Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Trauma Anak-anak Pengungsi Wamena dan Nasib Pendidikan Mereka

Kisah Trauma Anak-anak Pengungsi Wamena dan Nasib Pendidikan Mereka Korban kerusuhan di Wamena. ©2019 Merdeka.com/Darmadi Sasongko

Merdeka.com - Minggu (6/10), saya berkirim pesan WA (WhatApp) kepada Ibu Friska Sitohang, perantau asal Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang menjadi korban kerusuhan Wamena. Sekadar bertanya tentang kabar, setelah sebelumnya sempat mewawancarai ketika baru tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrahman Saleh Malang, Rabu (2/10) lalu.

Ibu Friska menempuh perjalanan panjang dari Wamena ke tanah kelahirannya, Desa Lawe Sigala Timur, Kecamatan Lawe Sigala Gala, Aceh Tenggara, Nangroe Aceh Darusalam (NAD). Ia bersama dua anak serta adik perempuannya mengungsi dengan pesawat Hercules C-130 milik TNI Angkatan Udara (AU) ke Malang.

Ikut lega rasanya, saat mendapat pesan balasan dari Ibu Friska, kalau sudah kembali beraktivitas bersama keluarga. Ia sudah tiba bersama dua anaknya, Natael Gultom (3,5), Nasya (8 bulan) dan Trisesi Sitohang (26), adiknya. Walaupun suaminya, Apner Gultom (33) masih menunggu giliran pulang menyusulnya.

"Sudah Pak. Suami masih di Wamena," jawab Ibu Friska dalam dua pesannya, Minggu (6/10).

Dua hari berturut-turut saya meliput kedatangan para perantau yang terpaksa harus pulang akibat kerusuhan Wamena. Mereka sebelumnya tinggal dalam penampungan pengungsian setelah berhasil menyelamatkan diri dari para perusuh.

Saya menyaksikan wajah lelah dan lusuh melewati pintu belakang pesawat Hercules C-130, begitupun dari pintu tengah pesawat. Di bawah terik dan panasnya aspal landasan pesawat mereka berjalan dengan menenteng barang bawaan. Semua yang saya wawancarai merasakan trauma atas kerusuhan Senin siang itu.

Hari pertama, Rabu (2/10) sebanyak 120 orang pengungsi di antaranya 15 anak tiba di Lanud Malang. Kemudian keesokan harinya, Kamis (3/10) kembali datang sebanyak 107 pegungsi dan 14 orang di antaranya anak-anak. Di antara anak-anak, termasuk masih dalam gendongan ibunya.

Ya, anak-anak memang mengikuti ke manapun pergi para orang tuanya bahkan ikut merasakan kesedihan, kekhawatiran bahkan ketakutan bersama. Sementara di antara nara sumber yang saya wawancarai adalah Ibu Frisca yang saat itu mengusik perhatian.

Ibu Frisca dalam barisan pengungsi perempuan lain, berjalan bersama anak balita di sampingnya. Saya juga melihat seorang perempuan lain yang mendekap bayi di gendongan dengan didampingi suaminya.

Usai proses pendataan di Kantor Bakorwil Malang, keesokan harinya saya sempat mencari informasi keberadaan Ibu Frisca lewat beberapa orang teman. Namun dipastikan sudah berangkat meninggalkan Malang menuju Aceh.

Belakangan saya baru mengetahui, kalau Ibu Friska ternyata masih di Malang dan tengah proses persiapan tiket pesawat terbang. Dua malam tinggal di Malang, sebelum keesokan paginya melanjutkan perjalanan dengan akomodasi dari Pemprov Jawa Timur.

Nasi Kotak untuk Bayi 8 Bulan

Lewat Iqrok Wahyu Perdana, seorang relawan ACT Malang, saya mendapat cerita selama proses pendampingan Ibu Frisca dan keluarganya. Termasuk kisah keterpaksaan memberikan asupan gizi dari 'nasi kotak' untuk bayi Nasya yang baru berusia 8 bulan.

Baru setelah tiba di Malang, Nasya yang kondisinya sempat menurun mendapatkan asupan gizi dari bubur bayi. Karena memang semuanya dirasa serba darurat dan dalam kondisi serba keterpaksaan.

"Kalau kakaknya relatif tidak ada persoalan, bisa langsung berkomunikasi dan bermain," kisah Iqrok.

Iqrok selaku Senior Staff of Humanity Program, juga memberikan aksi dukungan psikososial kepada anak-anak pengungsi yang tiba di Malang. Puluhan anak berusia pendidikan dasar (SD) diajak bermain guna menumbuhkan motivasi hidup.

Kata Iqrok, di antara anak-anak memang dirasakan masih menyimpan kisah dari kejadian yang pernah disaksikan dalam kerusuhan Wamena. Salah seorang anak, dicontohkan, seorang anak menggambar rumahnya yang terbakar ketika diajak bermain alat tulis.

"Saat ditanya katanya itu rumahnya yang dibakar orang," katanya.

Iqrok melihat memang masih dibutuhkan pendampingan untuk anak-anak tersebut setelah sampai di tujuan masing-masing. Tetapi memang tergantung Pemda masing-masing dalam memberikan treatment, termasuk urusan sekolahnya.

Urusan sekolah, saya juga sempat mendengar percakapan pendek seorang pengungsi dengan polisi yang mengajaknya berdialog. Saat itu Polwan Polres Malang sengaja diturunkan guna ikut meringankan beban para pengungsi yang datang di Lanud Malang.

"Alhamdulillah, tinggal sekolahnya nanti bagaimana," jawab seorang pengungsi, saat seorang anggota polisi menyambut dan menyapa seorang pria paruh baya tersebut.

Cerita Bu Frisca dan beberapa orang yang saya wawancarai, merekam kekhawatiran para orang tua yang masih harus memikirkan sekolah anak-anaknya. Karena memang sebagian tidak membawa KTP maupun bukti administrasi lainnya.

Tetapi saya yakin, semua itu akan diselesaikan segera oleh pemerintah daerah masing-masing. Semoga anak-anak segera bisa bersekolah kembali di rumah tujuan masing-masing, sekaligus secara berlahan menyembuhkan trauma.

Syukur kalau secara sistematis dilakukan pendampingan, sehingga segera tumbuh semangat dan hidup baru. Sehingga tidak sampai berlarut-larut menerima dampak dari kemarahan dan anarkisme, perbuatan para orang dewasa

Karena sejatinya mereka tidak pernah tahu dengan urusan yang diributkan orang-orang dewasa, hingga membuat terlunta-lunta. Semoga! (mdk/bal)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: Momen Dramatis Helikopter TNI AU Tembus Daerah Terisolir Evakuasi Lansia & Anak
VIDEO: Momen Dramatis Helikopter TNI AU Tembus Daerah Terisolir Evakuasi Lansia & Anak

Helikopter Caracal juga mengirim tim medis sebanyak enam orang dari Posko Penanggulangan Bencana Andi Jema menuju Desa Rante Lajang

Baca Selengkapnya
Potret Helikopter Caracal H-225M TNI AU Evakuasi Lansia dan Anak-Anak Terisolir Banjir di Sulsel
Potret Helikopter Caracal H-225M TNI AU Evakuasi Lansia dan Anak-Anak Terisolir Banjir di Sulsel

Helikopter Carakal H-225M TNI AU terus bekerja untuk melakukan evakuasi warga yang berada di desa terisolir

Baca Selengkapnya
Gunung Ruang Meletus, 327 Warga Diungsikan Menggunakan Kapal TNI AL
Gunung Ruang Meletus, 327 Warga Diungsikan Menggunakan Kapal TNI AL

Dari 327 pengungsi, terdapat dua orang yang sakit parah yakni stroke dan pendarahan

Baca Selengkapnya
Cerita Andika Perkasa Lama Bertugas di daerah Operasi, Sang Anak Sampai Tidak Mengenalnya 'Takut Karena Gak Kenal'
Cerita Andika Perkasa Lama Bertugas di daerah Operasi, Sang Anak Sampai Tidak Mengenalnya 'Takut Karena Gak Kenal'

Andika Perkasa mengaku tak dikenali anaknya semasa bertugas di daerah operasi militer. Bagaimana kisahnya?

Baca Selengkapnya
Sempat Mengalami Peristiwa Kritis, Ini Kisah Heroik Para Anggota TNI Lancarkan Misi Kemanusiaan ke Gaza
Sempat Mengalami Peristiwa Kritis, Ini Kisah Heroik Para Anggota TNI Lancarkan Misi Kemanusiaan ke Gaza

Dalam misi kemanusiaan itu, mereka membawa sebanyak 20 palet barang bantuan yang total beratnya mencapai 3,2 ton

Baca Selengkapnya
Kondisi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang di Bitung, Ada yang Sakit Keras dan Pendarahan
Kondisi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang di Bitung, Ada yang Sakit Keras dan Pendarahan

327 warga telah dievakuasi pada gelombang ketiga Tim KRI Kakap-811 atau dari TNI Angkatan Laut. Dari jumlah itu, terdapat 192 wanita dan 135 pria.f

Baca Selengkapnya
Momen Dramatis Evakuasi Warga Lereng Gunung Lewotobi, Tim SAR Gendong Lansia Menembus Hutan ke Pengungsian
Momen Dramatis Evakuasi Warga Lereng Gunung Lewotobi, Tim SAR Gendong Lansia Menembus Hutan ke Pengungsian

Banyak warga lansia harus dievakuasi dengan pelbagai cara untuk menjauh dari lokasi erupsi.

Baca Selengkapnya
Kapal Pengungsi Rohingya Tenggelam di Laut Aceh Barat, Banyak Perempuan dan Anak Terkatung-katung
Kapal Pengungsi Rohingya Tenggelam di Laut Aceh Barat, Banyak Perempuan dan Anak Terkatung-katung

Satu unit kapal pengangkut pengungsi etnis Rohingya dilaporkan tenggelam di perairan Aceh Barat, Rabu (20/3). Sebagian pengungsi masih terkatung-katung di laut.

Baca Selengkapnya
Marak Pengungsi Rohingya Masuk RI, TNI AU Patroli Udara di Laut Aceh
Marak Pengungsi Rohingya Masuk RI, TNI AU Patroli Udara di Laut Aceh

Dia menjelaskan letak geografis Provinsi Aceh dimana di sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kapal Kayu Membawa Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Mendarat di Pantai Aceh, Ini penampakannya
FOTO: Kapal Kayu Membawa Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Mendarat di Pantai Aceh, Ini penampakannya

Ratusan pengungsi Rohingya kembali tiba di Aceh. Hingga Minggu pagi, para pengungsi ini masih berkumpul di pinggir pantai, setelah turun dari sebuah kapal kayu.

Baca Selengkapnya
135 Pengungsi Rohingya di Kantor Gubernur Aceh, Akhirnya Ditampung ke Camp Pramuka
135 Pengungsi Rohingya di Kantor Gubernur Aceh, Akhirnya Ditampung ke Camp Pramuka

Pengungsi Rohingya terdiri dari 15 anak laki-laki, 20 anak perempuan, 35 laki-laki dewasa, dan 65 perempuan dewasa

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Buah Nabar, Desa Pelosok yang Dihuni Warga Muslim di Sibolangit
Mengunjungi Kampung Buah Nabar, Desa Pelosok yang Dihuni Warga Muslim di Sibolangit

Ternyata di balik luasnya dataran tinggi Sibolangit terdapat sebuah permukiman kecil bernama Kampung Buah Nabar.

Baca Selengkapnya