Klaim Karhutla Berkurang 90 Persen, Wiranto Minta Masyarakat Tak Khawatir ISPA
Merdeka.com - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto masyarakat tak perlu lagi cemas ancaman infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA dampak kebakaran hutan dan lahan. Sebab menurut dia, penanganan kebakaran hutan dan lahan yang melanda sejumlah wilayah sudah mulai baik.
"Kita bersyukur laporan terakhir hari ini, total dari wilayah kritis kebakaran hutan sudah berkurang 90 persen. Kita bersyukur bahaya asap dan ISPA di masyarakat saya kira sudah tak perlu dikhawatirkan lagi," kata Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (30/9).
Wiranto mengatakan, keberhasilan penanganan masalah kebakaran hutan dan lahan ini berkat modifikasi cuaca dengan hujan buatan. Dia berharap, hadirnya hujan alami bisa membantu memadamkan seluruh titik api yang masih tersisa.
-
Bagaimana kebakaran dipadamkan? Sesampainya di lokasi, petugas pun langsung melakukan upaya pemadaman api terhadap bangunan tersebut. Untuk dapat memadamkan api itu membutuhkan waktu selama sekitar tiga jam.'Total pengerahan 20 unit ditambah penunjang. Jumlah personel 95 orang,' ujarnya.
-
Bagaimana cuaca panas ekstrem memicu kebakaran hutan? Cuaca panas ekstrem dapat memicu percikan apik di area hutan, kemudian semakin menyebar dan menyebabkan kebarakan dalam skala besar.
-
Apa itu hujan buatan? Hujan buatan adalah upaya percepatan proses fisika yang dilakukan untuk membentuk awan yang bisa menghasilkan hujan.
-
Kenapa hujan buatan dilakukan? Hujan buatan dikatakan dapat mengatasi beberapa masalah yang terjadi di masyarakat, bukan hanya polusi udara.
-
Bagaimana proses hujan buatan dilakukan? Secara umum, proses hujan buatan dilakukan dalam beberapa tahap. Mulai dari penaburan bahan-bahan kimia tertentu, tahap membangun, hingga penyemaian.
-
Dimana hujan buatan dilakukan? Penaburan bahan kimia ini dilakukan menggunakan pesawan pada ketinggian 4.000 – 7.000 dengan memperhitungkan faktor arah dan kecepatan angin
"Jadi kita intruksikan kepada gubernur untuk melakukan upaya lebih giat supaya titik api sisa itu segera habis," ujar Wiranto.
Berdasarkan catatan jumlah titik api pada 23 September 2019, dari Satelit Modis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) terdapat 1.374 titik api yang menyebar di seluruh Indonesia.
Untuk Sumatera dan Kalimantan sendiri, titik api mencakup Riau yang memiliki 134 titik, Jambi 324 titik, Sumatera Selatan 337 titik, Kalimantan Barat 20 titik, Kalimantan Tengah 279 titik, dan Kalimantan Selatan 49 titik, serta Kalimantan Timur 11 titik.
Reporter: Muhammad Radityo Priyasmono
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini kondisi langit di Pekanbaru yang awalnya disebut tidak sehat, kini sudah biru dan status udara dinyatakan sehat.
Baca SelengkapnyaJokowi telah memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit dan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono untuk menangani kabut asap.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai marak di Sumatera Selatan menjadi perhatian serius pemerintah. Cuaca di wilayah itu pun dimodifikasi.
Baca SelengkapnyaMenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengklaim kualitas udara di wilayah Bogor membaik seusai diguyur hujan hasil modifikasi cuaca.
Baca SelengkapnyaMemasuki musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan dilaporkan terjadi Ogan Ilir.
Baca SelengkapnyaKarhutla terparah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas Utara, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
Baca SelengkapnyaMomen haru dan suka cita datang dari tim Manggala Agni yang melakukan sujud syukur saat pemadaman kebakaran hutan.
Baca SelengkapnyaTeknologi modifikasi cuaca (TMC) di Sumatera Selatan yang dilakukan sejak 8 Agustus 2023 berjalan tak optimal.
Baca SelengkapnyaPuluhan personel dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan.
Baca Selengkapnya311 hektare lahan di Kabupaten Inhu sempat terbakar dan berhasil dipadamkan dalam waktu 3 hari.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai marak terjadi di Sumatera Selatan bersamaan dengan datangnya puncak musim kemarau.
Baca SelengkapnyaDari laporan karhutla hari ke-10 di Desa Suka Maju untuk sektor kiri api sudah dapat dikendalikan namun masih berasap.
Baca Selengkapnya