Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Memahami Pola-Pola Rekrutmen Teroris di Media Sosial yang Perlu Diwaspadai

Memahami Pola-Pola Rekrutmen Teroris di Media Sosial yang Perlu Diwaspadai Densus 88. ©2021 Antara

Merdeka.com - Jaringan teroris ISIS ternyata masih hidup di Indonesia. Kelompok ini mengubah pola gerakan terorisme. Menyelami media sosial untuk menyebarkan propaganda.

Pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan cara-cara rekrutmen teroris yang di media sosial yang perlu diwaspadai. Menurutnya, kelompok teroris dari afiliasi ISIS dan Al-Qaeda memiliki perbedaan dan persamaan dalam pola rekrutmen.

Dia mengungkapkan, kelompok Jemaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS imemiliki pola jaringan membentuk grup-grup keluarga di medsos. Kemudian melebar ke grup-grup yang lebih luas lagi.

"Dan kemudian sampai kepada grup yang bersifat terbuka untuk melakukan pembahasan dan diskusi tentang masalah-masalah Islam dan kemudian diarahkan menjadi rekrutmen," katanya lewat pesan tertulis, Selasa (22/3).

Sedangkan, kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda sangat menghindari pola pola rekrutmen melalui media sosial. Jikapun ada, biasanya dilakukan dengan cara sangat privat, artinya komunikasi tidak melalui grup-grup melainkan langsung jaringan pribadi atau japri.

"Dan kebanyakan kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda ini membentuk grup-grup kajian kecil yang sifatnya sangat tertutup," terangnya.

Sementara, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid mengatakan, cara mudah untuk terhindar dari rekrutmen teroris di medsos adalah dengan unfollow akun-akun penceramah provokatif dengan sikap anti Pancasila.

"Cara mudah dan efektif dengan jangan mengikuti (unfollow) oknum penceramah dengan ciri dan indikasi seperti di atas," katanya.

Dia menjelaskan, ciri ciri para oknum penceramah terindikasi intoleran dan radikal antara lain pertama, mengajarkan sikap anti Pancasila dan pro ideologi transnasional dalam konteks ini ideologi khilafah menurut versi mereka.

Kedua, mengajarkan paham takfiri dengan mengkafirkan terhadap mereka yang berbeda baik beda agama, paham, maupun beda kelompok, bahkan sesama agama pun dikafir-kafirkan.

Kemudian, mereka mengajarkan sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan, intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman dan pluralitas yang menjadi sunatullah.

Selain itu, mengajarkan sikap kebencian ataupun anti pemerintahan yang sah. Anti yang dimaksud bukan berarti oposisi dan bukan berarti kritis.

Menurut dia, di era demokrasi, oposisi yang konstruktif untuk check and balancing boleh dilakukan. Sikap kritis pun wajib sebagai amalan amar makruf nahi mungkar.

"Anti di sini adalah sikap membenci dengan membangun distrust ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara, pemerintahan yang sah dengan narasi sebaran hoaks, hatespeech konten konten provokatif adu domba, fitnah dan sebagainya," jelasnya.

Wahid mengungkapkan, sejatinya radikalisme adalah gerakan politik dengan memanipulasi, mendistorsi agama untuk kepemimpinan politik kekuasaan. Yang pada ujungnya, mengganti ideologi negara Pancasila dengan khilafah dengan versi mereka dan mengganti dengan sistem agama.

"Dan biasanya mereka anti terhadap budaya maupun kearifan lokal maupun keagamaan," ucap Ahmad.

Dia mengingatkan, paham radikalisme berpotensi terhadap setiap individu manusia. Sehingga tidak ada kaitannya dengan agama apa pun karena tak ada satupun agama yang membenarkannya.

"Kita semuanya harus hati hati, harus waspada untuk mengundang atau memilih penceramah, kita harus mengubdang pencerahama yang menyejukkan, mempersatukan, mendamaikan, kemudian mengajarkan akhlakul karimah, cinta tanah air dan bangsa," imbaunya.

"Serta narasi narasi toleransi maupun rahmatan lil alamin dan kita haris militan dalam melawan sebaran fitnah, hoaks, adu domba dan provokatif maupun hatespeech," tutupnya.

(mdk/ray)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri
Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri

Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.

Baca Selengkapnya
Fakta Baru Karyawan KAI Pendukung ISIS: Aktif Sebarkan Konten Propaganda Terorisme
Fakta Baru Karyawan KAI Pendukung ISIS: Aktif Sebarkan Konten Propaganda Terorisme

Kasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada

Baca Selengkapnya
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme

Noor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.

Baca Selengkapnya
Pegawai KAI Teroris Simpatisan ISIS Bergerak Sendiri Menyebarkan Propaganda di Media Sosial
Pegawai KAI Teroris Simpatisan ISIS Bergerak Sendiri Menyebarkan Propaganda di Media Sosial

Salah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.

Baca Selengkapnya
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis

Hal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali.

Baca Selengkapnya
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!

Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.

Baca Selengkapnya
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran

Kepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Waspadai Gerakan Kelompok Terlarang, Buat Kegiatan Tarik Generasi Muda
Waspadai Gerakan Kelompok Terlarang, Buat Kegiatan Tarik Generasi Muda

Masyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.

Baca Selengkapnya
Densus 88 Antiteror Tangkap Dua Terduga Teroris di Jakarta Barat
Densus 88 Antiteror Tangkap Dua Terduga Teroris di Jakarta Barat

Kedua terduga teroris itu berinisial RJ dan AM. Petugas melakukan penangkapan pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
Tiga Terduga Teroris Ditangkap di Jateng Jaringan Anshor Daulah
Tiga Terduga Teroris Ditangkap di Jateng Jaringan Anshor Daulah

Ketiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.

Baca Selengkapnya
Waspadai Transformasi Kelompok Pecah Belah Sebarkan Paham Intoleransi di Dunia Maya
Waspadai Transformasi Kelompok Pecah Belah Sebarkan Paham Intoleransi di Dunia Maya

Pergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah

Baca Selengkapnya
Peran 3 Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Rencanakan Aksi Teror hingga Provokasi di Media Sosial
Peran 3 Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Rencanakan Aksi Teror hingga Provokasi di Media Sosial

Ketiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya