Riwayat Solihah, ibu yang menghidupi anaknya dan naik haji dari buku loak
Merdeka.com - Sejak tahun 1969, Siti Solihah Hasan berjualan buku bekas di area Pasar Pereng Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Bisa dikatakan, ia satu-satunya pedagang toko buku loak di kota yang khas dengan mendoannya itu. Di sisi lain, Solihah seorang ibu yang membesarkan 6 anaknya lewat penjualan buku-buku loak.
Solihah menjual buku loak semenjak masih usia 16 tahun. Kini di usia yang ke 64 tahun, dia mengatakan, kios buku bekasnya seumpama pohon yang terus berbuah. Penghasilannya dari menjual buku loak telah mengantarkan 3 putra dan 3 putrinya menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi.
Lewat buku pula, dia menabung sampai akhirnya memenuhi harapannya berangkat haji pada 2015 silam.
-
Bagaimana cara perpustakaan membesarkan seseorang? Perpustakaan membesarkan saya. - Ray Bradbury
-
Bagaimana cara mengenalkan buku pada anak? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memperkenalkan buku pada anak: Pilih Buku yang Sesuai dengan Usia Bacakan Buku Bersama Jadikan Buku Sebagai Hadiah Ciptakan Ruangan Baca yang Nyaman Libatkan Anak dalam Memilih Buku Diskusikan Isi Buku Jadikan Membaca Sebagai Kegiatan Rutin Gunakan Teknologi Jadi Teladan yang Baik
-
Kapan nenek Niah mulai berjualan? Nenek Niah mulai berjualan mulai pukul 5 sore sampai 11 malam.
-
Dimana nenek Niah berjualan? Ia berjualan rujak yang berlokasi di Jalan KH. Mansyur Nomor 70 Surabaya, sekitar wisata religi Sunan Ampel.
-
Bagaimana mengenalkan buku pada anak? Anda dapat mulai dengan membacakan buku kepada anak selama 10-15 menit setiap hari, misalnya sebelum tidur atau setelah makan.
-
Kenapa Aki Khoerudin masih berjualan lumpia di usia 100 tahun? Pria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
"Kios buku ini sampai kapan pun akan tetap saya pertahankan. Pada anak-anak, saya mengatakan lewat jualan buku sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi asal, kita mampu hidup prihatin," katanya saat ditemui merdeka.com, Kamis (21/12).
Sebagaimana seorang ibu yang kasih pada anaknya tak pernah luntur, Solihah bertahan menjual buku karena lembar-lembar pengetahuan di dalamnya tak pernah busuk. Maksudnya, buku seusang apapun akan tetap dicari sebab pengetahuan di dalamnya tak akan pernah hilang manfaatnya.
Solihah memercayai, dari berbagai pengalaman, banyak pembeli-pembeli yang datang ke toko buku loaknya mencari majalah-majalah atau buku-buku lama. Tujuannya untuk penelitian bahkan ada juga yang sekadar mengenang kembali bacaan di masa silam.
Di usianya yang makin renta dan tak lagi sepenuhnya bugar, tak jarang anak-anaknya meminta Solihah untuk pensiun. Pada anak-anaknya, dia berujar, kios bukunya adalah sumber penghidupan keluarga yang berperan penting ikut membesarkan mereka.
Siti Solihah Hasan berjualan buku bekas di area Pasar Pereng Sokanegara ©2017 Merdeka.com/Abdul Aziz
Di sisi lain, dia sadar sejak beberapa tahun terakhir para pembeli semakin minim. Tapi pendapatan Rp 500 ribu sebulan, sudah sangat cukup baginya.
"Kios ini saya kontrak setahun Rp 2 juta. Sekarang memang lebih sepi pembeli, tapi saya harus mencari kesibukan dari pada diam di rumah. Setidaknya saat sepi, di kios ini saya bisa wiridan atau membaca Alquran," ujar Solihah.
Masa kejayaan toko buku loaknya, seingatnya di kisaran tahun 70-an sampai 80-an. Seiring banyaknya taman bacaan di Purwokerto, buku-buku bekas cerita silat seperti karya Kho Ping Ho atau Wiro Sableng karya Bastian Tito ramai dicari orang. Selain itu buku-buku paket pelajaran sekolah juga masih banyak dicari oleh para pelajar.
Hanya di buku toko buku loaklah, transaksi penawaran yang luwes dapat menjadi modal serta bekal utama calon pembaca untuk mendapat buku dengan harga yang murah.
"Saya sendiri yang setiap setahun sekali kulakan buku di pasar Senin, Jakarta. Biasanya sepuluh karung dan saya naik kereta api. Dulu ditemani almarhum suami saya. Sekarang saya selalu minta ditemani oleh anak saya," katanya.
Menghikmati riwayat Solihah dan toko buku loaknya, tak hanya terpapar kisah tentang di balik buku yang selalu menyimpan jendela pengetahuan. Buku-buku yang tergeletak di toko buku loak Solihah, seusang apapun, juga menyimpan jejak riwayat seorang ibu.
Kasih sayang yang tak kenal luntur seumpama buku yang tak akan pernah usang menjadi tunjuk ajar perilaku bagi setiap pembacanya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Holipah menyisihkan uang dari berjualan mulai dari Rp10.000 sampai Rp20.000 untuk tabungan pergi haji.
Baca SelengkapnyaDia begitu berani berjualan di warung miliknya yang terletak di tengah hutan belantara.
Baca SelengkapnyaDia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
Baca SelengkapnyaSemua dilakukan semata-mata hanya karena ingin hidup tanpa merepotkan siapapun, termasuk anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaUstaz Riza Muhammad sempat berjualan sandal. Dari berjualan sandal, Ustaz Riza mendapat pengasilan Rp50 ribu selama Seminggu.
Baca SelengkapnyaMeski kondisi tubuhnya sudah tak sekuat saat muda, nenek 69 tahun ini sangat antusias menuju Tanah Suci.
Baca SelengkapnyaYunifah Ismawati ibunda Oki Setiana Dewi telah merampungkan hafalan 20 juz Al-Quran dan diwisuda.
Baca SelengkapnyaNamanya adalah Sutomo, pria berusia 70 tahun yang telah menjalani profesi ini selama lebih dari 11 tahun.
Baca SelengkapnyaUmmi Pipik memiliki empat anak dari pernikahannya dengan mendiang Ustaz Jefri Al Buchori.
Baca SelengkapnyaDi tengah asanya membuat rumah, tabungan usaha miliknya direlakan jadi pelunas utang sang ibunda.
Baca SelengkapnyaPerempuan yang bernama Lilie Wijayati ini masih terus mendaki di usianya yang kini hampir menginjak 60 tahun.
Baca SelengkapnyaIa masih semangat dalam mencari ilmu dan tidak malu dengan teman-temannya yang lebih muda.
Baca Selengkapnya