Memahami Pola-Pola Rekrutmen Teroris di Media Sosial yang Perlu Diwaspadai
Merdeka.com - Jaringan teroris ISIS ternyata masih hidup di Indonesia. Kelompok ini mengubah pola gerakan terorisme. Menyelami media sosial untuk menyebarkan propaganda.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan cara-cara rekrutmen teroris yang di media sosial yang perlu diwaspadai. Menurutnya, kelompok teroris dari afiliasi ISIS dan Al-Qaeda memiliki perbedaan dan persamaan dalam pola rekrutmen.
Dia mengungkapkan, kelompok Jemaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS imemiliki pola jaringan membentuk grup-grup keluarga di medsos. Kemudian melebar ke grup-grup yang lebih luas lagi.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Kenapa kejahatan siber di Indonesia sangat berbahaya? Kejahatan siber dengan berbagai bentuk dan tingkat kompleksitasnya, menjadi ancaman serius bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara secara keseluruhan.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Bagaimana Mossad bekerja di Indonesia? Agen-agen Mossad yang datang ke Indonesia disamarkan seolah berasal dari Eropa atau Amerika Serikat.
-
Kenapa terorisme jadi ancaman besar untuk Indonesia Emas 2045? Sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya dan agama, Indonesia memiliki potensi besar menjadi negara maju dan sejahtera. Namun, ancaman manifes dan laten tidak bisa dielakkan, seperti bibit intoleransi dan radikalisme pada aksi terorisme.
"Dan kemudian sampai kepada grup yang bersifat terbuka untuk melakukan pembahasan dan diskusi tentang masalah-masalah Islam dan kemudian diarahkan menjadi rekrutmen," katanya lewat pesan tertulis, Selasa (22/3).
Sedangkan, kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda sangat menghindari pola pola rekrutmen melalui media sosial. Jikapun ada, biasanya dilakukan dengan cara sangat privat, artinya komunikasi tidak melalui grup-grup melainkan langsung jaringan pribadi atau japri.
"Dan kebanyakan kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda ini membentuk grup-grup kajian kecil yang sifatnya sangat tertutup," terangnya.
Sementara, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid mengatakan, cara mudah untuk terhindar dari rekrutmen teroris di medsos adalah dengan unfollow akun-akun penceramah provokatif dengan sikap anti Pancasila.
"Cara mudah dan efektif dengan jangan mengikuti (unfollow) oknum penceramah dengan ciri dan indikasi seperti di atas," katanya.
Dia menjelaskan, ciri ciri para oknum penceramah terindikasi intoleran dan radikal antara lain pertama, mengajarkan sikap anti Pancasila dan pro ideologi transnasional dalam konteks ini ideologi khilafah menurut versi mereka.
Kedua, mengajarkan paham takfiri dengan mengkafirkan terhadap mereka yang berbeda baik beda agama, paham, maupun beda kelompok, bahkan sesama agama pun dikafir-kafirkan.
Kemudian, mereka mengajarkan sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan, intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman dan pluralitas yang menjadi sunatullah.
Selain itu, mengajarkan sikap kebencian ataupun anti pemerintahan yang sah. Anti yang dimaksud bukan berarti oposisi dan bukan berarti kritis.
Menurut dia, di era demokrasi, oposisi yang konstruktif untuk check and balancing boleh dilakukan. Sikap kritis pun wajib sebagai amalan amar makruf nahi mungkar.
"Anti di sini adalah sikap membenci dengan membangun distrust ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara, pemerintahan yang sah dengan narasi sebaran hoaks, hatespeech konten konten provokatif adu domba, fitnah dan sebagainya," jelasnya.
Wahid mengungkapkan, sejatinya radikalisme adalah gerakan politik dengan memanipulasi, mendistorsi agama untuk kepemimpinan politik kekuasaan. Yang pada ujungnya, mengganti ideologi negara Pancasila dengan khilafah dengan versi mereka dan mengganti dengan sistem agama.
"Dan biasanya mereka anti terhadap budaya maupun kearifan lokal maupun keagamaan," ucap Ahmad.
Dia mengingatkan, paham radikalisme berpotensi terhadap setiap individu manusia. Sehingga tidak ada kaitannya dengan agama apa pun karena tak ada satupun agama yang membenarkannya.
"Kita semuanya harus hati hati, harus waspada untuk mengundang atau memilih penceramah, kita harus mengubdang pencerahama yang menyejukkan, mempersatukan, mendamaikan, kemudian mengajarkan akhlakul karimah, cinta tanah air dan bangsa," imbaunya.
"Serta narasi narasi toleransi maupun rahmatan lil alamin dan kita haris militan dalam melawan sebaran fitnah, hoaks, adu domba dan provokatif maupun hatespeech," tutupnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaKasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaSalah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.
Baca SelengkapnyaHal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.
Baca SelengkapnyaKedua terduga teroris itu berinisial RJ dan AM. Petugas melakukan penangkapan pada Selasa, 6 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaKetiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya