Salah Identifikasi Pengeroyok Ade Armando, Begini Proses Kerja Face Recognition
Merdeka.com - Seorang warga Lampung sempat diduga sebagai pengeroyok Ade Armando di depan Gedung DPR saat demo 11 April lalu. Wajah dan alamat tersebar dan viral di media sosial.
Belakangan pria itu memberi klarifikasi. Dia tegaskan tidak pernah ikut pengeroyokan. Saat demo 11 April dia ada di Lampung.
Diketahui, kondisi tersebut karena ada kekeliruan saat proses identifikasi pelaku. Termasuk saat penelusuran identitas pelaku lewat Face Recognition.
-
Kenapa Ade Armando dilaporkan ke Polda DIY? Salah seorang pelapor dari Paman Usman yang juga Lurah Karangwuni, Kulon Progo, Anwar Musadad, mengaku para lurah di DIY merasa sakit hati dengan pernyataan Ade Armando.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Siapa yang melaporkan Ade Armando? Tercatat sudah ada dua kelompok masyarakat yakni Aliansi Masyarakat Jogja Istimewa dan Paguyuban Masyarakat Ngayogyakarta Untuk Sinambungan Keistimewaan (Paman Usman) yang melaporkan Ade ke Polda DIY.
-
Bagaimana Ade Armando mengeluarkan pernyataan kontroversial? 'Anda bisa saja tidak setuju dengan saya tapi saya juga bisa tidak setuju dengan anda dan adalah kewajiban saya menyampaikan pandangan bahwa kewajiban bagi umat Islam untuk menegakkan syariat Islam adalah sesuatu yang berbahaya bagi Indonesia,' kata Ade dalam video yang diunggah kanal YouTube Cokro TV.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Apa pernyataan kontroversial Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menjelaskan cara kerja Face Recognition dalam mengungkap data seseorang. Menurutnya, cara kerja alat itu dengan memotret tampilan wajah seseorang yang nantinya akan muncul sebuah data seseorang.
Data yang kemudian ditampilkan mengacu pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektornik yang sudah terhubung dengan Dinas Kependudukan Catatan Sipil (Disdukcapil).
"Ya hanya motret saja sesuai data e-KTP kan ada 9 titik wajah. Kalau 8 cocok, berarti 95 persen cocok," kata Dedi saat dihubungi merdeka.com, Jumat (15/4).
Proses face recognition, katanya, akan menjadi sulit ketika seseorang tidak melakukan perekaman e-KTP. Sebab, hanya pada e-KTP lah ada proses perekaman wajah seseorang.
"Ya datanya sesuai e-KTP, kalau enggak punya e-KTP angel-angel (susah-susah)," ujarnya.
Ditambahkan Komisioner Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) Poengki Indarti, proses ace Recognition biasanya dimulai dengan meletakkan foto seseorang di depan alat Face Recognition. Dilanjutkan mengidentifikasi data seseorang.
Pakai foto, trus ditaruh di depan alatnya untuk identifikasi. Jika fotonya jelas, pasti akan bisa terindentifikasi dan tersambung dengan data yang bersangkutan yang terekam di Dukcapil," jelas Poengki.
Kendati demikian, dia menilai alat tersebut tidak tepat jika dipakai untuk melakukan identifikasi. Sebab hasilnya bisa menjadi tidak akurat jika foto atau objek yang dipakai tidak jelas.
"Bukan alatnya yang belum tepat, tapi fotonya yang diupayakan jelas agar bisa diidentifikasi oleh alatnya. Kayak di film-film itu lho, ada foto pelaku terus dipindai dengan alat, dan alatnya bisa melacak identitasnya," ungkapnya.
"Posisi berdiri menghadap alat tersebut juga menentukan, karena alat akan merekam struktur wajah kita," sambungnya.
Secara terpisah, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengungkapkan, kesalahan dalam mengidentifikasi dengan menggunakan Face Recognition karena orang tersebut menggunakan benda tambahan dalam tubuhnya.
"Kesalahan bisa saja semisal karena dia pakai topi, jadi tertutup itu," tutup Zulpan.
Sebelumnya, foto Try Budi Purwanto viral di media sosial berserta alamat tempat tinggalnya. Viralnya foto tersebut berawal terjadinya pengeroyokan terhadap Ade Armando saat unjuk aksi rasa yang terjadi di DPR/MPR, Jakarta.
Diketahui, Polisi salah mengidentifikasi seorang terduga pelaku pengeroyokan terhadap pegiat media sosial, Ade Armando. Sosok Abdul Manaf yang diumumkan dalam proses pencarian beberapa waktu lalu dipastikan tidak terlibat dalam penganiayaan itu.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya menyebut Abdul Manaf merupakan satu di antara enam pelaku pemukulan dan pengeroyokan terhadap Ade Armando, selain M Bagja, Komar, Dhia Ul Haq, Ade Purnama, dan Abdul Latip.
Namun faktanya, Abdul Manaf bukanlah pelaku. "Setelah kita lakukan pencocokan pemeriksaan awal ternyata Abdul Manaf itu tidak terlibat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan kepada wartawan, Rabu (13/4) malam.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ade Armando merupakan sosok yang beberapa kali mengeluarkan pernyataan kontroversial
Baca SelengkapnyaPelaporan ke Polda DIY ini berkaitan dengan statement Ade Armando tentang politik dinasti di DIY.
Baca SelengkapnyaPaspampres hanya fokus pada pengamanan fisik jarak dekat VVIP.
Baca SelengkapnyaTeguran keras tersebut sudah disampaikan Kaesang kepada Ade Armando.
Baca SelengkapnyaKonten yang disebarkan R dengan narasi pendemo ditusuk aparat adalah hoaks.
Baca SelengkapnyaARS ditetapkan sebagai DPO berdasarkan bukti rekaman video perusakan kantor gubernur.
Baca SelengkapnyaPeluru yang ditembakkan pelaku mengenai pintu rumah dan tidak mengenai korban atau pelapor.
Baca SelengkapnyaPemanggilan itu dilakukan setelah viral vidro di media sosial terkait pembubaran diskusi dilakukan sekelompok orang diduga preman
Baca SelengkapnyaPembentang spanduk dukung Ganjar diduga dianiaya Paspampres.
Baca SelengkapnyaPelaku mengincar korban bernama I Putu Oka Partama alias Yudik.
Baca SelengkapnyaPolisi meminta masyarakat tak terprovokasi dan mempercayakan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial AWK, berusia 23 tahun. Dia ditangkap di Jember.
Baca Selengkapnya