KPAI Temukan Ruang Kelas Mirip Penjara di SMA Palembang yang Siswanya Tewas Saat MOS
Merdeka.com - Kematian siswa baru SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang, DBJ (14) akibat penganiayaan saat mengikuti masa orientasi siswa (MOS) baru-baru ini mendapat sorotan Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI). KPAI menemukan banyak kejanggalan di sekolah tersebut.
Hal tersebut berdasarkan hasil penyelidikan dan pengamatan KPAI ke lokasi. Komisioner lembaga ini juga menjenguk langsung siswa yang terbaring di Rumah Sakit Charitas Palembang.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menemukan fasilitas di sekolah itu tak sesuai dengan sistem asrama yang digunakan. Iuran juga sangat mahal yakni Rp22 juta untuk uang masuk, bulanan Rp1,5 juta dan Rp3 juta untuk semester.
-
Mengapa biaya sekolah Sakti mahal? Bagi yang belum mengetahui, biaya pendidikan untuk tingkat SD di sini mencapai lebih dari Rp 500 juta. Tidak heran fasilitasnya sebaik ini!
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas kekerasan di sekolah? Satuan pendidikan harus menyadari mereka memiliki tugas dan fungsi perlindungan anak, selain tugas layanan pembelajaran.
-
Apa yang terjadi pada madrasah? Pengadilan India mengeluarkan larangan efektif terhadap sekolah-sekolah madrasah agama Islam di Negara Bagian Uttar Pradesh yang merupakan salah satu negara bagian dengan populasi terpadat di India.
-
Kenapa kekerasan anak di sekolah semakin marak? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif. 'Kekerasan pada anak di satuan pendidikan cenderung dilakukan secara berkelompok akibat lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya circle yang berpengaruh negatif,' kata Anggota KPAI Aris Adi Leksono saat dihubungi di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Senin (11/3).
-
Kenapa pengusaha itu menyekolahkan anaknya di sekolah mahal? Terlebih, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi masa depan anaknya.'Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, apalagi menyangkut pendidikan dan masa depan, achie ingin yang terbaik bagi boy dan coco,' tulis Hilman dalam keterangan videonya.
"Fasilitasnya sangat tidak memadai, bahkan ada ruang kelas mirip penjara," ujar Retno di Palembang, Rabu (17/7).
Ironisnya lagi, lulusan SMA itu pada tahun lalu tidak ada yang lolos ke tingkat akademi militer maupun akademi polisi. Hanya segelintir yang mampu menjadi anggota polisi melalui jalur bintara atau Bintara. Padahal, sekolah itu menerapkan pendidikan karakter semi militer.
"Jelas berbanding terbalik dengan branding-nya, pakai semi militer tapi tidak ada yang masuk," ucapnya.
Menurutnya, sekolah itu harus dievaluasi secara total karena menyangkut sistem pendidikan ke depan dan tujuannya. Apalagi izin operasionalnya akan habis pada Oktober 2019 setelah beroperasi selama 15 tahun.
"Kita minta audit. Sehingga lebih diketahui apakah nantinya izin sekolah tersebut layak untuk diperpanjang atau tidak," ungkap
Dari hasil pengamatannya, ditemukan banyak kejanggalan di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang. Dalam rundown MOS ternyata tidak ada agenda long march sejauh empat kilometer. Tapi kenyataannya berbeda dari rundown. Artinya, kegiatan itu di luar prosedur tetapi tetap dibiarkan oleh panitia maupun pimpinan sekolahnya.
Pembinaan yang menghadirkan TNI juga perlu ditanyakan. Jangan sampai anggota TNI yang terlibat justru ilegal alias tanpa surat perintah dari kesatuannya. "Jika memang menggunakan pendampingan pihak TNI, saya juga menanyakan adakan surat perintah penugasan dari kesatuannya," kata dia.
Pengawasan dari Dinas Pendidikan Sumsel sangat penting agar kejadian serupa tak terulang. Dia menilai perilaku itu akibat lemahnya kontrol instansi yang menanganinya.
"Memang harus perlu evaluasi, saya anggap Dinas Pendidikan kurang mengawasi sekolah berasrama."
Diketahui, siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang, DBJ (14) tewas saat mengikuti mengikuti MOS, Sabtu (14/7). Dia mengalami luka memar di kepala dan dada.Polisi yang menerima laporan dugaan penganiayaan langsung melakukan penyelidikan. Alhasil, seorang pembina MOS, Obby Frisman Arkataku (24) ditetapkan sebagai tersangka yang diduga menjadi pelaku penganiayaan.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ibu almarhumah AR, mengaku mentransfer uang kepada putrinya yang dipergunakan untuk iuran mahasiswa PPDS tersebut.
Baca SelengkapnyaDugaan sementara, dokter muda FK Undip ini bunuh diri karena dibully senior.
Baca SelengkapnyaKondisi bangunan bekas WC itu tak layak pakai. Jauh dari standar sekolah seperti biasanya.
Baca SelengkapnyaPihak sekolah berkomitmen secepatnya akan menyelesaikan persoalan ini secara profesional.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca SelengkapnyaYan Wisnu Prajoko mulai bertugas di RS Kariadi Semarang pada 2021.
Baca SelengkapnyaBiaya untuk bisa sekolah di Binus International School cukup mahal jika membandingkan dengan gaji atau upah minimum provinsi (UMP).
Baca SelengkapnyaPelaku memukul korban sebanyak lima kali di perut, menyebabkan korban jatuh dan pingsan.
Baca Selengkapnya"Supaya tidak terjadi kejadian serupa. Saya kira patut menjadi perhatian," kata Aris
Baca SelengkapnyaPolisi sudah memeriksa 10 saksi terkait kematian mahasiswa tersebut.
Baca SelengkapnyaPermintaan uang di luar biaya pendidikan resmi tersebut berlangsung sejak dokter Aulia masih di semester pertama PPDS atau sekitar Juli hingga November 2022
Baca SelengkapnyaIuran ini untuk membiayai operasional selama melaksanakan pendidikan di RS Kariadi Semarang.
Baca Selengkapnya