Kisah pengukir seni kayu di Bali puluhan tahun setia pada profesinya
Merdeka.com - Di sepanjang jalan berpaving di Pantai Mertasari, Denpasar Selatan, berderet puluhan Art Shop yang menjajakan baju atau kerajinan khas Bali. Namun di ujung paling timur di antara deretan toko tersebut, terdapat sebuah Art Shop yang berukuran sekitar 3x4 meter yang hanya menjual kerajinan Wood Carving atau kerajinan ukiran kayu khas Bali.
Sore itu, pria paruh baya bernama Ragum (50) di depan Art Shop miliknya yang tanpa nama itu bekerja memahat batang kayu untuk membuat Patung Siwa.
Sesekali dia berhenti memahat kayu yang belum berbentuk sempurna, lalu memandang laut dan mengisap rokok di tangannya. Tak sampai hitungan menit dia kembali mengambil palu dan alat pahatnya kemudian melanjutkan pekerjaannya.
-
Dimana pria itu bekerja? Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), insiden ini dengan cepat menjadi postingan tren teratas di platform media sosial China Weibo pada tanggal 19 September.
-
Di mana patung ditemukan? Tim arkeolog dari Universitas Batman melakukan penggalian di situs bersejarah Kelenderis, terletak di Aydıncık, Provinsi Mersin, Turki.
-
Bagaimana patung itu dibuat? Patung itu berbentuk makhluk setengah manusia setengah singa yang disebut Lion Man. Ini adalah bukti paling awal yang kita miliki tentang keyakinan dan praktik, dan menunjukkan kemampuan unik manusia untuk mengkomunikasikan apa yang ada di pikiran kita melalui objek.
-
Dimana patung ditemukan? Patung kepala marmer itu ditemukan saat proyek pengerjaan Mauseloum Augustus dan Piazza Augusto Imperatore di kota Roma, di mana sisi timur area ini sedang dalam pengerjaan.
-
Dimana patung itu ditemukan? Menurut keterangan Kementerian Kebudayaan Yunani, arkeolog menemukan patung ini di dekat sebuah kuil.
-
Siapa yang menemukan patung itu? Arkeolog dari Universitas Istabul, Nemci Karul, menemukan sebuah patung manusia kuno yang diperkirakan berusia 11.000 tahun di Karahan Tepe, Turki.
"Saya sudah sejak umur 15 tahun kerja memahat dan mengukir kayu. Saya tahu kerja ini dari orangtua, sudah turun-menurun," ucap pria asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali ini, Kamis (23/8).
Pemahat kayu di Pantai Mertasari Denpasar ©2018 Merdeka.com/Moh Kadafi
Ragum sudah puluhan tahun menekuni sebagai pengrajin ukiran kayu. Hari-harinya dia habiskan untuk memahat dan mengukir kayu. Hasil karyanya sudah tak terhitung, hal itu bisa dilihat di dalam Art Shop miliknya, ribuan karyanya yang dipajang dan digantung dengan rapi.
Jika dilihat hasil karyanya pun beraneka ragam bentuk. Mulai dari ukiran Patung Budha, Patung Garuda Wisnu Kencana, hingga yang berbentuk binatang, seperti burung Garuda, Naga, Komodo dan masih banyak lainnya.
"Kalau yang saya buat sudah tidak tahu ada berapa, sudah banyak. Saya bikin saja buat koleksi kesenian saya. Kalau bahan kayunya saya dapat dari sini (Bali), ada Mahoni, Jati dan banyak juga kayu yang lain," imbuhnya.
Untuk proses ukiran kayu, awalnya dia memahat sesuai dengan bentuk yang ingin dibuatnya. Selanjutnya setelah terbentuk, dia mulai mengukir agar terlihat jelas patung tersebut. Usai diukir, patung tersebut diamplas agar serat kayu yang kasar menjadi halus dan proses terakhir disemir mengkilat.
Pemahat kayu di Pantai Mertasari Denpasar ©2018 Merdeka.com/Moh Kadafi
Dalam sebulan, Ragum mengatakan, bisa membuat kesenian ukirnya sebanyak 5 buah. Namun, jika membuat patung Garuda Wisnu Kencana atau patung lainnya lebih lama karena proses mengukirnya yang lumayan sulit.
"Kalau barang-baranya tidak rumit seperti buat binatang iya bisa tiga hari baru selesai. Kalau yang lainnya seperti patung unik bisa sebulan baru dapat 5 buah," ujar Ragum.
Setiap harinya, hasil karya Ragum yang dipajang dalam Art Shop ada saja yang dibeli oleh para turis. Untuk kisaran harga karya seni ukirnya bervariasi mulai dari harga Rp 200 ribu sampai Rp 6 juta. Tergantung ukuran kecil besarnya dan unik atau rumitnya ukiran tersebut.
"Kalau peminatnya ada saja dari bule-bule itu, iya ada dari Jerman, Australia Inggris. Kalau bule Belanda itu sukanya patung Buddha, kalau bule Perancis suka beli bentuk binatang seperti Komodo," tutupnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari keterampilannya ini, rata-rata ia mampu mengumpulkan cuan hingga Rp5 juta per bulannya.
Baca SelengkapnyaDdi tangan santri ini daun jati jadi sumber cuan. Ia membuat lukisan dari daun jati bernilai seni tinggi.
Baca SelengkapnyaBejo Wage Suu pada awalnya merupakan seorang teknisi bengkel yang belajar seni liping secara otodidak
Baca SelengkapnyaBudi menjual anyaman atap ilalang buatannya yang berukuran sekitar 2,5 meter x 1,5 meter seharga Rp 15 ribu per lembar.
Baca SelengkapnyaDua pria yang sudah tak muda ini harus mengangkat kayu puluhan kilo setiap hari hanya untuk mendapatkan bayaran Rp50 ribu.
Baca SelengkapnyaWalaupun tidak seramai dulu, abah Djani tetap setia menjadi pembuat wayang golek Purwakarta
Baca SelengkapnyaMbah Man sendiri sudah berpengalaman selama puluhan tahun dalam pemugaran candi.
Baca SelengkapnyaFatah Hasan (20) mengaku belajar membuat kerajinan dari sosok ayahnya.
Baca SelengkapnyaPria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
Baca SelengkapnyaNenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan beberapa pria yang rela bekerja di bawah tanah membuat pawon demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Baca SelengkapnyaSempat viral patung Bung Karno di Banyuasin yang tembem dan gempal. Kini sudah berubah bentuk berkat pemahat ini.
Baca Selengkapnya