Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Karakteristik Deltacron, Varian Baru Gabungan Delta dan Omicron

Mengenal Karakteristik Deltacron, Varian Baru Gabungan Delta dan Omicron Virus Corona. ©2020 Merdeka.com/who.int

Merdeka.com - Di tengah pandemi Covid-19, varian baru terus bermunculan. Belum usai Delta dan Omicron, kini muncul varian Deltacron. Deltacron merupakan varian yang terdiri dari elemen Delta dan Omicron. Artinya, varian ini mengandung gen dari kedua varian tersebut yang membuatnya menjadi virus rekombinan.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan karakteristik varian tersebut belum diketahui. Badan Kesehatan Dunia atau WHO pada media briefing 10 Maret 2022 menyebutkan dampak virus ini terhadap indikator epidemiologi maupun tingkat keparahan gejala belum dapat dipastikan dan masih terus diteliti.

Pernyataan WHO merujuk pada hasil pertemuan grup penasihat teknis evolusi virus yang terdiri dari para pakar virus di dunia.

"Sampai saat ini, data karakteristik varian tersebut masih sangat terbatas," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/3).

Wiku menuturkan, WHO belum menetapkan secara resmi nama varian gabungan Delta dan Omicron itu. Namun, varian tersebut terindikasi memiliki percampuran genetik antara varian Delta dengan istilah ilmiah 21J/AY.4 dan Omicron atau 21K/BA.1.

Menurutnya, rekombinasi virus bukan merupakan hal yang baru dan sudah banyak terjadi. Saat ini yang terpenting masyarakat tidak memberi ruang bagi virus untuk menular sama sekali.

Caranya, patuh menerapkan protokol kesehatan menggunakan masker, menjaga jarak, dan membersihkan tangan dengan mencuci pakai sabun secara rutin.

"Di masa adaptasi ini, pencegahan penularan ini lebih banyak porsinya pada tanggung jawab setiap individu. Setiap orang wajib melindungi dirinya sendiri dan orang lain melalui disiplin protokol kesehatan 3M," tegasnya.

Sementara Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai Covid-19 varian Deltacron relatif cepat menular. Penilaian ini berdasarkan data penelitian sementara.

"Kalau melihat data terakhir, ini relatif cepat (menular) menurut saya," katanya, Selasa (15/3).

Selain itu, ada potensi misinterpretasi alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam mendeteksi varian Deltacron. Ini disebabkan, Deltacron memiliki gen dari varian Omicron.

Omicron diketahui mengalami mutasi pada protein spike (S) sehingga bila diperiksa dengan PCR maka tidak terdeteksi.

"Ini sekali lagi mengirim pesan waspada. Panik tidak, tapi bangun kewaspadaaan," ujarnya.

Sementara itu, belum ada kemungkinan Deltacron meningkatkan keparahan gejala pada pasien yang terinfeksi. Saat ini, kasus Deltacron masih sedikit sehingga cukup sulit untuk meneliti karakteristiknya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kemunculan Deltacron mulai banyak dibicarakan pada awal Februari 2022. Varian tersebut dilaporkan oleh badan resmi kesehatan Inggris United Kingdom Health Security Agency (UKHSA).

Sekuen dari 25 varian Deltacron bahkan sudah dikirim ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) pada 7 Januari 2022. Sebenarnya, Deltacron dilaporkan di Siprus tahun lalu, tapi saat itu banyak yang menganggapnya sebagai pencemaran di laboratorium saja.

"Tetapi sekarang memang dilaporkan adanya varian hibrid Deltacron ini, yang disebut sebagai BA.1 + B.1617.2," jelasnya.

Di Inggris, Deltacron dimasukkan ke dalam variant surveillance report. Ada dugaan varian baru ini terbentuk pada seseorang yang tertular dua varian sekaligus, yakni Delta dan Omicron. Namun, belum jelas apakah Deltacron terjadi di Inggris atau merupakan kasus impor.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menyampaikan, WHO pada awal Januari 2022 menyebutkan bahwa memungkinkan seseorang terserang beberapa varian sekaligus. Sama seperti seseorang terjangkit Covid-19 sekaligus terinfeksi Flu.

Lalu pada Maret 2022, WHO menyebutkan bahwa rekombinasi varian Delta dan Omicron memang dapat terjadi. Meski demikian, karakteristik Deltacron masih belum diketahui.

"Karena jumlahnya masih amat terbatas maka belum terlalu jelas bagaimana dampak Deltacron terhadap penularan dan beratnya penyakit. Hingga kini penelitian masih terus berlanjut," kata dia.

Belum Bisa Dipastikan Berbahaya

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mengatakan kemungkinan Deltacron tidak lebih berbahaya dibandingkan Omicron. Namun, penilaian ini belum bisa dipastikan.

"Belum bisa dipastikan karena jumlah kasusnya masih amat sedikit," ujar Zubairi melalui akun Twitter @ProfesorZubairi yang telah diizinkan untuk dikutip merdeka.com, Selasa (15/3).

Dia menambahkan, masih terbatasnya data karakteristik Deltacron membuat banyak negara belum bisa mengukur tingkat kekhawatirannya, termasuk Indonesia.

"Hanya sedikit data yang dapat digunakan untuk mengukur khawatir atau tidak. Namun, sejumlah ahli mengatakan bahwa varian ini harus diawasi," ucapnya.

Zubairi kemudian membeberkan penyebab kemunculan Deltacron yang kini sudah ditemukan di Denmark, Inggris, Belanda, Prancis, dan Amerika Serikat.

"Ketika seseorang terinfeksi dengan dua varian Delta serta Omicron, dan sel mereka kemudian bereplikasi bersama," terangnya.

Belum Terdeteksi di Indonesia

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi menegaskan varian Deltacron belum terdeteksi di Indonesia. Dia menyebut, Deltacron masih berstatus Variant Under Monitoring, belum masuk Variant of Concern (VoC). Ini disebabkan, Deltacron masih dalam monitoring terkait karakteristiknya.

Nadia memastikan pemerintah terus memantau perkembangan varian Deltacron. Baik dari sisi tingkat penularan, kemampuan memperparah penyakit, maupun kemampuan mengelabui imunitas tubuh masyarakat yang sudah divaksinasi.

"Apakah ini bisa mengelabui vaksin atau imunitas jauh lebih pintar darpada Omicron, ini juga belum tahu. Serta dampak terhadap pengobatan atau diagnostik, sampai saat ini belum cukup informasi," ujarnya, Senin (13/3).

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan ini menambahkan pemerintah juga terus meningkatkan whole genome sequencing untuk meneliti varian baru Covid-19 di Tanah Air. Namun, pemerintah belum merencanakan pembatasan pintu masuk bagi pelaku perjalanan luar negeri.

"Jadi tetap surveilans genome sequencing kita pantau apakah ada jalur-jalur mutasi seperti yang disampaikan tersebut," ucapnya.

Bersamaan dengan itu, pemerintah terus mempercepat vaksinasi Covid-19 dosis lengkap. Target pemerintah, 70 persen dari total populasi di Indonesia sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap pada April 2022.

(mdk/fik)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
DPR dan Pemerintah Sepakat Rumusan Baru Dewan Kawasan Aglomerasi Ditunjuk Presiden Melalui Keppres
DPR dan Pemerintah Sepakat Rumusan Baru Dewan Kawasan Aglomerasi Ditunjuk Presiden Melalui Keppres

"Jadi ditunjuk lewat keputusan presiden. Jadi artinya dia mau kasih ke wapresnya, mau kasih ke siapa, problem ketatanegaraan kita menjadi selesai."

Baca Selengkapnya
Demokrat Dukung Wantimpres Jadi DPA, Minta Tak Kaitkan dengan Orde Baru
Demokrat Dukung Wantimpres Jadi DPA, Minta Tak Kaitkan dengan Orde Baru

Adapun mengenai jumlah anggota DPA dan siapa yang masuk dalam DPA, Syarief Hasan mengatakan diserahkan sepenuhnya kepada presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya
Kemenhub Pastikan Tak Ada Perubahan Tarif KRL dalam Waktu Dekat
Kemenhub Pastikan Tak Ada Perubahan Tarif KRL dalam Waktu Dekat

Risal juga menekankan skema penetapan tarif KRL Jabodetabek berbasis NIK belum akan segera diberlakukan.

Baca Selengkapnya