Mendagri Tito Sebut Pelatihan Militerisme di IPDN Penting
Merdeka.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan, pelatihan militerisme dalam IPDN bermanfaat dalam menumbuhkan kedisiplinan. Jika ada kasus kekerasan yang dilakukan oleh senior kepada junior, pihaknya akan melakukan tindakan tegas.
Hal itu disampaikan Tito saat menjadi inspektur upacara pada pelantikan di kampus IPDN, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (31/10). Kurikulum serupa militer dalam pola pelatihan dan pendidikan bukan berarti harus seperti militer.
"Budaya militerisme bukan buruk, tapi ada bagusnya diterapkan seperti kedisiplinan, kebersihan, kesetiaan kepada negara dan tiang-tiang negara seperti pancasila, UUD 45 hingga NKRI. Tapi jangan kemudian over menjadi seperti betul-betul militer," katanya.
-
Siapa yang menegur Tito Karnavian? Anggota Komisi II DPR fraksi Golkar, Taufan Pawe menegur Menteri Tito karena saat dia akan memberikan pandangan.
-
Kenapa Taufan menegur Tito? 'Izin Pak, mohon diperhatikan Pak Menteri, kami ini lagi pendalaman. Kalau Pak Menteri bicara saya bicara bagaimana bisa, Pak?' ujar Taufa.
-
Kenapa Tito kritik keras Pemkab Mimika? 'Di Papua, Mimika. APBD hampir Rp7 atau 8 triliun untuk 200 ribu orang. Tapi ya kemajuan enggak banyak terjadi. Belanjanya enggak efektif dan efisien,' kata Tito, dalam acara Musrenbangnas Bappenas, di JCC, Senayan, Jakarta, di kutip Selasa (7/5). Tito menyebut, tak ada kemajuan di Mimika, lantaran belanja APBD yang dilakukan Pemda Mimika tak efektif dan efisien.
-
Bagaimana STIP jamin tidak ada lagi kekerasan? Lebih lanjut menurut Subagiyo, untuk menjamin tidak ada lagi potensi tindak kekerasan di kemudian hari, langkah yang dilakukan BPSDMP yakni dengan penambahan CCTV pada blank spot di tiap kampus.
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Bagaimana Taufan menegur Tito? 'Izin Pak, mohon diperhatikan Pak Menteri, kami ini lagi pendalaman. Kalau Pak Menteri bicara saya bicara bagaimana bisa, Pak?' ujar Taufa.
Tito menyinggung kasus yang sempat terjadi beberapa waktu lalu terkait kekerasan di kampus IPDN. Ia menegaskan, hal itu tidak boleh terjadi lagi. Pembinaan dengan cara kekerasan tidak akan berguna karena hanya akan menimbulkan dendam.
"Saya beberapa kali melihat kekerasan senior ke junior pukul memukul masih terjadi, ini tidak boleh terjadi," jelasnya.
"Saya akan ambil tindakan tegas dan keras kalau terjadi kekerasan. Kalau ada salah, tindakan fisik seperti push up, squat jump, fina. Tapi tidak kekerasan, apalagi berlebihan dan menimbulkan cacat apalagi meninggal dunia, pasti kita akan pidanakan," tambah mantan Kapolri itu.
Menurutnya, IPDN merupakan kampus penggerak revolusi mental yang harus menghasilkan pelayan masyarakat dengan mental yang baik serta berwawasan akademik dan kecerdasan kuat.
Awasi Paham Radikalisme
Usai acara, Tito mengaku sedang mengkaji program untuk mencegah aparatur sipil negara (ASN) terpapar paham radikalisme. Semua pegawai negara harus melaksanakan dan menjalankan asas Pancasila.
"Prinsipnya kita tidak ingin ASN memiliki pemikiran di luar konsep negara. Konsep negara ialah NKRI yaitu kesetiaan pada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 45, kemerdekaan dan pluralisme. Itu yang membuat bangunan NKRI ini kokoh," imbuhnya.
Hal ini harus menjadi perhatian khusus, karena ia menilai, para ASN bagian penting dalam pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
"Kita tidak ingin ada ASN yang memiliki pemikiran di luar konsep negara NKRI: yaitu kesetiaan pada pancasila sebagai dasar negara, UUD 45, kemerdekaan, pluralisme, itu yang membuat bangunan NKRI ini kokoh," ucapnya.
"Kalau ada konsep lain di luar itu tentu akan kita hilangkan, tidak boleh ada pada ASN. ASN ini tulang punggung pemerintahan yang akan berpengaruh pada masyarakat," pungkasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Panglima Laksamana TNI Yudo Margono memberikan instruksi piting untuk prajuritnya. Hal itu disalahartikan oleh masyarakat hingga ia meminta maaf.
Baca SelengkapnyaBahwa pernyataan itu telah disalahpahami dari video yang beredar di media sosial, karena perbedaan konteks.
Baca SelengkapnyaDua hari terakhir, OPM membakar SDN dan puskesmas. Tak hanya itu, mereka juga mengancam guru dan tenaga medis.
Baca SelengkapnyaDjarot berujar, memberikan kekuasaan yang berlebihan tanpa kontrol kepada suatu lembaga akan sangat berbahaya.
Baca SelengkapnyaIrjen Pol Dedi menyampaikan bahwa para siswa harus sungguh-sungguh menjalani pendidikan.
Baca SelengkapnyaKarena kalimat itu, diakui Yudo, berujung kesalahan tafsir di masyarakat
Baca Selengkapnya“Mengapa Bu Mega menyampaikan hal itu, sebenarnya memang karena rasa sayang terhadap institusi TNI dan Polri," kata Hasto
Baca SelengkapnyaKapolda NTT menyayangkan perbuatan oknum ormas tersebut terhadap mahasiswa.
Baca Selengkapnya. Panglima memerintahkan 'memiting' masyarakat yang melakukan demonstrasi.
Baca SelengkapnyaMPLS juga bertujuan untuk mengenali potensi diri siswa baru, membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaDeretan kasus di atas hanya segelintir. Tentu kondisi tersebut sungguh miris. Pelajar seorang tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang anak terpelajar.
Baca SelengkapnyaKPAI mengatakan bahwa kasus perundungan di Temanggung seharusnya menjadi sinyal bahaya.
Baca Selengkapnya