Psikolog Nilai Warga Tolak Jenazah Covid-19 Karena Minim Edukasi Ilmiah
Merdeka.com - Virus Corona atau Covid-19 telah membuat masyarakat resah. Saking ketakutannya, sampai menimbulkan penolakan ketika ada jenazah korban Covid-19 yang akan dimakamkan.
Psikolog Maya Sita Darlina mengatakan, masyarakat saat ini sangat perlu edukasi secara ilmiah tentang penanganan jenazah yang meninggal akibat Covid-19. Sekaligus memberi contoh penanganan yang benar sehingga tidak terjadi penolakan oleh warga.
"Jadi fenomena penolakan warga atas pemakaman jenazah (Covid-19) ini perlu segera diatasi dengan edukasi secara ilmiah," kata Maya melalui pesan tertulis. Demikian dikutip dari Antara, Jumat (17/4).
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang mengalami serangan panik? Serangan panik dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda untuk setiap individu.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
Dia menduga, sikap menolak tersebut berawal dari banyaknya berita tentang bahaya penularan Covid-19.
"Sayangnya sebagian masyarakat lebih dipengaruhi oleh berita negatif ini. Kalaupun ada berita positif, masyarakat telanjur terdistorsi. Jadi yang masuk ke kepala hanya kengerian," katanya.
"Ini bisa terjadi pada sebagian orang atau juga kelompok masyarakat," katanya.
Akhirnya, masyarakat membuat analisis tentang virus berdasarkan pengetahuan mereka sendiri yang masih awam.
"Ketika ketakutan, kengerian, kepanikan melanda, banyak orang meski itu dilatarbelakangi informasi yang tidak seluruhnya akurat, maka dapat dipahami jika kemudian muncul ketakutan massal. Semua yang berhubungan Covid-19 ditolak, termasuk penolakan pemakaman jenazah," katanya.
Oleh karena itu, edukasi tentang penanganan yang tepat terhadap pemakaman jenazah korban Covid-19 perlu diberikan kepada masyarakat.
"Setelah ada edukasi dari para ahli, kemudian mereka perlu sekaligus memberikan contoh dengan mempraktikkan cara pemakaman yang benar dan aman sehingga tidak terjadi penularan," katanya.
Edukasi dan contoh yang benar itulah, masyarakat diharapkan menjadi sadar sehingga mau menerima pemakaman jenazah korban Covid-19.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengumpulan data primer dengan pendekatan analisis wacana melalui analisis data kuantitatif media monitoring Humas BKPK dan NoLimit.
Baca SelengkapnyaData menunjukkan bahwa banyak dari mereka mengalami gangguan jiwa, dan ini dapat berdampak serius pada masa depan mereka jika tidak ditangani dengan baik.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidupnya
Baca SelengkapnyaRentetan gempa masih menghantui warga Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, sekitar 10 ribu jiwa memilih tinggal di pengungsian.
Baca SelengkapnyaTerdapat anggapan tentang mental health gen Z yang tidak sepenuhnya benar.
Baca SelengkapnyaTernyata paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menjadi pemicu, salah satunya ketidakmampuan untuk mengendalikan amarah.
Baca SelengkapnyaAnak zaman sekarang cenderung lebih mudah mengalami kecemasan dibanding di masa lalu karena sejumlah hal.
Baca Selengkapnya