Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Udin, kuli panggul nomor 167 di pelabuhan laut Makassar

Kisah Udin, kuli panggul nomor 167 di pelabuhan laut Makassar Kisah Udin kuli panggul. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Porter atau kuli angkut banyak berseliweran di pelabuhan laut Soekarno Hatta, Makassar. Mereka berlomba-lomba mengail fulus dengan menjual jasa tenaga meski keringat terus bercucuran di sekujur tubuh. Semangat ekstra tentu terlihat di antara para porter ini karena penumpang begitu melimpah di musim mudik ini.

Udin, (62), salah seorang poter yang tergolong masih rajin memanggul. Meski usia sudah tergolong sepuh, dia masih semangat mengangkat barang bawaan penumpang. Menenteng koper, memanggul dus berat sembari sesekali mengelap keringat dari wajah hingga ke sekeliling lehernya yang legam dengan handuk kecilnya.

Bapak tujuh anak dan 10 cucu ini seorang porter dengan nomor baju 167. Sudah 10 tahun mencari makan di kawasan pelabuhan. Dan selama itu dia berusaha menjaga nama baik, jangan sampai cacat karena taruhannya adalah hilang kepercayaan, rejeki pun melayang.

Kata Udin, masing-masing orang berbeda. Ada yang baik, jujur, ada pula yang culas, penuh akal bulus. Porter kerap dituding banyak yang tidak jujur, banyak akal untuk memeras calon penumpang.

"Saya akui ada memang rekan porter yang kurang jujur. Tapi calon penumpang juga ada yang tidak jujur sampai porter yang jadi korban nama baik rusak, juga harus bayar uang konpensasi dari barang yang oleh calon penumpang hilang di tangan porter. Jadi selain porter, calon penumpang juga harus jujur biar sama-sama enak," jelas Udin.

Udin mengaku hanya sempat mengecap pendidikan hingga bangku Sekolah Dasar. Porter berseragam hijau dengan nomor seragam 167 ini mengaku pernah nyaris dicurangi oleh calon penumpang kapal. Kejadiannya beberapa waktu lalu, ada seorang laki-laki calon penumpang kapal dengan barang bawaan cukup banyak, besar dan bobot cukup berat di antaranya ada lemari es dan televisi.

Disepakati ongkos menaikkan barang-barang ke atas kapal sebesar Rp 400 ribu dengan ketentuan barang-barang itu ditinggalkan oleh porter setelah ketemu pemiliknya di atas kapal untuk menghindari ada barang yang hilang.

Barang-barang super berat dan banyak itu diletakkan tidak jauh dari pemilik barang yang tadinya ditemani bernegosiasi harga. Tiba-tiba saja dia ganti baju dengan warna berbeda dengan baju semula.

"Saya kebingungan karena belum hafal benar wajah pemilik barang tadi. Tapi saat saya dekati, dia tidak mengaku kalau barang-barang itu miliknya. Penumpang kapal lain juga tidak ada yang mengaku. Padahal upah angkut harus segera dibayar lantaran dari alat pengeras suara sudah tiga kali mengumumkan jika kapal sudah akan berangkat jadi semua porter harus segera turun," terang Udin.

Selanjutnya, Udin punya akal, televisi salah satu barang itu hendak dibawa turun dari kapal dan mengatakan, kalau pemilik barang ini sudah ada, tolong disampaikan kalau televisinya dititip di kantor polisi. Pemilik barang yang sudah ganti baju itu pun langsung mengaku kalau itu barangnya.

"Rasanya saya mau marah tapi saya hanya bilang, tolong jangan lagi diulang itu tindakannya. Setelah dibayar Rp 400 ribu, saya pun turun dari kapal yang tersisa beberapa menit lagi berangkat," cerita Udin saat ditemui di terminal penumpang anging mammiri pelabuhan Soekarno Hatta, Minggu, (3/7) menunggu KM Tilongkabila merapat tujuan Bima, Propinsi NTB.

Sikap jujur bagi Udin adalah prinsip yang tidak harus ditinggalkan. Agar rejeki yang diperoleh bisa berkah. Menurutnya, apa guna pendapatan banyak kalau tidak berkah karena tidak jujur itu. Karena suatu hari apa yang diperoleh itu tidak terasa akan habis begitu saja.

Warga Jl Pajjennekang, Kelurahan Bontoala Parang, Makassar ini mengaku kerja sesuai jadwal kapal yang masuk. Jika ada kapal yang merapat di pelabuhan pukul 08.00 Wita maka dia sudah harus ada di pelabuhan pukul 06.00 Wita.

Penghasilan yang dikumpulkan dalam sehari tidak menentu, tergantung berapa banyak barang penumpang yang diangkat ke atas kapal. Tidak ada standar harga, tergantung saja kesepakatan kedua belah pihak. Itupun harus dibagi dua dengan mandor yang kebagian 20 persen. Misalnya, satu dalam sehari mengumpulkan Rp 400 ribu maka mandor dapat Rp 80 ribu.

"Biasa juga dalam sehari saya hanya dapat Rp 120 ribu hanya barang dari satu calon penumpang. Kalau sudah capek, saya tidak mau paksakan diri. Disyukuri saja. Kondisi tidak bisa dipaksakan. Saat masih muda-muda masih bisa angkat barang seberat 100 kg lebih. Saat ini mampunya hanya 60 sampai 70 kg," tutup Udin. (mdk/sho)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Semangat Pantang Menyerah Aki Khoerudin, Tetap Berjualan Lumpia di Usia 100 Tahun
Semangat Pantang Menyerah Aki Khoerudin, Tetap Berjualan Lumpia di Usia 100 Tahun

Pria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.

Baca Selengkapnya
Pemulung Kaget Didatangi Jenderal Polisi, Hampir Pingsan karena Belum Makan
Pemulung Kaget Didatangi Jenderal Polisi, Hampir Pingsan karena Belum Makan

Rombongan polisi menemui pemulung dan memberikan bantuan tali asih untuk modal usaha.

Baca Selengkapnya
Kisah Porter Nomor 001 Stasiun Pasar Senen, Mudik Lebaran Pendapatan Naik dan Pernah Angkut Barang 40 Kilogram
Kisah Porter Nomor 001 Stasiun Pasar Senen, Mudik Lebaran Pendapatan Naik dan Pernah Angkut Barang 40 Kilogram

Mudik lebaran menjadi berkah bagi para porter atau kuli angku barang penumpang kereta di Pasar Senen.

Baca Selengkapnya
Berjuang Demi Rupiah & Baru Pulang dari Kalimantan, Wanita Cantik Sopir Truk ini Langsung Angkut Batu Sungai
Berjuang Demi Rupiah & Baru Pulang dari Kalimantan, Wanita Cantik Sopir Truk ini Langsung Angkut Batu Sungai

Di tengah kesibukannya, ada kalanya ia sebagai manusia biasa merasa lelah.

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Pria Tua Tukar Dagangan Sama Beras Sedapatnya, Demi Sang Ibu Usia 103 Tahun Bisa Makan
Kisah Pilu Pria Tua Tukar Dagangan Sama Beras Sedapatnya, Demi Sang Ibu Usia 103 Tahun Bisa Makan

Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.

Baca Selengkapnya
Kisah Haru Kakek 93 Tahun Penjual Klintingan, Tetap Semangat Bekerja di Usia Senja
Kisah Haru Kakek 93 Tahun Penjual Klintingan, Tetap Semangat Bekerja di Usia Senja

Di masa tuanya, ia masih harus bekerja untuk mengisi perut keluarganya.

Baca Selengkapnya
Pria Penyandang Disabilitas Ini Masih Gigih Berjualan Mainan Anak Keliling, Curi Perhatian Warganet
Pria Penyandang Disabilitas Ini Masih Gigih Berjualan Mainan Anak Keliling, Curi Perhatian Warganet

Setiap orang tentu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya.

Baca Selengkapnya
Potret Cantik Pramugari Bus Rosalia Indah, Bikin Salfok saat Merapikan Barang-barang Bawaan Penumpang sampai Naik ke Bagasi
Potret Cantik Pramugari Bus Rosalia Indah, Bikin Salfok saat Merapikan Barang-barang Bawaan Penumpang sampai Naik ke Bagasi

Di balik kecantikannya, nyatanya ia begitu tangguh terbukti dari tindakannya saat merapikan barang bawaan penumpang di bagasi.

Baca Selengkapnya
Kisah Kakek Jagat Penjual Mainan Keliling yang Sering Pulang dengan Tangan Kosong, Bikin Haru
Kisah Kakek Jagat Penjual Mainan Keliling yang Sering Pulang dengan Tangan Kosong, Bikin Haru

Perjuangan kakek Jagat penjual mainan keliling ini viral, mengaku sering pulang dengan tangan kosong.

Baca Selengkapnya
Pria Ini Rela Menjadi Pemulung Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup, Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Pria Ini Rela Menjadi Pemulung Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup, Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Menjadi pemulung merupakan salah satu profesi yang dipilih oleh beberapa orang untuk membiayai hidup.

Baca Selengkapnya
Perjuangan Suhriyeh, Kuli Panggul Wujudkan Impian ke Tanah Suci
Perjuangan Suhriyeh, Kuli Panggul Wujudkan Impian ke Tanah Suci

Mbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.

Baca Selengkapnya
Pedagang Gorengan Jadi Perwira, Langsung Bersalaman dengan Jenderal Bintang 4 TNI
Pedagang Gorengan Jadi Perwira, Langsung Bersalaman dengan Jenderal Bintang 4 TNI

Masih ingat dengan pria wisudawan Poltekad yang sebelumnya berprofesi menjadi penjual gorengan. Berikut kabarnya kini.

Baca Selengkapnya