Penjelasan Eijkman Beda Vaksin Covid-19 Sinovac & Merah Putih
Merdeka.com - Kepala Lembaga Biologi Eijkman, Prof Amin Soebandrio menjabarkan perbedaan vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan oleh Eijkman dengan vaksin Sinovac dari Tiongkok.
"Yang membedakan pasti Sinovac virusnya dari China, kalau merah putih dari Indonesia. Walaupun virusnya di Indonesia asalnya dari China juga. Kan kita dapatnya dari Wuhan juga," ujar Amin yang disiarkan langsung dalam program Ruang Merdeka, Rabu (4/11).
Amin menjelaskan bahwa virus dari China dan dari Indonesia bisa saja memiliki pola mutasi atau struktur virus yang berbeda. Hal ini dikarenakan setiap kali virus memperbanyak diri, itu akan terjadi mutasi secara acak. Walau tidak selalu mutasi itu menyebabkan perubahan fungsi atau struktur dari virus.
-
Kenapa virus punya bentuk berbeda? Bentuk dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA saja.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Apa saja bentuk virus? Struktur dan bentuk virus bervariasi, tergantung pada jenis asam nukleat, jumlah dan susunan protein selubung, serta adanya atau tidaknya selubung membran.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Dimana virus ditemukan? Peneliti dari Universitas Northwestern telah mengidentifikasi lebih dari 600 jenis virus yang berbeda dalam 92 sampel pancuran dan 34 sampel sikat gigi, tanpa ada dua sampel yang sama.
Amin juga mengaku sudah mempelajari virus-virus yang bersirkulasi di Indonesia dan sudah dibandingkan dengan virus corona yang ada di Tiongkok, Amerika, dan negara-negara lain. Hasilnya menunjukkan bahwa virus corona yang ada di Indonesia masih memiliki kekerabatan yang dekat dengan virus corona di Tiongkok jika dibandingkan dengan virus corona di negara-negara barat.
Selain asal virus yang kemudian dikembangkan menjadi vaksin, perbedaan lain dari vaksin Sinovac dengan Vaksin Merah Putih adalah cara pengembangan vaksinnya atau platformnya.
"Platform itu artinya bagaimana kita mengembangkan vaksin. Kalau yang Sinovac itu dia menggunakan virus utuh. Jadi virus hidup (yang) sudah mereka pilih, itu satu galur virus itu ditumbuhkan di dalam sel dengan medium khusus dalam bejana khusus yang kapasitasnya besar, ratusan liter. Itu yang juga memberikan risiko yang tinggi."
"Setelah berhasil dibiakkan kemudian virus itu dimatikan dengan bahan kimia, dengan cara apapun, setelah virusnya diyakini mati seluruhnya tinggal dipisahkan saja dari selnya, dari medianya. Setelah berhasil dimurnikan itu vaksinnya sudah jadi. Sudah siap pakai."
Berbeda dengan Virus Sinovac, Amin menjelaskan bahwa vaksin Merah Putih tidak menggunakan virus utuh melainkan hanya dua bagian terpenting dari virus yang ada.
"(bagiannya) Yaitu Protein S/ protein spike dan protein N. Jadi hanya sebagian kecil saja yang memang diperlukan untuk proses imunisasi ini. Untuk mendapatkan dua protein itu prosesnya lebih panjang daripada whole virus."
Selain membutuhkan waktu yang panjang dan tidak langsung jadi, tidak semua lab dapat menemukan protein-protein ini. Dibutuhkan teknik khusus hingga akhirnya protein S dan N dapat diproses untuk menjadi vaksin. Setelah itu pun juga dibutuhkan beberapa tahapan lainnya.
Eijkman sendiri diberikan waktu 12 bulan untuk mengembangkan vaksin Merah Putih di laboratorium sejak akhir Maret. Hingga saat ini prosesnya sudah mencapai 55 persen hingga nanti akan diuji pada hewan. Setelah itu barulah melalui uji klinik.
Menurut Amin ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan vaksin Merah Putih ini, yaitu vaksin harus efektif, cepat, aman, dan juga halal.
Reporter Magang: Maria Brigitta Jennifer
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia misterius baru-baru ini menghebohkan China.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca Selengkapnya