Masjid Keramat Pelajau Barabai Peninggalan Kerajaan Demak
Merdeka.com - Masjid Keramat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menjadi salah satu bukti kejayaan penyebaran Islam oleh Kerajaan Demak ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Masjid tersebut kini masih sering menjadi tempat ziarah masyarakat dari berbagai daerah.
Salah seorang warga yang tinggal sekitar masjid, Aidi mengatakan, mengakui selain ingin mengetahui lebih dekat tentang masjid yang dibangun pada abad ke-14 tersebut di Barabai, juga ingin berdoa untuk memenuhi hajatnya.
Berdasarkan buku yang ditulis Meldy Muzada Elfa berjudul 'Sejarah Masjid Keramat Pelajau Barabai', Masjid Keramat merupakan masjid peninggalan Kerajaan Demak tertua di Kalimantan Selatan.
-
Siapa yang membangun masjid itu? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Kapan masjid itu dibangun? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Kapan Masjid Kedung Menjangan dibangun? Menurut pengurus, masjid dibangun pada tahun 2000 lalu, dengan beberapa kisah di baliknya. Berdiri di Atas Sungai Ketua DKM Masjid Kedung Menjangan, Haris, mengatakan bahwa masjid ini dulunya dikelilingi sungai.
Masjid di Desa Pelajau, Kecamatan Pandawan tersebut, memiliki kubah sama persis dengan bangunan masjid pada masa Kerajaan Demak.
"Dari buku yang ditulis Meldy Muzada Elfa yang berjudul 'Sejarah Masjid Keramat Pelajau Barabai' termuat pembangunan dilakukan pada abad ke-14," kata Aidi seperti dilansir dari Antara, Minggu (12/5).
Berdasarkan sejarahnya, masjid didirikan, setelah datang utusan Raden Fatah dari Kerajaan Islam Demak bersama-sama pangeran dari Kerajaan Banjar.
Utusan dari Pulau Jawa itu berjumlah tujuh orang datang ke Tanah Banjar dengan menyusuri Sungai Negara (Hulu Sungai Selatan), kemudian ke Sungai Buluh dan Ilir Pemangkih (Hulu Sungai Tengah) sehingga sampai ke Sungai Palayarum di Desa Pelajau untuk melakukan perluasan kekuasaan Islam.
Sampai di Pelajau, para utusan kemudian membangun masjid bersamaan dengan program dari pengembangan ajaran Islam Kerajaan Demak Bintaro yang membangun sembilan masjid.
Masjid Pelajau dipercaya sebagai yang kelima dari sembilan masjid yang dibangun Kerajaan Islam Demak.
Jumlah itu, sesuai dengan jumlah Wali Songo, yaitu sembilan orang. Bukti sejarahnya ada pada tiang bangunan tersebut terdapat tulisan pahat dari huruf Jawa di tiang menara dan terdapat tulisan tempat, nama hari, dan waktu pendirian masjid.
Di tiang itu, ada lubang pahatan berbentuk panjang tempat penyimpanan catatan-catatan dengan tulisan Allah, memuat silsilah orang-orang yang terlibat dalam pembangunan masjid.
Di samping itu, ada juga gumpalan rambut Raden Fatah, satu bilah keris yang berkelok sembilan dan sebuah tombak segi tiga dengan ukiran sembilan wali.
Begitu pun di kubah mimbar digunakan motif pohon hayat. Dalam metodologi Dayak disebut batang garing yang melambangkan kesatuan alam atas dan bawah, konsep serba dua seperti siang malam, terang gelap, jahat atau baik, hidup dan kematian.
Masjid Keramat Pelajau juga menjadi bukti dari perjuangan melawan penjajah Belanda pada masa lalu, khususnya di Kalimantan Selatan.
Saat ini, masjid tersebut sudah mengalami renovasi namun tidak mengubah bentuk aslinya dan beberapa benda bersejarah, juga telah disimpan oleh pengurus masjid guna menghindari agar tidak hilang dan dicuri orang.
Setiap harinya, masjid tersebut selalu dikunjungi umat untuk shalat dan memohon doa agar hajatnya terkabul. Mereka meyakini masjid itu memiliki sejarah dan rahasia terhadap penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan.
Letak masjid itu berada kurang lebih tiga kilometer dari Kota Barabai, Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Tengan. Masjid Keramat sekarang juga dikelola masyarakat dengan cara swadaya di lahan seluas 400 meter persegi.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konon, di titik inilah peradaban Islam pertama kali muncul dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat setempat.
Baca Selengkapnyabanyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.
Baca SelengkapnyaPada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.
Baca SelengkapnyaDi kampung Sekayu terdapat sebuah masjid yang lebih tua dari Masjid Agung Demak
Baca SelengkapnyaMustaka tua itu merupakan bentuk dari akulturasi budaya Hindu-Islam pada masanya
Baca SelengkapnyaMasjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca SelengkapnyaDi Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Baca SelengkapnyaAda simbol dua buah nanas di dalam masjid yang konon menggambarkan kondisi manusia.
Baca SelengkapnyaTak hanya berdiri sebagai sebuah bangunan lawas, lokasi ini juga menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah barat Pulau Jawa itu.
Baca SelengkapnyaMasjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Baca SelengkapnyaMeski sudah mengalami beberapa kali renovasi, namun bentuk masjidnya masih asli seperti saat awal dibangun.
Baca Selengkapnya