Penderita difteri bertambah, rumah sakit di Banda Aceh kewalahan
Merdeka.com - Suspect bakteri difteri di Aceh semakin mengkhawatirkan. Pasien difteri yang dirawat di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) bertambah menjadi 11 orang. Sehingga pihak rumah sakit rujukan di Aceh ini kewalahan menanganinya.
Sepanjang medio Desember 2017, ada 100 orang pasien sudah dirawat di RSUZA, Banda Aceh. Di mana tiga diantaranya meninggal dunia. Saat ini ada 11 pasien penderita suspect difteri sedang menjalani perawatan intensif.
Semua pasien penderita difteri tengah dirawat di Ruang Respiratory High Care Unit (RHCU) dan ruang isolasi. Pasien difteri terdiri dari sembilan anak-anak dan dua orang perempuan dewasa.
-
Siapa saja yang bisa terkena difteri? Meskipun difteri tidak terlalu berbahaya, namun penyakit ini termasuk penyakit menular sehingga bisa menginfeksi siapa saja yang berada di sekitar penderita atau lingkungan yang sedang mengalami banyak kasus difteri.
-
Siapa yang rentan tertular difteri? Faktor-faktor yang meningkatkan risiko tertular difteri antara lain: Tidak mendapat vaksinasi difteri secara lengkap Tinggal di area padat penduduk atau yang buruk kebersihannya Bepergian ke daerah yang tingkat difterinya sedang tinggi Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
-
Apa itu difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Apa penyebab penyakit difteri? Difteri adalah penyakit menular yang terjadi karena bakteri C. diphtheriae. Racun yang dihasilkan bakteri ini yang menyebabkan orang menjadi sangat sakit.
-
Apa penyebab utama difteri? Penyebab difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria, yang dapat menyebar dari orang ke orang. Bakteri ini menghasilkan racun yang merusak sel-sel di hidung dan tenggorokan, serta bisa menyebar ke organ lain, seperti jantung, ginjal, atau otak.
Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan Medis RSUZA Banda Aceh, Azharuddin mengatakan, bertambahnya angka pasien tersebut maka Aceh dinyatakan sebagai provinsi Kejadian Luar Biasa (KLB) penderita terserang wabah difteri di Indonesia. Pasalnya, dia mengungkapkan, pihak rumah sakit kewalahan melakukan penanganan.
"Sekarang Aceh mendapatkan peringkat kedua terbesar terkena difteri," katanya di Banda Aceh, Rabu (20/12).
Bagi pasien difteri akan menjalani perawatan selama 14 hari. Mereka akan diberikan anti difteri dan antibiotik. "Kita berharap kasus ini tidak ada lagi di Aceh tapi malah sampai saat ini jumlah pasien suspect difteri malah bertambah," ujarnya.
Sementara itu Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUZA, Raihan mengatakan, rata-rata pasien difteri yang dirawat di sini tidak mendapatkan imunisasi. Mereka rata-rata berusia antara 4 hingga 16 tahun.
"Rata-rata pasien yang ditemukan tidak menjalani imunisasi lengkap. Paling banyak ada yang tidak imunisasi sama sekali. Sebenarnya difteri ini bisa dicegah dengan imunisasi," jelasnya.
Raihan menyebutkan, pasien mesti diberi serum anti difteri dan anti biotik untuk membunuh kuman. Dan serum ini sendiri disediakan oleh Dinas Kesehatan. "Tanggung jawab pemerintah, Anti Difteri Serum (ADS) tidak dijual bebas dan tidak disediakan khusus, karena di rumah sakit sendiri tidak ada stok," jelasnya.
Kendati demikian, Raihan mengatakan pihak rumag sakit tetap mengupayakan secara maksimal mungkin terhadap penyembuhan pasien. "Untuk saat ini pasien yang kita rawat sudah dapat ADS, dan obat ini diberikan satu kali," ungkapnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah sakit di Mojokerto kewalahan menampung pasien anak. Sejumlah anak sakit tak kebagian kamar.
Baca SelengkapnyaDifteri pertama kali terdeteksi di Pamekasan pada tahun 2018 silam.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data RSUD Taman Sari tidak ada korban jika dalam kasus DBD tahun ini.
Baca SelengkapnyaRSUD Tamansari Rawat 67 Pasien DBD Sejak Januari 2024, Mayoritas Anak-Anak
Baca SelengkapnyaSemua warga dari berbagai daerah bisa berobat di RSUD dan RSCM yang ada di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaPermasalahan pertusis atau batuk rejan ternyata banyak yang tidak terdata sehingga perlu dicegah.
Baca SelengkapnyaJika 1 provinsi saja ada 10 anak yang menderita hepatitis, maka 34 provinsi lain bisa mengalami hal serupa.
Baca SelengkapnyaDBD menjangkiti kelompok usia produktif dan paling banyak terjadi di usia anak-anak.
Baca SelengkapnyaTercatat, 41.000 kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang menimpa balita di Ibu Kota
Baca SelengkapnyaDiare hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian tertinggi pada bayi.
Baca SelengkapnyaJumlah penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Kota Depok meningkat. Namun, Dinas Kesehatan setempat belum bisa memastikan penyebab peningkatan itu.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca Selengkapnya