Potret wanita pengungsi Gunung Agung di Hari Ibu
Merdeka.com - Tidak semua dari para wanita yang mendapat penghormatan di peringatan Hari Ibu yang jatuh pada Jumat (22/12) ini. Di Bali, sejumlah ibu-ibu pengungsi Gunung Agung lebih fokus menambah isi dompetnya dengan cara mencari pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum adam.
Bahkan dalam sebuah proyek bangunan rumah dekat pengungsian, di wilayah Badung Utara, para ibu-ibu ini berebut mengangkut pasir. Nampak juga di dalam Gedung Olah Raga Suwecapura Klungkung, ibu-ibu sibuk fokus membuat ulatan bahan anyaman bambu.
"Untuk buat wadah dari anyaman bambu satu lembarnya diupahi Rp 3.000. Kalau lagi semangat bisa sehari dapat 3 lembar hingga malam sambil tunggu ngantuk. Biasanya rata-rata cuma dapat selembar," ucap Ayu ibu asal desa Sebudi di jumpai di posko pengungsian Gor Suwecapura.
-
Apa yang dilakukan wanita Dayak saat Pekan Gawai Dayak? Perempuan Suku Dayak berbalut busana adat itu salah satunya saat acara Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-37 Kalimantan Barat yang digelar di Rumah Radakng, Pontianak, Sabtu (20/5).
-
Apa profesi perempuan tersebut? Perempuan tersebut terlihat sedang menjamu tamunya dengan sangat baik.Mereka kemudian berbincang panjang dan menjelaskan masing-masing latar belakangnya. Perempuan pemilik warung sekaligus tukang pijat itu pun akhirnya mengaku bahwa ia bekerja di bidang tersebut karena terpaksa.
-
Apa yang dilakukan di gunung? Beberapa di antaranya bahkan menjadi tempat bertapa bagi orang-orang yang mencari berkah, hikmah, atau ilmu.
-
Siapa yang membantu Ibu Dewi? 'Ada bagian yang khusus mengupas bawang, ada bagian mengiris bawang pakai mesin, terus bagian menggoreng. Semua pekerja yang bantu saya tetangga sekitar rumah,' kata Dewi.
-
Siapa wanita tersebut? Wanita tersebut, berpostur sekitar 155 sentimeter diperkirakan hidup bersama suaminya pada abad ke-9.
-
Dimana lokasi Gunung Agung? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
Di tempat terpisah, di wilayah Badung Utara, para ibu-ibu terlihat begitu semangat bermandikan keringat mengangkut pasir dari sebuah truk. Terhitung ada Rp 8.000 yang mengambil kerjakan dadakan ini.
"Lumayan pak dari pada bengong saja. Tapi ini borongan. Satu truk dapat Rp 100 ribu. Ya tinggal kita bagi saja ber delapan," aku bu Wayan saat menanti giliran angkut pasir.
Menurutnya, sebelum wartawan ini tiba sudah habis satu truk sebelumnya. "Ini truk yang ke dua pak. Sebelum pak datang, sudah satu truk," akunya.
Ironisnya saat ditanya soal Hari Ibu, tidak satu pun dari mereka yang memperdulikan. Justru mereka menjawab bahwa hari ini adalah hari Jumat bukan Hari Ibu.
Bagi mereka mengenal tentang Hari Ibu hanya dirayakan bagi anak-anak mereka yang sukses dan menghormati orang tuanya.
"Anak saya masih kecil-kecil pak. Nanti kalau dia sukses, biar anak saya yang rayakan saya di hari ibu," ungkap Wari menimpali.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaDi tengah kesibukannya, ada kalanya ia sebagai manusia biasa merasa lelah.
Baca SelengkapnyaRata-rata masyarakat Indonesia mulai menabung dan berinvestasi di usia 31 tahun.
Baca SelengkapnyaBegini cerita janda cantik sopir truk wanita yang rela banting tulang kerja di tambang demi nafkahi anaknya.
Baca SelengkapnyaDemi meraup keuntungan dan penghasilan halal, mereka rela begadang untuk menjajakan makanan di sudut kota suci Makkah.
Baca SelengkapnyaTak hanya penghuninya yang unik, kondisi alam dan pemandangan di sekitarnya juga mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaYayasan Pundi Amal Peduli Kasih kembali menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan perempuan.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaRekrutmen dan jenjang karir karyawan didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi.
Baca SelengkapnyaIstri bakal calon presiden Ganjar Pranowo Siti Atikoh Supriyanti menggelar diskusi dengan Nyai dan Ning di Surabaya, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPasangan tersebut tinggal di rumah yang terbuat dari tiang kayu dan berdinding bambu dengan kondisi yang sudah rapuh.
Baca Selengkapnya