Mereka yang jadi korban karena isu penculikan
Merdeka.com - Sepekan terakhir marak isu penculikan dengan korban anak-anak. Kabar yang heboh di dunia maya itu cukup meresahkan.
Tak sekadar penculikan, dikabarkan pula pelaku tak segan menjadikan korbannya sebagai perdagangan organ tubuh. Namun ditegaskan Kapolri Jenderal Tito Karnavian kabar itu hoax alias bohong.
"Berkaitan dengan berita-berita penculikan anak, dibunuh, organ diambil ada gambar-gambar saya yakinkan saya sudah cek di Manado, Sumatera Utara dan beberapa wilayah lain termasuk Jakarta, berita tersebut adalah hoax, tidak benar," kata Tito di Wisma Bhayangkari di Komplek Mabes Polri, Jakarta, Kamis (23/3).
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Kapan anak-anak dikorbankan? Tulang-tulang itu berasal dari abad ke-7 dan ke-12, sebagian besar darinya disimpan pada masa kejayaan Chichén Itzá selama 200 tahun, sekitar tahun 800 hingga 1000 M.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
"Meskipun penting untuk meningkatkan pengaman keluarga, anak, tapi jangan over reaktif dan panik, klarifikasi dengan kepolisian," katanya.
Tito menduga ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menyebar informasi-informasi hoax tersebut. Menurutnya, kabar itu disebar agar masyarakat resah dan merasa tidak nyaman dengan masa kepemimpinan pemerintahan daerahnya.
"Mungkin ada pihak ketiga yang sengaja menaikkan isu-isu, memprovokasi isu negatif untuk menimbulkan keresahan. Apa lagi ada masa Pilkada, untuk menakuti masyarakat mendeliniasi pemerintah," jelas Tito.
Meski kabar itu cuma isapan jempol belaka, rupanya memberikan dampak buruk bagi sejumlah orang. Seperti yang terjadi di Tangerang, Serang dan Bali. Warga yang tak bersalah justru menjadi korban kekerasan karena dicurigai sebagai penculik.
Di Kecamatan Ciwandan, Cilegon, seorang gelandangan dicurigai sebagai penculik yang tengah menyamar. Masyarakat yang kadung gelisah dengan isu penculikan dan penjualan organ tubuh langsung menghakiminya tanpa penjelasan.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Lingkar Selatan tepatnya di Lingkungan Keracak, Kelurahan Banjarnegara, Kecamatan Ciwandan, Cilegon.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian tersebut terjadi Minggu (18/3) sekitar pukul 21.00 WIB. Gelandangan yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya itu langsung dikerumuni warga.
Dia dihakimi massa hingga babak belur. "Saya melintas di JLS, ngelihat ada orang ramai-ramai berkerumun. Pas dilihat seperti gelandangan dikeroyok massa. Katanya gelandangan itu pura-pura jadi penculik anak," ungkap salah seorang pengendara, Anjar.
Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilegon. Sayangnya, setelah menjalani perawatan, gelandangan itu meninggal dunia.
Kanit Reskrim Polsek Ciwandan, Iptu Sudibyo, menjelaskan, kejadian tersebut bermulai atas adanya informasi dari warga satu ke warga lainnya terkait keberadaan gelandangan itu yang berpura-pura dan disinyalir sebagai pelaku penculikan anak.
"Jadi warga banyak mendengar bahwa ada seorang sedang dihakimi massa dengan alasan (dugaan) menculik anak-anak. Tetapi buktinya tidak ada, begitu kita datang di TKP, korban sudah menjadi tontonan saja," ujarnya.
Serupa di Cilegon, di Jembrana Bali, seorang ibu nyaris dihakimi warga karena dicurigai penculik anak. Peristiwa itu bermula saat rumah anggota polisi, Aiptu Ketut Dana di Banjar Bale Agung, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, di Bali, dimasuki seorang wanita yang tidak dikenal kira-kira berumur 35 tahun. Wanita berbaju kaos warna merah muda dan memakai celana panjang motif bunga tersebut juga masuk ke kamar anaknya anggota polisi tersebut.
Kebetulan saat itu tiga orang cucu anggota polisi tersebut sedang ada di dalam kamar. Kontan saja mereka berteriak ketakutan.
Situasi tersebut membuat seluruh penghuni rumah kaget. Terlebih lokasi rumah yang berdekatan dengan pasar, sontak membuat warga berdatangan karena disangka penculik anak-anak yang kini mulai marak.
Syukurnya saat itu ada anggota yang melintas dan segera mengamankan wanita yang terlihat ada kelainan jiwa tersebut.
"Wanita tersebut tidak bisa diajak komunikasi. Setiap kami menanyakan identitasnya, dia tidak menjawab, hanya senyum-senyum saja. Kita tidak tahu nama dan asalnya," terang Perwira Pengawas (Pawas) Polsek Mendoyo Iptu I Ketut Suardana, Minggu (19/3).
Lanjutnya, wanita tersebut diperkirakan berasal dari Jawa Timur dan diduga mengalami gangguan Jiwa. Tidak jelas kenapa wanita tersebut sampai bisa masuk ke kamar rumah warga yang kebetulan juga anggota polisi.
"Kayaknya wanita itu dari Jawa Timur karena saat diamankan di Mapolsek, dia sempat bilang 'Aku Arep Delok TV'. Itu kan bahasa Jawa Timur artinya mau nonton TV," tutup Suardana.
Tak cuma di Cilegon dan Bali, dalam kurun waktu berdekatan, seorang nenek di Kota Serang dihakimi massa karena diduga sebagai penculik. Lagi-lagi, peristiwa itu karena maraknya isu penculikan. Peristiwa itu terjadi di Kampung Nyapah Mesjid, Kecamatan Walantaka, Kota Serang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa terjadi pada Selasa (21/3) malam sekitar pukul 19.00 WIB. Seorang nenek yang merupakan gelandangan melintas perkampungan Nyapah. Korban langsung diinterogasi karena merasa curiga nenek tersebut merupakan pelaku penculikan anak di bawah umur.
"Si nenek ini lewat di Kampung Nyapah. Ditanya sama warga, jawabnya ke mana-mana. Lalu dipanggil warga lain, langsung dihakimi di situ," kata Kapolsek Walantakan AKP Atip Ruhyaman, Rabu (22/3).
Akibatnya, nenek yang merupakan gelandangan ini mengalami luka parah di bagian muka dan tangan. Petugas kepolisian pun langsung membawanya ke Puskesmas Walantaka untuk menjalani perawatan.
"Langsung kita bawa ke Puskesmas karena kan sudah babak belur, biar ditangani langsung oleh dokter," ujarnya.
AKP Atip mengungkapkan pihaknya kini telah melakukan pemeriksaan terhadap para saksi yang terlibat aksi main hakim sendiri. "Kita lakukan pemeriksaan kepada para saksi namun masih pada bilang tidak tahu tidak tahu. Kita akan terus lakukan pemeriksaan," katanya.
Sampai saat ini nenek gelandangan tersebut masih menjalani perawatan di Puskesmas Walantaka, dan rencananya nanti akan diserahkan ke Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang.
Dampak dari ramainya isu penculikan sejumlah orang juga diamankan karena dicurigai sebagai pelaku. Meski tak sampai dihakimi massa, mereka dibawa ke kantor polisi.
Seperti yang dialami Almiati, warga Jalan Rawa Melati RT 3 RW 1 Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Dia diamankan warga Cibodas, Kota Tangerang, Selasa (21/3) sekitar pukul 17.00 WIB.
Almiati disangka warga sebagai penculik anak. Sebab, gerak-gerik Almiati mencurigakan warga sekitar.
"Sebab dia sering manggil anak-anak dan gerak-geriknya mencurigakan buat warga," ujar Kapolsek Karawaci, Kompol Munir Yaji, Selasa (21/3).
Pihaknya, lalu mengamankan Almiati yang saat itu tengah berada di Lapangan Cibodas Kecil, Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.
"Ternyata setelah ditelusuri, Almiati adalah seorang wanita yang kurang waras. Atau menderita sakit jiwa. Kita sudah panggil keluarganya dan ketua RT tempat Alimiati tinggal. Dia kan kini tinggal di sekitar sini, di daerah Malabar, Kota Tangerang. Jadi bukan pura-pura gila," tuntasnya.
Di Surabaya, seorang perempuan misterius dibawa ke kantor polisi, Polsek Gubeng, Surabaya. Dia dicurigai, sebagai pelaku yang akan melakukan penculikan terhadap siswa-siswi yang sekolah di SDN Mojo I Surabaya.
Perempuan yang diketahui bernama Solihah, sekarang ini masih diperiksa penyidik, untuk mengetahui apa motifnya. Lantaran, sampai sekarang belum ada bukti Solihah telah melakukan penculikan.
"Ini masih didalami. Sampai sekarang dari pemeriksaan sementara, belum ada bukti yang kuat untuk menjeratnya, kalau melakukan tindak pidana," terang Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol M Iqbal, Kamis (23/3).
Insiden tersebut berawal saat Solihah datang dan masuk ke lingkungan SDN Mojo 1. Karena, tidak banyak guru yang mengenalnya, Solihah langsung ditanya oleh pihak sekolah, tapi tidak bisa menjawab.
Apalagi, waktu diminta identitasnya, tidak bisa menunjukkan. Akhirnya pihak sekolah, membawanya ke kantor polisi.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Delapan anak korban terkait kasus konten porno jaringan internasional menjalani perawatan kesehatan dan layanan konseling.
Baca SelengkapnyaPenelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaViral video bullying anak perempuan yang diduga masih pelajar sekolah menengah pertama (SMP).
Baca SelengkapnyaAksi penganiayaan terhadap bocah tersebut diduga dipicu kekesalan warga atas ulah sang bocah yang ketahuan mencuri uang milik warga.
Baca SelengkapnyaKasus bullying atau perundungan makin marak dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaKPAI terus bekerja sama dengan Siber Polri dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mengungkap sindikat TPPO anak.
Baca SelengkapnyaKasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaKetua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mencatat, ada 481 pengaduan terkait kasus anak korban pornografi dan cyber crime.
Baca SelengkapnyaPolisi telah meringkus empat dari total tujuh pelaku. Sisanya, tiga orang masih dalam perburuan.
Baca SelengkapnyaTerlebih bukan lagi cuma bully secara verbal, namun sudah mengarah ke tindakan kriminal.
Baca SelengkapnyaBisnis konten 'Video Gay Kids' yang dibongkar Polda Metro Jaya menjadi bukti rentannya anak-anak Indonesia menjadi korban eksploitasi pornografi.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga korban langsung melaporkan kasus tersebut usia viral.
Baca Selengkapnya