Polisi duga pembunuh Neng mengidap paedofilia
Merdeka.com - Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Krishna Murti mengatakan, pelaku pembunuhan Neng termasuk dalam kategori paedofil. Neng yang jenazahnya ditemukan dalam kardus diduga kuat menjadi korban secara acak oleh paedofil.
"Mereka mencari mangsa di mana-mana, tidak milih-milih. Ia bisa sesuka hatinya melakukan kekerasan terhadap anak ini," ungkap Krishna saat ditemui di lokasi TKP, Jalan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (4/10).
Lebih lanjut, Krishna menduga pelaku pembunuh bocah malang tersebut dilakukan di luar lokasi. Tim penyidik melakukan penyusuran olah TKP yakni Tanah Kosong di sebelah TPU Tegal Alur, Kamal, Jakarta Barat.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Kenapa pelaku mengincar korban? “Pelaku pertama kali melihat korban saat turun dari bus Bintang Timur di Jalan Urip Sumoharjo. Dari situ, kedua pelaku berboncengan dan membuntutinya hingga di depan rumah dan langsung menarik tas korban,“ ujarnya saat di Mapolsek Rappocini Makassar, Senin (22/1).
-
Siapa yang menemukan kuburan anak-anak? Kuburan ini ditemukan saat penggalian berlangsung di kota kuno Tenedos, Bozcaada, tenggara Dardanelles.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
"Seperti seolah di jalan raya sampai di dekat rumahnya juga bisa dijadikan TKP. Ini tidak bisa digambarkan secara sederhana," papar Krishna.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya subdit Jatanras menurunkan anjing pelacak. Pada saat pelacakan, anjing tersebut mengarah ke salah sebuah rumah warga yang berada di Jalan Sahabat, Kamal, Jakarta Barat.
Pemilik rumah merasa kaget lantaran anjing pelacak itu mencium bau darah yang mengarah ke rumah miliknya.
"Saya nggak tahu apa-apa pak. Pintu rumah saya ini memang selalu kebuka dari pagi sampai magrib nggak pernah ditutup," ucap pemilik rumah, Tuti, Minggu (4/10).
Ketika polisi menanyai para pemilik rumah, seluruh anggota rumah langsung merasa panik. Pasalnya rumah tersebut dihuni oleh 8 orang anggota keluarga, namun sejak pagi hingga malam hari hanya ada 3 orang penghuni di rumah tersebut.
"Saya mah dari pagi sampe sore jadi kuli cuci mbak di sana, jauh. Anak saya dan mantu juga kerja," tukasnya.
Lebih jauh Tuti, dalam sehari-hari sejak pagi hingga sore, di rumah tersebut hanya ada anak terakhirnya, cucu serta suaminya yang sedang sakit-sakitan.
"Kita mah nggak tahu apa-apa mbak. Suami sama anak dan cucu saya biasanya pada tidur di ruang tengah. Kalau ada orang masuk juga nggak kedengeran," paparnya.
Sebagai informasi, di dekat rumah korban memang ada lubang yang dilalui warga sebagai jalan pintas yang digunakan menuju tempat pemakaman umum.
"Di sini memang suka ada yang lalu lalang. Orang biasanya kalau mau ke TPU suka lewat lubang itu. Tapi kita nggak tau apa-apa," jelasnya.
"Malam-malam kita tidur. Besok pagi ada warga ribut-ribut ada mayat dibuang kita baru tahu," pungkasnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi mengungkapkan korban pencabulan yang dilakukan N alias Engkong (70) bertambah.
Baca SelengkapnyaSeorang lansia S (61) terancam dibui karena mencabuli 3 bocah di bawah umur.
Baca SelengkapnyaMayoritas korban pencabulan merupakan tetangga pelaku.
Baca SelengkapnyaDari hasil penyelidikan dan penyidikan, polisi menemukan dua motif pada kasus dengan pelaku berinisial DS (61) ini.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial MF ditangkap polisi atas laporan menjual anak di bawah umur.
Baca SelengkapnyaKorban dicabuli sebanyak dua kali oleh pelaku berinisial DS (61)
Baca SelengkapnyaPelaku lantas berhenti dan pura-pura menanyakan sebuah alamat. Begitu korban menjawab, pelaku meremas payudaranya lalu tarik gas.
Baca SelengkapnyaPolisi mengaku masih terus berupaya mengidentifikasi dan mencari predator seksual yang mengincar anak-anak dibawah umur
Baca SelengkapnyaPolisi juga mendalami kemungkinan anak-anak lain yang diduga turut menjadi korban pencabulan terduga pelaku.
Baca SelengkapnyaPolisi meringkus AW (58), tersangka predator anak di Kecamatan Kotabaru, Karawang. Residivis ini ditangkap setelah sejumlah orang tua melaporkan perbuatannya.
Baca SelengkapnyaDelapan anak korban terkait kasus konten porno jaringan internasional menjalani perawatan kesehatan dan layanan konseling.
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkapkan fakta baru dari terduga pelaku penyanderaan bocah perempuan yang terjadi di Pos Polisi (Pospol) Pejaten, Jakarta Selatan.
Baca Selengkapnya