Sebelum bikin kampung Inggris, Mr Kalend belajar di Ponpes Gontor
Merdeka.com - Keberhasilan Mr Kalend Osen mendirikan tempat kursus Bahasa Inggris di Dusun Singgahan Desa Pelem Kecamatan Pare tidak lepas dari sang motivator dalam hidupnya saat dia masih berada di kampungnya Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 1965.
"Saat itu di kampung saya kedatangan mubaligh yang sangat terkenal namanya Ustaz Ja'far Shidiq. Dia lulusan Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Dia sangat pandai dan saya sangat mengaguminya," terang Mr Kalend Osen, Rabu (11/3).
Satu hal yang selalu diingat Mr Kalend dari Ustaz Ja'far yakni nukilan ayat Surat Ar-Ra’d ayat 11. "........Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri......"
-
Siapa yang kesulitan belajar bahasa Inggris? Dino iki arek-arek sek ntas oleh pelajaran Bahasa Inggris. Tapi, ben dino arek-arek ewoh ngerteni artine Boso Inggris. Pak Guru ngelu karo mikirno carane piye arek-arek ben iso ngerti. Wis nggawe coro opo ae isih ae uangel. Akhire Pak Guru nggolek coro ben e arek-arek ngerti.
-
Siapa kakek yang jago bahasa? Thanh mulai belajar bahasa asing sejak kecil, dia belajar bahasa Inggris yang kemudian dilanjutkan dengan bahasa Prancis, sebelum akhirnya belajar bahasa Mandarin saat dewasa.
-
Bagaimana kakek belajar bahasa? Thanh mulai belajar bahasa asing sejak kecil, dia belajar bahasa Inggris yang kemudian dilanjutkan dengan bahasa Prancis, sebelum akhirnya belajar bahasa Mandarin saat dewasa.
-
Kelemahan apa yang terkait dengan bahasa asing? Tidak mahir dalam bahasa asing dapat menghambat proses komunikasi yang efektif, mengurangi kemampuan untuk menjalankan negosiasi dengan baik, dan bahkan membatasi akses terhadap sumber daya atau peluang bisnis yang lebih luas.
-
Siapa yang bisa belajar kumpulan kosa kata ini? Berikut merdeka.com membagikan kumpulan kosa kata bahasa Mandarin sehari-hari yang bisa dipelajari dan hafalkan.
-
Kenapa orang belajar banyak bahasa? Meskipun menjadi hyperpolyglot memerlukan dedikasi tinggi, belajar banyak bahasa dapat memberikan manfaat kesehatan.
Ayat itulah yang memotivasi dirinya untuk berubah. Saat itu Kalend sudah berprofesi sebagai guru di tanah kelahirannya, mulai 1966–1967. Profesi itu dijalaninya hanya dengan bekal ijazah pendidikan guru agama (PGA).
Profesi sebagai guru di Kalimantan tidak membuatnya puas untuk menimba ilmu. Hingga pada usia 27 tahun dia memilih melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa tepatnya di Pesantren Modern Gontor di Ponorogo. Tahun 1972 Mr Kalend berangkat ke Jawa, naik Kapal Nusa Indah, dari Samarinda ke Surabaya.
"Tekad saya ingin belajar, saya belajar di Gontor itu boleh dikata biaya sendiri, tidak dibiayai orang lain. Kalaupun adik saya membantu itu bukan perintah saya. Alhamdulillah di Gontor banyak yang menyumbang saya. Teman-teman yang kaya itu saya kurang biaya, dibantu. Alhamdulillah banyak uang," ceritanya.
Menurut Kalend, tanpa dibantu saudara dan teman-temannya paling kelas tiga Kalend sudah pulang. Tapi karena banyak dibantu Kalend bisa belajar di Gontor sampai 4 tahun 9 bulan, yakni kelas lima Kuliatul Muallimin Al Islamiyah (setingkat kelas dua SMA)
"Tapi mustinya yang lebih sempurna kelas 6, karena tidak ada biaya lagi saya berhenti, tapi saya tetap bersyukur," katanya.
Keberhasilan Kalend diawali ketika dia kelas satu Kuliatul Muallimin Al Islamiyah. "Selama satu tahun saya belum melihat apa yang bisa saya bawa pulang. Cuman satu hal yang saya pegang teguh. Kiai yang mendirikan pondok ini dapat dipastikan membawa barokah hidup," tuturya.
Dalam hati kecil Kalend, memastikan suatu saat dirinya akan memperoleh barokah dari kiainya. "Saya pastikan dapat
sesuatu tapi memang belum. Saya khusnudzon," ungkapnya.
Kalend tetap berpendirian mustahil sekali belajar di Gontor tidak ada gunannya. "Nah sampai naik kelas dua saya ingin mendapat petunjuk Ilahi. Ingin tahu persis ilmu apa sih yang kira-kira bisa saya bawa pulang. Saya minta pada Allah," tuturnya.
Hingga akhirnya Allah memberi tahu dengan cara Kalend dipertemukan dengan temannya. Teman Kalend itu adalah seorang sarjana yang bergelar Drs dan SH. Mereka adalah Drs Abdul Djalil dari Makassar, Drs Nur Salim dari Kediri, Matlubis SH dari Medan.
"Saya kaget, mereka sarjana tetapi tidak pandai bahasa Inggris. Saya langsung berpikir ini peluang, berarti saya harus rajin benar belajar Bahasa Inggris. Kalau saya ketemu teman-teman sarjana sementara saya bisa Bahasa Inggris, mereka bisa jadi murid saya," katanya menceritakan awal mula idenya menggeluti bahasa Inggris.
Kalend menceritakan tadinya sebelum belajar ke Gontor orang dengan gelar Drs, SH, BA adalah orang keren dan jago Bahasa Inggris.
"Saya terus bertanya tanya kok sarjana tapi tidak bisa Bahasa Inggris. Pasti ini di luar juga banyak yang tidak bisa Bahasa Inggris. Berarti ini ada peluang dalam hidup saya, dan bisa menghidupi saya. Hidup saya di masyarakat itu nanti," ungkapnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemahirannya berbahasa Inggris sontak membuat sang pembeli lantas bereaksi.
Baca SelengkapnyaPulang ke tanah air, kini keduanya resmi menyandang master.
Baca SelengkapnyaKemahiran dua taruna Akpol ini berbahasa asing banyak diacungi jempol oleh warganet.
Baca SelengkapnyaDi desa wisata itu, belajar bahasa Inggris jad iterasa menyenangkan.
Baca SelengkapnyaGanjar menyatakan pentingnya pendidikan untuk peningkatan kesejahteraan.
Baca Selengkapnya