Peserta aksi cor kaki tolak pabrik semen Rembang pulang kampung
Merdeka.com - Peserta aksi tolak pembangunan pabrik semen di Rembang dan Pati meninggalkan Jakarta dan kembali ke kampung halaman masing masing. Mereka sempat melakukan aksi protes dengan mengecor kakinya.
Pantauan merdeka.com, Selasa (21/3) sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan peserta aksi meninggalkan kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, menuju Rembang dan Pati.
Ketika dimintai konfirmasi seputar alasan kepulangan mereka, peserta enggan berkomentar. Konfirmasi diberikan oleh Mokh Sobirin, dari Desantara, salah satu NGO (Non Government Organization) yang tergabung dalam 'Koalisi untuk Kendeng'.
-
Mengapa petani Kendeng menolak pabrik semen? Untuk menolak pembangunan itu, pada tahun 2016 dan 2017 lalu mereka melakukan aksi cor kaki. Mereka memprotes pembangunan pabrik tersebut karena dibangun di wilayah karst yang berfungsi untuk menyerap air. Selain itu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan pihak terkait dinilai tidak transparan.
-
Kenapa penduduk kampung mati petir meninggalkan kampung tersebut? Saat itu habis maghrib anak saya mainan marmut tiba-tiba didatangi sosok orang memakai blangkon. Orang itu kakinya tidak menapak di tanah. Orang itu mengajak anak saya keliling-keliling. Tiba-tiba saja dia terbang dan berubah wujud menjadi Mak Lampir,' kata Pak Priyono.
-
Kenapa buruh Semarang menolak Tapera? 'Setelah 50 tahun, uang iuran itu baru akan terkumpul Rp48 juta. Lima puluh tahun lagi, mana ada harga rumah Rp48 juta. Rumah saat ini paling murah saja Rp155 juta. Jadi ini cuma akal-akalan pemerintah saja. Menurut kami ini bukan jaminan sosial,' kata Aulia Hakim, sekretaris KSPI Jateng, mengutip YouTube Liputan6 pada Senin (10/6).
-
Kenapa orang pulang kampung? Pulang kampung seringkali dianggap sebagai momen yang penuh dengan rasa haru, nostalgia, dan kehangatan.
-
Kenapa pekerja Indonesia dipecat? Pihak perkebunan yang mempekerjakan mereka mengatakan mereka dipecat karena kurang cepat memetik buah-buah yang akan dipasok ke supermarket besar.
-
Dimana pabrik semen di Kaltim dibangun? Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Isran Noor meresmikan pabrik semen milik PT Kobexindo Cement di Desa Selangkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
Menurut Sobirin, alasan kepulangan para peserta ke tempat asal disebabkan beberapa pertimbangan. Seperti hasil pertemuan dengan Kepala Staf Kepresidenan, juga pertimbangan soal ketahanan stamina para peserta aksi.
"Kita melihat respon dari KSP (Kepala Staf Presiden) kemarin, kita lihat stamina dari peserta aksi. Kita memutuskan untuk mengurangi supaya jumlah dari 50 orang menjadi 9 orang itu akan terus melakukan aksi," ungkap Sobirin.
Tentang hasil pertemuan dengan Kepala Staf Presiden, Teten Masduki kemarin, Sobirin mengatakan, pertemuan tersebut tidak mengasilkan apa-apa.
"Kami merasa pertemuan dengan KSP (Kepala Staf Presiden) kemarin tidak menghasilkan apa-apa," katanya.
Sobirin mengaku, pihaknya dan peserta aksi tidak puas dengan proses yang sedang berjalan. Salah satunya adalah, ketika Presiden Jokowi meminta semua pihak harus menunggu proses KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Stategis), maka permintaan Presiden tersebut ditujukan pada semua pihak, baik pihak yang pro maupun kontra pabrik semen.
"Dari kami (pihak yang menolak pabrik semen) memaknai (permintaan Preiden), bahwa semua pihak yang terkait masalah pabrik semen, baik yang pro maupun yang kontra, terutama adalah pabrik semen, harus menghentikan proses atau tahapan pembangunan sambil menunggu proses KLHS," katanya.
Namun, lebih jauh Sobirin mengatakan, yang menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis hanya pihak pemrotes sedangkan pabrik semen terus beroperasi.
"Ketika kemarin ketemu Teten Masduki, lalu Pak Teten mengatakan harus menunggu KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis), kami sudah bersabar. Pihak pabrik semennya yang tidak bersabar," kata Sobirin.
Menurut Sobirin, aksi akan dilakukan lagi, tapi mereka menunggu proses KLHS berjalan dulu. Bila hasil KLHS tidak menjawab tuntutan mereka, maka aksi akan kembali dilakukan dan soal seperti apa bentuk aksi itu sendiri, Sobirin tidak memberikan jawaban pasti.
"Entah serupa atau beda, intinya, kami ingin menyampaikan tuntutan kami tentang pencabutan akan terus kami suarakan, seperti yang sudah dilakukan. KLHS sampai April. Intinya, sampai izin (Pendirian pabrik) dicabut aksi-aksi akan terus berlanjut," tegas Sobirin.
Selain itu, dalam aksi Sobirin mengatakan, aspek stamina dan kesehatan para peserta turut menjadi bahan pertimbangan.
"Soal stamina juga (dipertimbangkan). Nanti akan bergulir sembilan orang. Misalkan tiga hari akan diganti lagi atau empat hari baru diganti lagi," katanya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka menolak keras penggusuran Pulau Rempang. Mereka juga menuntut pemerintah agar menghentikan praktik perampasan tanah terhadap warga Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya mereka menuntut untuk menyikapi konflik lahan di Rempang.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Rempang mengusir petugas yang hendak menawarkan relokasi.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaTujuh warga di Kabupaten Blora mengalami penganiayaan oleh karyawan perusahaan tambang setelah mereka mengajukan protes terkait pencemaran udara.
Baca SelengkapnyaAksi ini merupakan bentuk protes terhadap berbagai isu yang dinilai merugikan para pekerja di industri tekstil.
Baca SelengkapnyaAksi demonstrasi itu dilakukan di Jalan Ir. H. Juanda, Depok.
Baca SelengkapnyaSehari sebelumnya, para ulama di Serang, Banten juga bersatu menolak adanya industri minuman keras dalam bentuk Penandatanganan Petisi Dukungan Para Ulama.
Baca SelengkapnyaMereka coba kembali mendekati gedung DPRD sambil melempar botol, kayu dan batu.
Baca SelengkapnyaRatusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Baca SelengkapnyaAda komunikasi tidak berjalan baik antara aparat mengawal proses relokasi dengan warga yang menolak pembangunan Proyek Rempang Eco City.
Baca SelengkapnyaSejauh ini Kepolisian Resor Kota (Polresta) Tangerang telah berkoordinasi dengan sejumlah serikat pekerja untuk pengawalan tersebut
Baca Selengkapnya