Saut Tak Masalah Jika Hanya Pelaku Teror Novel yang Terungkap
Merdeka.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang menyambut baik pertemuan Kapolri Jenderal Idham Azis dengan Presiden Joko Widodo pada Senin, 9 Desember 2019. Dalam pertemuan tersebut, Idham Azis melaporkan perkembangan penanganan kasus teror air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
Saut berharap, Presiden maupun Kapolri segera menyampaikan perkembangan kasus Novel ke masyarakat.
"Ya memang harus dilaporkan ke publik, ya, apapun hasilnya. Ada, enggak ada kemajuan itu harus dilaporkan pada publik secara periodik," katanya saat dikonfirmasi, Rabu (11/12).
-
Siapa yang mendapatkan pesan dari Kapolri? Peraih Adhi Makayasa Akpol 2024 diberi pesan oleh Kapolri. Begini isinya.
-
Bagaimana cara Kapten Mat Sony memberikan buku kepada Ajudan Kapolri? Kabar gembira datang dari asisten ajudan Presiden Joko Widodo. Kapten TNI Sony Misturi dikabarkan hendak berangkat ke luar negeri. Keberangkatannya bukan untuk menemani sang Presiden dalam kunjungan kerja. Ia rupanya akan melanjutkan pendidikan di luar negeri. Sebelum berangkat, Ia pun menyempatkan waktu untuk bertemu rekan-rekannya. Ia juga memberikan hadiah kepada rekan-rekan yang ditemuinya dengan sebuah buku.
-
Kenapa Kapten Mat Sony memberikan buku kepada Ajudan Kapolri? Di buku tersebut ternyata ada tulisan tangan Sony. Berikut isi pesan Sony kepada sang adik asuh. 'Terima kasih Bang atas kerja sama yg luar biasa selama ini. Hormat Kaka Asuh…🫡🫡🫡 Komando...!!! Salam Presisi….🙏🏾😇,' tutupnya.
-
Apa yang disinggung Anies Baswedan? Anies Baswedan menyinggung soal pemimpin yang tidak memenuhi janjinya.
-
Bagaimana menurut Anies Baswedan asap bisa sampai ke Kalimantan? Selain itu, dia juga menegaskan kembali bahwa asap dibawa angin.
-
Apa yang diminta oleh Gubernur Sumbar? 'Kami telah menyampaikan dampak-dampak kerusakan dan kemudian juga beberapa dukungan dari Komisi V di antaranya adalah dukungan peralatan untuk BNPB dan peralatan untuk PUPR dalam rangka untuk darurat,' kata Mahyeldi di Komisi V DPR RI, Kamis (16/5) malam. 'Secara total tadi ada lebih kurang Rp1,5 triliun,' lanjut dia.
Terkait dengan kekhawatiran beberapa pihak bahwa Polri hanya akan mengungkap pelaku, tanpa menjerat dalang di balik penyerangan air keras tersebut, menurut Saut tak masalah.
Yang terpenting menurut Saut adalah adanya perkembangan dalam penanganan kasus tersebut. Setidaknya, dengan terungkapnya pelaku lapangan, penegak hukum bisa terus mendalami hingga menemukan dalang, maupun aktor intelektual di balik teror.
"Yang paling penting kan ada pengembangan. Sama kayak di KPK kan, kita kadang-kadang yang ketemu di awal Rp50 juta, dikembangkan di belakangnya gede banget, itu biasa. Yang penting nanti ketika itu mulai proses, muncul dakwaan itu, kan sudah kelihatan pihak-pihak yang terlibat di situ," kata Saut.
Meski demikian, Saut tetap berharap Polri bisa mengungkap semua yang terlibat dalam teror yang terjadi pada 11 April 2017 lalu.
"Ya harus ditemukan (semua) dong," kata Saut.
Sebelumnya, Tim advokasi Novel Baswedan, Haris Azhar telah mendengar Kapolri Jenderal Idham Azis akan melaporkan perkembangan kasus penyerangan air keras terhadap penyidik KPK itu ke Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Haris mengaku masih akan menunggu perkembangan dari pelaporan tersebut. Hanya saja, dia memiliki kekhawatiran sendiri.
"Saya khawatir yang diumumkan pelaku-pelaku lapangan saja," ujar Haris di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (10/12).
Menurut Haris, penyerangan air keras terhadap Novel ini bukan hanya kejahatan biasa. Melainkan kejahatan yang diduga sudah direncanakan dan terstruktur. Menurut Haris, jangan hanya pelaku lapangan yang diungkap, melainkan dalang di balik aksi teror tersebut.
"Serangan terhadap Novel inikan sistematis, terkait juga dengan serangan-serangan lain, jadi harusnya dilihatnya ada kontruksi besar bukan pelaku lapangan saja," kata dia.
Reporter: Fachrur RozieSumber: Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar Pranowo memuji gerak cepat Panglima TNI Agus Subiyanto dalam menangani kasus penganiayaan relawannya.
Baca Selengkapnya