Mengintip badong emas 1.163,09 gram milik Raja Tohjaya di Kediri
Merdeka.com - Salah satu yang menarik dari koleksi Museum Mpu Tantular adalah koleksi badong, hiasan di dada berornamen Garudeya yang terbuat dari emas yang ditemukan di Desa Plaosan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri oleh Seger pada tahun 1989. Badong ini diduga kuat milik Raja Tohjaya putra Ken Arok yang tewas di tombak akibat pemberontakan dan melarikan diri hingga di daerah Katang Lumbang Kediri.
Hiasan berornamen Garudeya ini dibuat dari emas 22 karat dengan berat keseluruhan 1.163,09 gram. Dihiasi 64 batu permata yang sebagian sudah hilang hingga tinggal 48 buah. Batu permata disusun secara simetris berdasarkan warna di bagian kiri dan kanan.
Ornamen hiasan dada ini bisa dipisahkan menjadi tiga bagian yakni ornamen burung garuda yang memegang kendi (kamandalu) berisi air amrta (air kehidupan), merupakan cuplikan dari cerita Adiparwa (salah satu bagian dari kitab Mahabarata) yang menggambarkan cerita Garudeya.
-
Bagaimana Ken Arok membunuh Tunggul Ametung? Menikah Ken Arok membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris buatan Mpu Gandring. Sepeninggal Tunggul Ametung, Ken Arok menjadi akuwu Tumapel karena menikahi Ken Dedes.
-
Kenapa Ken Arok membunuh Tunggul Ametung? Salah satu pengawalnya, Ken Arok merebut kekuasaan dengan membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu Gandring.
-
Siapa yang kemungkinan pemilik tengkorak itu? Tiga tengkorak milik wanita muda dan satu lagi milik seorang anak.
-
Siapa yang dikaitkan dengan Arca Totok Kerot? Konon, arca ini merupakan salah satu bukti kesaktian Raja Kediri, Sri Aji Joyoboyo.
-
Siapa nenek moyang badak? Paraceratherium adalah nenek moyang dari badak yang hidup di antara 34 dan 23 juta tahun yang lalu, di daerah Eurasia.
-
Siapa yang menemukan tanduk di tengkorak? 'Saya telah jadi dokter selama 20 tahun dan baru satu dekade terakhir saya baru menemukan banyak kasus mengenai tonjolan di tengkorak ini,' ungkap David Shahar, ilmuwan kesehatan dari University of The Sunshine Coast, Australia.
Diatasnya terdapat gambar telapak tangan kiri yang dihiasi dengan hiasan motif lidah api, merupakan simbol kekuasaan Dewa Siwa sebagai Dewa Perusak (destruktif).
Kedua, ornamen raksasa yang membawa gada, kemungkinan merupakan penggambaran raksasa sebagai penjaga air amrta. Dan ketiga, dihiasi raksasa dengan kedua tangan seolah bersikap menyangga, merupakan penggambaran dari Gana (raksasa setengah dewa) yang bertugas menjaga bangunan suci.
Dilihat dari reliefnya, kemungkinan hiasan ini merupakan peninggalan dari abad XII – XIII Masehi. Selain itu dari penggambaran paruh (yang menunjukkan pengaruh China), besarnya karat, dan jenis batuannya, diduga benda ini merupakan cenderamata dari Raja Siam kepada Kerajaan Jawa pada waktu itu. Sekarang Hiasan Garudeya ini disimpan di Museum
Mpu Tantular, Sidoarjo.
Novi BMW, salah satu Pamong Budaya yang juga seorang arkeolog asal Kediri menduga kuat bahwa badong penemuan Seger di Plaosan itu adalah milik Apanji Tohjaya yang juga putra Ken Arok dengan Ken Umang.
Ken Arok adalah Raja Tumapel yang melakukan pemberontakan terhadap Raja Kertajaya, setelah sebelumnya Tumapel di bawah kekuasaan Kediri (Kerajaan Katang-Katang)
Tohjaya sendiri oleh Ken Arok dijadikan raja bawahan yang berkuasa di Kediri yang beribu kota di Daha. "Dalam keterangan Negara Kertagama dan Pararaton, oleh Prof Dr Slamet Muljana dijelaskan bahwa Tohjaya tewas akibat ditusuk tombak akibat pemberontakan. Dalam Pararaton lokasi terbunuhnya Tohjaya di Katang Lumbang," kata Novi pada merdeka.com, Sabtu (30/8).
Masih menurut Novi, daerah Plosan Kecamatan Wates tempat ditemukannya badong emas adalah di antara daerah Katang di Kecamatan Ngasem dan Lumbang di wilayah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.
"Badong emas itu hanya dimiliki oleh para bangsawan sekelas raja dan sangat tidak mungkin itu milik prajurit. Dan tanda-tanda di badong ada lambang garudeya yang melambangkan Waisnawa ( penganut Wisnu) itu sama persis jika ditarik bahwa Tohjaya adalah penganut Wisnu. Kemungkinan badong itu terjatuh saat Tohjaya melarikan diri akibat tusukan tombak," tambah Novi.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Motif pelaku menghabisi keponakannya karena tergiur mencuri perhiasan emas yang dikenakan korban.
Baca SelengkapnyaKen Arok lahir dari keluarga petani miskin, ia kemudian jadi raja Jawa.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa mempercayai bahwa tongkat ini memiliki karomah yang kuat. Barang siapa yang memegangnya, diyakini bisa menjadi seorang pemimpin.
Baca SelengkapnyaAnusapati merasa diperlakukan berbeda oleh Raja Singasari pertama, Ken Arok.
Baca SelengkapnyaKejagung mendalami dua kasus korupsi impor emas, yaitu di PT Antam dan kasus yang menjerat pengusaha Budi Said
Baca SelengkapnyaPetugas mengamankan barang bukti linggis serta besi ulir yang digunakan pelaku saat menjebol rumah korban.
Baca SelengkapnyaTersangka Budi Said telah ditahan selama 20 hari ke depan.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaArca ini merupakan salah satu bukti kesaktian Raja Kediri, Jayabaya.
Baca SelengkapnyaTunggul Ametung dikenal sebagai pemimpin yang kejam terhadap rakyat.
Baca SelengkapnyaPelaku membawa gelang emas seberat lebih kurang 17 gram.
Baca SelengkapnyaDia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia era pemerintahan Soekarno.
Baca Selengkapnya