Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Laksamana Sudomo dan pertempuran Laut Aru

Laksamana Sudomo dan pertempuran Laut Aru KRI macan tutul. merdeka.com/dok

Merdeka.com - Laksamana Sudomo tutup usia pukul 10.05 WIB, Rabu (18/4). Salah satu peristiwa terpenting dalam hidup Sudomo mungkin pertempuran Laut Aru. Sebagai perwira militer TNI AL, Sudomo memimpin langsung misi khusus pembebasan Irian Barat.

Januari 1962, ketegangan perebutan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda semakin terasa. Belanda melanggar kesepakatan Konferensi Meja Bundar dan enggan menyerahkan Irian (saat ini bernama Papua) pada Indonesia.

Atas dasar itulah Indonesia mulai merancang sebuah operasi militer terbatas. Saat itu TNI melancarkan sebuah operasi klandestin atau operasi rahasia. Mereka ingin menyusupkan infiltran ke Irian. Saat itu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) telah melatih para sukarelawan guna kepentingan infiltrasi.

Masalah baru muncul, bagaimana mengirimkan para infiltran itu ke Papua? Masalahnya para sukarelawan tidak dibekali kemampuan terjun payung. Sehingga mustahil mengirim mereka lewat udara. Jalan satu-satunya hanya melalui jalan lautan.

Kepala Staf TNI AL Laksamana RE Martadinata kebagian tugas mengatur pengiriman infiltran itu. Dalam rapat di Markas Besar Angkatan Laut, tidak ada satu pun perwira berpangkat mayor atau letkol yang mau memimpin misi ini. Hanya Letkol Sudomo yang berani mengacungkan tangan.

Misi ini diberi nama STC-9 kepanjangan dari satuan tugas chusus 9 Januari. Sudomo memimpin tiga motor torpedo boat (MTB), KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang,dan KRI Harimau.

Saat itu tiba-tiba Komodor Yos Sudarso menyatakan keinginannya untuk ikut. Saat itu Yos Sudarso menjabat Deputy I Angkatan Laut. Artinya Yos adalah orang kedua di AL. Terlalu riskan seorang perwira tinggi ikut dalam misi klandestin semacam itu. Namun Yos bersikeras ikut, apalagi Kolonel Inf Moersjid, Asisten Operasi KSAD ikut dalam operasi infiltrasi ini.

"Masa Moersjid bisa ikut, saya tidak bisa ikut. Ini kan kapal angkatan laut," ujar Yos setengah memaksa.

Diputuskan para gerilyawan akan diangkut naik pesawat terbang dan ke salah satu kepulauan Maluku. Setelah itu mereka akan dibawa ke Irian dengan kapal motor TNI AL secara rahasia.

Awalnya misi berjalan mulus. Tanggal 13 Januari, seluruh infiltran telah diangkut ke dalam 3 MTB itu dan siap melakukan infiltrasi.

Tanggal 15 Januari 1962, 3 kapal melaju semakin dekat ke Irian. Tanpa sadar, kehadiran mereka sudah terdeteksi pesawat pengintai Belanda.

Pukul 17.00 waktu setempat, tiga kapal mulai bergerak. KRI Harimau berada di depan, membawa antara  Kol. Sudomo, Kol. Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Di belakangnya adalah KRI Macan Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso. Sedangkan di belakang adalah KRI Macan Kumbang.

Menjelang pukul 21.00, Tiba-tiba terdengar dengung pesawat mendekat, lalu menjatuhkan flare yang tergantung pada parasut. Keadaan tiba-tiba menjadi terang-benderang, dalam waktu cukup lama. Tiga kapal Belanda yang berukuran lebih besar ternyata sudah menunggu kedatangan ketiga KRI.

Pertempuran tak seimbang terjadi. Walau bernama Motor Torpedo Boat tapi kenyataannya, tiga KRI tak dilengkapi dengan torpedo untuk pertempuran laut. Mereka hanya dilengkapi senapan mesin 12,7 untuk menangkis serangan udara.

Dalam waktu singkat, KRI Macan Tutul terbakar. Komodor Yos Sudarso mengambil keputusan nekat. Dia memacu KRI Macan Tutul menghadapi tiga kapal perusak Belanda itu. Keputusan itu diambil Yos agar dua kapal lain bisa melarikan diri.

KRI Macan Tutul hancur berantakan dihajar peluru musuh. Sebelum karam, Yos Sudarso berteriak lantang "Kobarkan terus semangat pertempuran!" KRI Macan Tutul karam di tengah perairan Aru.

Peristiwa ini membawa dampak besar. Yang paling merasakan akibatnya adalah Angkatan udara. Mereka dinilai tidak mampu melindungi misi ini. Padahal namanya misi rahasia, tentu tidak diketahui semua pihak.

Yos Gugur, Soedomo selamat. Kelak Soedomo lah yang diberi tugas mengendalikan seluruh kapal republik Indonesia dalam operasi Mandala untuk misi balas dendam. Namun pertempuran laut antara Belanda dan Indonesia tidak pernah terjadi. Setelah penentuan pendapat rakyat, masyarakat Irian memilih bergabung dengan Indonesia.

Sudomo terus berkarir di TNI AL hingga mencapai pangkat laksamana. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Potret Lawas Jenderal Marinir TNI AL & Pasukan saat Masih 'Hidup di Hutan', Penampilannya Garang Bak Rambo
Potret Lawas Jenderal Marinir TNI AL & Pasukan saat Masih 'Hidup di Hutan', Penampilannya Garang Bak Rambo

Begini foto lawas jenderal marinir saat tugas di dalam hutan. Gayanya bikin pangling bak rambo.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Mayor Jenderal Djatikusumo, KSAD Pertama Republik Indonesia
Kisah Hidup Mayor Jenderal Djatikusumo, KSAD Pertama Republik Indonesia

Merupakan seorang keturunan ningrat, ia rela ikut berjuang bersama rakyat demi kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Sambil Sekolah Jual Rokok dan Kemenyan, Berujung Jadi Jenderal TNI Bintang Empat
Sambil Sekolah Jual Rokok dan Kemenyan, Berujung Jadi Jenderal TNI Bintang Empat

Bocah yang dulu berjualan rokok dan kemenyan itu menjadi orang nomor satu di tubuh TNI AD.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Rumah Masa Kecil Pahlawan Bangsa di Kota Salatiga, Simpan Kisah yang Tak Banyak Diketahui
Menyusuri Rumah Masa Kecil Pahlawan Bangsa di Kota Salatiga, Simpan Kisah yang Tak Banyak Diketahui

Yos Soedarso menjalani kehidupan masa kecil di Salatiga. Sejak kecil ia telah menjadi sosok pemberani pelindung adik-adiknya.

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat

Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah

Baca Selengkapnya
Sosok Karel Sadsuitubun, Pahlawan Revolusi Pertama dari Polri Asal Maluku
Sosok Karel Sadsuitubun, Pahlawan Revolusi Pertama dari Polri Asal Maluku

Berkat jasa-jasanya semasa hidup, nama KS Tubun diabadikan sebagai nama kapal perang hingga jalan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Resmi Jadi Kasad, Jenderal TNI Maruli saat Letnan Pernah Digendong Prabowo
VIDEO: Resmi Jadi Kasad, Jenderal TNI Maruli saat Letnan Pernah Digendong Prabowo

Ada satu momen spesial ketika Maruli muda berpangkat Letnan dengan Danjen Kopassus Mayjen Prabowo Subianto

Baca Selengkapnya
Resmi Dilantik Menjadi KSAD, Intip Kisah Unik Letjen TNI Maruli Simanjuntak
Resmi Dilantik Menjadi KSAD, Intip Kisah Unik Letjen TNI Maruli Simanjuntak

Maruli pernah digendong calon presiden saat memenangkan Judo Military ASEAN pada tahun 1995.

Baca Selengkapnya
Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu
Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu

Soeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.

Baca Selengkapnya
Ini Sosok Suparlan, Prajurit Kopassus Legendaris Sampai Namanya Diabadikan Jadi Nama Masjid
Ini Sosok Suparlan, Prajurit Kopassus Legendaris Sampai Namanya Diabadikan Jadi Nama Masjid

Keberanian prajurit Kopassus ini jadi legenda di medan tempur.

Baca Selengkapnya
Saat Soeharto Merasa Masa Depannya Gelap dan Memilih Jadi Tentara Belanda
Saat Soeharto Merasa Masa Depannya Gelap dan Memilih Jadi Tentara Belanda

Soeharto memilih menjadi serdadu kolonial adalah pilihan realistis untuk lepas dari kemelaratan.

Baca Selengkapnya