Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Juru Parkir di Solo Rawat Anak-anak Penderita HIV/AIDS yang Ditolak Keluarga

Kisah Juru Parkir di Solo Rawat Anak-anak Penderita HIV/AIDS yang Ditolak Keluarga Puger Mulyono. ©2019 Merdeka.com/Arie Sunaryo

Merdeka.com - Di dunia ini barangkali tak banyak orang yang rela berkorban, demi kemanusiaan, namun juga dengan penuh tantangan dan resiko. Meluangkan banyak waktu untuk merawat puluhan anak dengan HIV/AIDS, yang selama ini tersisihkan oleh warga masyarakat umumnya.

Puger Mulyono, seorang juru parkir di Purwosari, Solo, bersama Yunus Prasetyo temannya, warga Kelurahan Sondakan RT 02 RW 01 itu mendirikan sebuah panti asuhan bernama Yayasan Lentera Surakarta yang dikhususkan untuk anak-anak pengidap HIV/AIDS.

"Saya mendirikan Yayasan Lentera ini karena saya kasihan melihat anak-anak yang menderita HIV/AIDS. Mereka ditolak di mana-mana," ujar Puger, saat ditemui merdeka.com, Rabu (20/11).

Mengabadikan diri untuk anak dengan HIV/AIDS memang menjadi komitmen bapak empat anak ini. Meski dia bukan berasal dari kalangan berada namun itu tak menghalanginya untuk terus peduli pada sesama. Puger mengaku mulai akrab dengan anak-anak dengan HIV/AIDS sejak bergabung di Yayasan Sosial Mitra Alam tahun 2006. Selanjutnya, tepatnya pada tahun 2013 ia bersama beberapa temannya secara mandiri mendirikan Yayasan Lentera.

Rumah bagi Anak-anak Penderita HIV/AIDS

Yayasan Lentera merupakan rumah bagi anak-anak penderita HIV/AIDS yang selama ini tersisihkan dari lingkungan tempat mereka tinggal. Pada tahun 2012, ia memperoleh informasi ada seorang bayi di RSUD dr Moewardi Solo yang positif menderita penyakit tersebut. Karena kasihan dan tidak ada yang mau merawat, hatinya tergerak

"Karena tidak ada yang merawat, akhirnya saya bawa pulang dan merawat anak itu, seperti anak saya sendiri," katanya.

Peristiwa serupa kembali terulang pada tahun 2013. Saat itulah, ia bersama beberapa teman berinisiatif mendirikan Yayasan Lentera ini. Hingga saat ini sudah ada sekitar 57 anak yang dirawat oleh yayasan tersebut. Namun saat ini yang tersisa hanya 33 anak.

Menurut Puger, Yayasan Lentera saat ini sudah menjadi semacam rujukan. Dari 57 anak tersebut tak hanya diambil oleh Puger dari lingkungan mereka tinggal. Akan tetapi juga ada yang dirujuk oleh Dinas Sosial dari beberapa Pemda. Satu anak di antaranya bahkan berasal dari Papua.

"Sebagian besar memang sudah tidak lagi bertemu dengan keluarga. Hanya beberapa anak yang dijenguk oleh keluarganya. Ada yang neneknya masih sering ke sini, kalau orang tua mereka kan sudah meninggal karena AIDS. Jadi mereka ini sudah yatim piatu," terangnya.

Anak-anak Penderita HIV/AIDS Disingkirkan Keluarga Sendiri

Puger menyampaikan banyak suka duka selama bersama anak dengan HIV/AIDS. Tak sedikit kejadian menyentuh saat menjemput anak-anak tersebut dari lingkungan mereka tinggal. Apalagi mereka ini tak hanya disingkirkan oleh para tetangga tetapi juga oleh keluarga mereka sendiri.

puger mulyono di yayasan lentera

2019 Merdeka.com/Arie Sunaryo

"Ada yang tidak boleh masuk rumah dan disuruh tinggal di kandang ayam, ada yang barang-barangnya dibakar sama warga, bahkan ada yang tidak berani keluar rumah karena setiap dia keluar rumah langsung dilempari warga," bebernya.

Sedangkan untuk tantangan terberat yang dihadapi adalah ketika anak-anak ini berada pada masa paliatif. Yakni saat di mana mereka membutuhkan perawatan intensif dari pendampingnya.

"Ketika paliatif 100 persen aktivitasnya bergantung pada orang lain, mulai dari minum obat sampai buang air besar dan kecil," jelasnya.

Sedangkan kejadian yang paling menyedihkan adalah ketika anak-anak ini tidak bisa bertahan dan akhirnya menyerah pada penyakitnya alias meninggal dunia. Selama ini, dikatakannya, bagi keluarga yang masih peduli maka jenazah anak dikembalikan ke keluarganya untuk selanjutnya dimakamkan.

Namun untuk keluarga tidak mau atau asal-usulnya tidak jelas maka ia dan para pengurus Yayasan Lentera yang melaksanakan upacara pemakaman.Sejak tahun 2014 hingga saat ini, lanjut dia, sudah ada 12 anak yang meninggal dunia.

Berdasarkan catatan yang dimilikinya, penghuni termuda di yayasan tersebut masih berusia 5 bulan. Sedangkan yang paling dewasa berusia 15 tahun.

Dukungan Keluarga

Puger mengaku senang, langkah yang dilakukannya tersebut memperoleh dukungan penuh dari keluarga karena aksi kemanusiaannya ini. Bahkan istri dan keempat anaknya sering ikut membantu merawat anak-anak dengan HIV /AIDS.

"Mereka tidak takut, malah kadang ikut memandikan dan mengajak anak-anak bermain," katanya lagi.

Untuk operasional Yayasan yang ada di kawasan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bakti, Jebres tersebut tentu tidak sedikit. Selain bantuan dari Kementerian Sosial, ia lebih banyak mengandalkan uluran tangan dari donatur.

"Kalau Pemerintah Kota Solo sudah membantu kami memberikan tempat ini," ucapnya.

Disinggung mengenai keinginannya ke depan, Puger berharap bisa berdiri yayasan-yayasan lain serupa dengan Lentera sehingga anak-anak dengan HIV/Aids yang selama ini termarginalkan menjadi terlindungi dan memiliki kehidupan yang lebih baik.

"Sedihnya kalau merawat mereka yang sakit, kemudian meninggal, sedih banget, karena mereka sudah seperti anak kita sendiri. Sukanya kalau melihat mereka tersenyum, cerita, lincah itu senang banget. Berarti anak ini butuh perhatian, butuh kasih sayang yang jarang mereka dapatkan," pungkas dia.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Merdeka Awards 2023: Kisah Puger Sang Mantan Juru Parkir Pelindung Anak-Anak Pengidap HIV/AIDS
Merdeka Awards 2023: Kisah Puger Sang Mantan Juru Parkir Pelindung Anak-Anak Pengidap HIV/AIDS

Puger Mulyono pendiri Lentera Surakarta menerima penghargaan Merdeka Awards 2023

Baca Selengkapnya
Ketika Dokter Belanda Enggan Obati Pribumi yang Terjangkit Wabah, Sosok Ini Datang jadi Pahlawan
Ketika Dokter Belanda Enggan Obati Pribumi yang Terjangkit Wabah, Sosok Ini Datang jadi Pahlawan

Penyakit pes pernah melanda Jawa pada awal abad ke-20, dr Cipto Mangunkusumo adalah pahlawan karena mengobati pribumi yang terjangkit penyakit pes.

Baca Selengkapnya
Momen Menyedihkan Pasien Lansia Dirawat di RS Tak Ada Keluarga yang Menemani, Sampai Tandatangan Operasi Dilakukan Sendiri
Momen Menyedihkan Pasien Lansia Dirawat di RS Tak Ada Keluarga yang Menemani, Sampai Tandatangan Operasi Dilakukan Sendiri

Ada momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.

Baca Selengkapnya
Kisah Haru Pak Slamet, Juru Parkir yang Alami Tubuh Kaku Tapi Harus Tetap Bekerja untuk Keluarga
Kisah Haru Pak Slamet, Juru Parkir yang Alami Tubuh Kaku Tapi Harus Tetap Bekerja untuk Keluarga

Setelah diperiksa, ternyata Pak Slamet didiagnosa terkena stroke.

Baca Selengkapnya
Ikhlas Urus ODGJ, Keluarga Aipda Purnomo Tuai Keberkahan Hidup 'Utang Lunas dan Berangkat Umrah'
Ikhlas Urus ODGJ, Keluarga Aipda Purnomo Tuai Keberkahan Hidup 'Utang Lunas dan Berangkat Umrah'

Kisah Aipda Purnomo, polisi yang gemar urus ODGJ ngaku selalu dapat keberkahan hidup.

Baca Selengkapnya
Senang Berbagi, Ini Sosok Polisi yang Tiba-tiba Hampiri Guru Wali Kelasnya Dulu untuk Beri Hadiah Umrah
Senang Berbagi, Ini Sosok Polisi yang Tiba-tiba Hampiri Guru Wali Kelasnya Dulu untuk Beri Hadiah Umrah

Polisi ini juga merawat ODGJ hingga bantu warga terkena musibah

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Empat Bocah Ditinggal Ibunya Wafat, Beruntung Sosok 'Malaikat' Berseragam jadi Ortu Asuhnya
Kisah Pilu Empat Bocah Ditinggal Ibunya Wafat, Beruntung Sosok 'Malaikat' Berseragam jadi Ortu Asuhnya

Berikut kisah pilu empat bocah yang ditinggal ibunya wafat kini diasuh oleh sosok berseragam.

Baca Selengkapnya
Kisah Sang 'Suster Apung' yang Tetap Mengabdi Meski Sudah Pensiun, 40 Tahun Lebih Naik Kapal Kecil Keliling Pulau Terpencil Demi Obati Orang
Kisah Sang 'Suster Apung' yang Tetap Mengabdi Meski Sudah Pensiun, 40 Tahun Lebih Naik Kapal Kecil Keliling Pulau Terpencil Demi Obati Orang

Andi Rabiah atau yang dikenal dengan sebutan Suster Apung setia naik kapal kecil keliling pulau terpencil demi obati orang.

Baca Selengkapnya
Cerita Istri Aipda Purnomo Satu Rumah Dengan ODGJ Banyak yang Aneh Kelakuannya 'Kamu Sayang Gak Sama Istri'
Cerita Istri Aipda Purnomo Satu Rumah Dengan ODGJ Banyak yang Aneh Kelakuannya 'Kamu Sayang Gak Sama Istri'

Sosok Aipda Purnomo belakangan menjadi sorotan usai memiliki 'hobi' unik merawat orang terlantar dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Baca Selengkapnya
Heroik! Aipda Johanis Selamatkan Warga Pedalaman Alami Pendarahan, Tak Gentar Jajal Medan Terjal & Arus Sungai Deras
Heroik! Aipda Johanis Selamatkan Warga Pedalaman Alami Pendarahan, Tak Gentar Jajal Medan Terjal & Arus Sungai Deras

Aipda Lerrik langsung mengambil mobil pribadinya jenis 4x4 untuk menembus jalur Amfoang yang sulit lalui di saat musim hujan

Baca Selengkapnya
Pecah Ombak dan Terjang Badai, Begini Perjuangan Nakes yang Antar Pasien ke RS dengan Naik Perahu
Pecah Ombak dan Terjang Badai, Begini Perjuangan Nakes yang Antar Pasien ke RS dengan Naik Perahu

Sebuah video memperlihatkan nakes yang berjuang lewati badai dan ombak untuk mengantarkan pasien untuk berobat ke rumah sakit.

Baca Selengkapnya