timpa Pondok Pesantren di Karangasem Bali, Seorang Santriwati Meninggal
Tanah Longsor Timpa Pondok Pesantren di Karangasem Bali, Seorang Santriwati Meninggal

Tanah longsor menimpa Pesantren At-Taqwiim di Karangasem menyebabkan seorang santri meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka.

Baca Selengkapnya
Kisah di Balik Batu Betarup yang Melegenda di Sambas, Konon Bentuk Kutukan Warga Miskin yang Tak Diundang Pesta
Kisah di Balik Batu Betarup yang Melegenda di Sambas, Konon Bentuk Kutukan Warga Miskin yang Tak Diundang Pesta

Sekilas bentuk batu mirip atap tenda hajatan yang memanjang. Kabarnya, bentuk ini dikaitkan dengan kejadian pemilik pesta pernikahan yang mendapat kutukan.

Baca Selengkapnya
Banjir dan Tanah Longsor Landa Kota Padang, Ini 4 Faktanya
Banjir dan Tanah Longsor Landa Kota Padang, Ini 4 Faktanya

Dilanda hujan dengan intensitas tinggi, bencana banjir dan tanah longsor melanda beberapa daerah di Kota Padang

Baca Selengkapnya
Tragis, Ustaz dan Istrinya Tewas Saat Rumahnya Tertimbun Guguran Tebing Setinggi 8 Meter
Tragis, Ustaz dan Istrinya Tewas Saat Rumahnya Tertimbun Guguran Tebing Setinggi 8 Meter

Saat ini material longsor belum dibersihkan, karena butuh penanganan dari pihak terkait,.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi 'Tito Bado Odong Gahu', Ritual Adat Masyarakat Akibat Erupsi Gunung Lewotobi
Mengenal Tradisi 'Tito Bado Odong Gahu', Ritual Adat Masyarakat Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Ritual 'Tito Bado Odong Gahu' bertujuan mengusir segala hal negatif akibat erupsi besar Gunung Lewotobi Laki-laki yang dampaknya semakin terasa ke masyarakat.

Baca Selengkapnya
Cerita Suster Marieta Ungsikan Anak-Anak saat Material Vulkanik Gunung Lewotobi Terjang Asrama
Cerita Suster Marieta Ungsikan Anak-Anak saat Material Vulkanik Gunung Lewotobi Terjang Asrama

Sejauh ini ada 10 korban jiwa akibat erupsi gunung api tersebut.

Baca Selengkapnya