Permasalahkan laptop ahli kubu Jessica, JPU berdebat dengan Otto

Merdeka.com - Sidang ke-21 perkara dugaan pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada sidang yang digelar di ruang sidang tim penasihat hukum terdakwa Jessica menghadirkan ahli digital forensik Rismon Sianipar.

Sebelum Rismon memaparkan keterangannya, tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) mempermasalahkan latar belakang ahli. Setelah dijelaskan JPU pun mempersilakan ahli untuk melanjutkan pemaparan.

Hingga ketua tim penasihat hukum Otto Hasibuan meminta video rekaman CCTV kafe Olivier, suasana menegangkan kembali terjadi. Tim JPU merasa keberatan bila memberikan video yang dimaksudkan. JPU beralasan laptop yang digunakan oleh ahli tidak sesuai dengan standard yang digunakan oleh digital forensik.

"Kualifikasi untuk bisa menerangkan, laptop, hardware software, dapat dipertanggungjawabkan, harus terstandar," kata JPU Ardito Muwardi di ruang sidang Koesoemah Atmadja 1 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (15/9/).

Otto pun langsung menjawab keberatan pihak JPU tersebut. Otto menilai usulan JPU tidak berdasar dan terkesan mengada-ngada. Sebab, pada sidang-sidang sebelumnya pihaknya, tidak pernah mempermasalahkan ahli digital forensik JPU yang pernah dihadirkan.

"Saya tidak pernah persoalkan ahli saudara pakai laptop anda. Karena dia tidak menunjukkan pada kita tersertifikasi," kata Otto.

Bila perangkat ahli yang dihadirkan hari ini dipermasalahkan, berarti menurut Otto, ahli digital sebelumnya juga patut dipersoalkan. Sebab, ahli digital forensik yang dihadirkan jaksa, tidak pernah dijelaskan sebelumnya soal sertifikasi perangkat yang digunakan.

"Kita tidak pernah menguji standarisasi ahli jaksa. Kalau ini dipersoalkan berarti keterangan ahli sebelumnya tidak sah juga," sambung Otto.

Rismon angkat bicara dengan mengatakan kalau perangkat lunak miliknya untuk membedah CCTV sudah tersertifikasi. Namun JPU tetap pada keberatan.

"Yang kami masalahkan laptopnya, tersertifikasi atau tidak," kata JPU Shandy Handika.

Perdebatan tentang perangkat lunak yang digunakan terus berlangsung. Kedua pihak berbicara dengan nada yang cukup tinggi. Hingga akhirnya majelis hakim memutuskan untuk menunda kesaksian tentang perangkat lunak itu hingga ahli dari JPU datang ke persidangan.

"Majelis berketetapan, penayangan CCTV kita tunggu ahli digital forensik Jaksa Penuntut Umum, karena beban pembuktian ada di jaksa. Untuk menjaga keaslian, kita tunggu digital forensik dari jaksa" tutup Hakim Ketua Kisworo.

Sidang pun dilanjutkan dengan penayangan video dari kubu Jessica uang didapatkannya dari berbagai televisi yang menyiarkan secara langsung sidang yang membahas rekaman CCTV.