Mahasiswa UGM kembangkan aplikasi pengecek vaksin palsu
Merdeka.com - Lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sebuah aplikasi untuk mengecek keaslian vaksin. Aplikasi ini dinamai APLISIN yang merupakan akronim dari Aplikasi Pengecek Keaslian Vaksin.
Kelima mahasiswa yang mengembangkan aplikasi ini adalah Novrizal Dwi Rozaq, Anggito Kautsar, Musthafa Abdur Rosyied, Aditya Laksana Suwandi, dan Almantera Tiantana. Kelima mahasiswa tersebut adalah mahasiswa Fakultas Teknik UGM, yang tergabung dalam Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi.
Salah seorang pembuat APLISIN, Novrizal menerangkan bahwa untuk mengembangkan APLISIN ini diperlukan waktu lebih kurang enam bulan. Awalnya, aplikasi ini dikembangkan untuk mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2017.
-
Bagaimana Mahasiswa UGM melakukan penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Keunikan pemanfaatan teknologi pada masyarakat Ciptagelar menarik lima mahasiswa UGM, Dimas Aji Saputra (Filsafat), Berliana Intan Maharani (Sosiologi), Ilham Pahlawi (Antropologi), Gita Dewi Aprilia (Psikologi), dan Masiroh (Ilmu Komunikasi) untuk mengadakan penelitian di desa tersebut. Mereka mengadakan penelitian selama empat hari yaitu pada 24-27 Juli 2023 lalu di desa tersebut.
-
Apa yang diciptakan oleh para peneliti? Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
-
Apa yang di inovasikan mahasiswa UGM di KKN Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa yang diciptakan Mahasiswa UGM untuk membantu penurunan angka stunting? Alat yang bekerja untuk mendeteksi stunting itu dirancang terintegrasi dengan sistem informasi dan aplikasi smartphone.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Keunikan pemanfaatan teknologi pada masyarakat Ciptagelar menarik lima mahasiswa UGM, Dimas Aji Saputra (Filsafat), Berliana Intan Maharani (Sosiologi), Ilham Pahlawi (Antropologi), Gita Dewi Aprilia (Psikologi), dan Masiroh (Ilmu Komunikasi) untuk mengadakan penelitian di desa tersebut.
"Motivasi pengembangan APLISIN ini karena beberapa waktu yang lalu masyarakat Indonesia diresahkan dengan peredaran vaksin palsu. Vaksin palsu itu ditemukan di rumah sakit di Jabodetabek. Setidaknya ratusan bayi menerima vaksin palsu ini," ujar Novrizal, Jumat (11/8).
Novrizal menyampaikan bahwa peredaran vaksin palsu terjadi karena Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengalami kesulitan untuk melakukan pengawasan. Karena itu, lanjut Novrizal, perlu dibuat sebuah alat yang bisa digunakan untuk mengecek keaslian vaksin.
"APLISIN memeriksa keaslian vaksin dengan berbasis Internet of Things (IoT). Dengan menggunakan sistem itu, pengecekan keaslian vaksin bisa dilakukan dengan mudah dan praktis," tutur Novrizal.
Novrizal menguraikan bahwa APLISIN dilakukan dengan melakukan pemindaian terhadap QR Code yang ada di botol vaksin. Dari pemindaian yang dilakukan, sistem akan menkonfirmasi QR Code jika terdaftar di basis data. Bila tak terdaftar, maka dipastikan kemungkinan vaksin itu palsu.
"Aplikasi ini belum sempurna karena hanya berfungsi jika botol vaksin menggunakan QR Code. Padahal selama ini kebanyakan botol vaksin belum menggunakan QR Code, hanya ada nomor registrasi dari BPOM. Harapannya, ke depan perusahaan pembuat vaksin bisa mencantumkan QR code di setiap botol vaksin yang diproduksi," pungkas Novrizal. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelatihan yang diberikan oleh Biofarma maupun Unpad di masa mendatang para peniliti tersebut bisa mempunyai pabrik vaksin di negara mereka masing-masing.
Baca SelengkapnyaPihak kampus sudah berupaya melakukan mediasi. Terungkap bahwa sebagian uang setoran sudah dikembalikan.
Baca SelengkapnyaPengakuan tersebut, lanjut Aman, disampaikan usai pihaknya meminta penjelasan terhadap sejumlah pihak terkait.
Baca SelengkapnyaKorban diminta untuk mengisi beberapa pertanyaan dan diminta untuk mengirim foto
Baca SelengkapnyaKampus ini serius memperhatikan keamanan data mahasiswanya
Baca SelengkapnyaPara mahasiswa baru diarahkan untuk mengunduh dan registrasi pada salah satu aplikasi pinjol oleh DEMA.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, mahasiswa ITB ditangkap joki pada pelaksanaan tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS Kejaksaan Tahun 2023.
Baca SelengkapnyaTemuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaJika korban setor Rp1 juta dijanjikan mendapat pengembalian sebesar Rp1,2 juta.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAjang IPITEX atau juga dikenal dengan Thailand Inventor’s 2024 digelar di Bangkok 2-6 Februari 2024
Baca SelengkapnyaSejumlah mahasiswa yang menjalani KKN di Desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Jember berinovasi menciptakan permainan atau game yang mengasah kepekaan.
Baca Selengkapnya