Reporter Natas diinterogasi saat meliput pengepungan asrama Papua
Merdeka.com - Wartawan dari Pers Mahasiswa (Persma) Natas universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengalami intimidasi saat meliput peristiwa pengepungan polisi terhadap asrama Papua, Jumat (15/7). Intimidasi tersebut berupa interogasi identitas diri atas dasar rasial.
Pimpinan Umum Persma Natas, Gregorius Adhytama, membenarkan bahwa dua anggotanya yang bernama Benidiktus Fatubun (Benfa) dan Fileksius Gulo (Fileks) mengalami intimidasi saat melakukan peliputan. Benfa dan Fileks yang merupakan mahasiswa jurusan pendidikan sejarah tersebut dimintai identitasnya oleh polisi.
"Tiba-tiba datang seseorang yang berpakaian jaket kulit dan berbadan gempal datang menghampiri Benfa dan Fileks. Mereka berdua bertemu dengan seorang anggota kepolisian di depan kampus Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Jalan Kusumanegara," jelas Gregorius Adhytama, Senin (18/7).
-
Siapa yang menghampiri moderator? Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asya'ri menyebutkan bahwa tindakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Grace Natalie dan Isyana Bagoes Oka yang menghampiri moderator pada saat debat ketiga lalu sudah dilakukan evaluasi.
-
Siapa yang diwawancara di OKU Timur? Potensi perikanan terutama kampung patin yang ada di OKU Timur menjadi lirikan dunia Internasional, di mana tim dari Kantor Berita Amerika Associated Press beraudensi dan wawancara bersama Bupati OKU Timur H Lanosin ST, Senin 24 Juli 2023 di Ruang Budensi Bupati OKU Timur.
-
Bagaimana Jokowi meminta awak media untuk informasi lebih lanjut? 'Tanyakan langsung ke Kapolri. Kapolri ada. Kapolri? Kapolri ada. Tanyakan ke kapolri langsung,' ujar dia.
-
Siapa yang berhadapan dengan preman? Seorang wanita berhadapan dengan aksi preman di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
-
Bagaimana pria itu mendekati gurunya? Sebelum resmi berpacaran, awalnya pria yang berstatus murid ini mengajak gurunya foto bareng. Mereka tampak selfie berdua dan semuanya juga tampak biasa saja, layaknya guru yang diajak foto oleh muridnya.
-
Siapa yang mencuri perhatian? Putri Assegaf, istri Briptu Mustakim, berhasil mencuri perhatian netizen. Ia adalah seorang Bhayangkari yang dikenal karena kecantikannya dan gaya berpakaiannya yang modis dengan hijab dan busana berwarna cerah.
Gregorius Adhytama menjelaskan bahwa polisi kemudian meminta Benfa dan Fileks menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan kartu id Pers. Tak hanya itu saja, polisi kemudian juga memfoto identitas tersebut.
"Mereka berdua diminta menunjukan KTM, KTP, dan kartu pers. Kemudian setelah dilihat lalu difoto oleh polisinya," ujar Gregorius Adhytama.
Menurut Gregorius Adhytama, saat peristiwa peliputan tersebut sedang marak razia yang dilakukan oleh kepolisian atas terhadap orang-orang yang berasal dari Papua. Mereka yang berkulit hitam dan berambut kriting kerap dicurigai dan dilakukan interogasi.
"Benfa itu orang Maluku yang dari lahir di Papua jurusan pendidikan sejarah semester lima. Sedangkan Fileks itu jurusan pendidikan sejarah semester tiga asli Nias," ujarnya.
Gregorius Adhytama menyayangkan perbuatan polisi yang melakukan intimidasi terhadap dua wartawan persma tersebut. Menurutnya polisi sebagai pejabat negara tak selayaknya berbuat rasis.
"Perbuatan polisi itu kan menunjukan diskriminasi terhadap orang Papua yang berkulit hitam. Miris polisi kok sangat rasis," ujarnya.
Kami jelas mengecam tindakan aparat terhadap intimidasi wartawan pers mahasiswa Natas Universitas Sanatadharma. Karena aparat sendiri telah menutup akses informasi atas apa yang terjadi di asrama Papua.
Sementara itu sekjen Perhimpunan Pers Mahasiswa Indosenia (PPMI) Yogyakarta, Taufik Hidayat, Mengecam upaya polisi dalam mengintimidasi wartawan Persma Natas. Dia menilai kepolisian sama saja menutup kran informasi terhadap publik.
"Polisi yang mengintimidasi wartawan sama dengan upaya penutupan fakta terhadap peristiwa di asrama Papua," ujar Taufik Hidayat.
Menurut taufik, polisi semestinya mengerti wilayah kerja masing-masing institusi. "Kalau kerjanya polisi mengamankan ya sudah cukup dengan mengamankan saja. Tidak perlu melakukan intimidasi dengan menginterogasi wartawan apalagi berdasarkan rasial," imbuhnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria tersebut kini sudah diserahkan ke aparat kemananan setempat untuk didalami motifnya
Baca SelengkapnyaTim pengamanan telah berkomunikasi untuk menanyakan masalah apa yang ingin disampaikan ke Jokowi.
Baca SelengkapnyaAnggota Paspampres yang biasa melekat kepada Jokowi dengan sigap berupaya menghalangi orang itu
Baca SelengkapnyaMereka masuk ke area khusus tersebut dengan membawa id pers palsu untuk mengelabui penjagaan.
Baca SelengkapnyaAkibat kejadian itu, kaki dan bahu kiri wartawan tersebut sakit terlebih kakinya pernah cidera dan bagian paha kirinya masih terpasang pen.
Baca SelengkapnyaAksi pria sempat terekam dan viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaMahyuddin berhentikan karena terlibat pemalsuan ijazah.
Baca SelengkapnyaSeorang jurnalis mendapat perlakuan tak menyenangkan saat meliput di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
Baca SelengkapnyaKericuhan terjadi di luar kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta usai menggelar dialog dengan Pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud Md
Baca SelengkapnyaDua awak media yang mendapat tindakan kekerasan itu ialah kameramen Kompas TV dan reporter CNN Indonesia.
Baca SelengkapnyaDompet Wartawan Dicopet Usai Wawancara Cawapres Gibran.
Baca SelengkapnyaAkibat kejadian itu, kaki kiri dan bahu kirinya terasa sakit terlebih kakinya pernah cidera bagian paha kirinya masih terpasang pen.
Baca Selengkapnya