Sejarah tradisi wanita melamar pria di Lamongan
Merdeka.com - Pernikahan Muji Syukur Rahmad (24) dan Qurrotu Ayun (20) berlangsung cukup sederhana. Meski demikian, upacara pernikahan kedua mempelai tetap memegang tata cara adat yang berlaku di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, tempat tinggalnya.
Sesuai tradisi adat di Lamongan dan beberapa daerah pesisir pantai utara, perempuan lah yang melamar laki-laki. Budaya perempuan melamar laki-laki ini terbilang unik, karena tidak lazim terjadi di daerah lain.
"Hanya terjadi di Lamongan, itupun hanya pesisir pantai saja dan beberapa wilayah di Tuban. Tidak semua wilayah Lamongan," kata Lusianah keluarga Rahmad yang tengah menerima kunjungan dari keluarga mempelai perempuan, Minggu (20/7).
-
Bagaimana tradisi lamaran berkembang? Sekitar tahun 1930-an, prosesi laki-laki melamar kekasihnya banyak dilakukan oleh masyarakat Eropa yang kemudian berkembang ke daerah lain.
-
Kapan mitos pernikahan Jawa ini diwariskan? Pernikahan Jawa dikenal kaya akan tradisi dan upacara yang penuh makna simbolis. Selain ritual yang memukau, pernikahan Jawa juga sarat dengan mitos yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
-
Apa tujuan utama adat pernikahan Lampung? Di Lampung, perkawinan merupakan salah satu tradisi yang sakral dan begitu penting bagi kehidupan. Momen ini tidak sekedar melibatkan urusan pribadi, melainkan juga keluarga, kerabat, dan masyarakat adat pada umumnya.
-
Tradisi unik apa yang ada di Palembang? Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam menyambut datangnya Idulfitri. Seperti halnya di Bumi Andalas atau Palembang yang memiliki tradisi bernama rumpak-rumpakan.
-
Apa yang terjadi dengan pernikahan di Indonesia? Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan.
-
Siapa yang terlibat dalam tradisi kawin tangkap? Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintainya.
Pengantin perempuan yang pertama menanyakan pada pihak pria. Bahkan beberapa ada yang membawa seserahan sepeda motor untuk pengantin pria. "Tergantung kondisi ekonomi, kalau dari keluarga biasa-bisa saja ya cukup pakaian dan cincin," katanya.
Setelah pihak perempuan melamar, kata Anwar, selanjutnya pihak laki-laki membalas kunjungan sambil memberikan jawaban. Tidak jarang pihak perempuan akan mendesak melalui seorang utusan, saat pihak laki-laki tidak juga membalas lamaran. Kedua belah pihak selanjutnya menyepakati waktu pernikahan.
Sabtu (18/7) malam, keluarga Rahmad menerima kunjungan dari pengantin perempuan, setelah resmi menikah di rumah mempelai perempuan.
Istrinya, Ayun adalah warga satu desa dengan Rahmad, namun berbeda dusun. Rahmad warga Dusun Cumpleng, sementara Ayun warga Dusun Brengkok, Desa Brengkok, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan.
Rahmad dan Ayun telah resmi menikah, dan bagian dari tradisi mereka harus berkunjung ke kerabat terdekat. Kedua mempelai mengantarkan sendiri makanan yang dibawa dari mempelai perempuan, selain memperkenalkan diri sebagai anggota keluarga baru.
"Kalau zaman dahulu memang masih membawa 'jodhang' diangkut oleh empat orang, tetapi sekarang sudah berubah. Barang bawaannya makanan diangkut pick up," kata Ayun.
Rahmad dan Ayun resmi menikah pada malam 27 Ramadan 1436 atau Rabu, 14 Juli 2015. Sementara lamaran sudah berlangsung sebelum Ramadan.
Sejarah wanita melamar pria
Tradisi perempuan melamar laki-laki konon sudah terjadi turun temurun sejak masa pemerintahan Raden Panji Puspokusumo, penguasa Lamongan pada 1640 - 1665. Panji Puspokusumo sendiri tercatat sebagai keturunan ke-14 Prabu Hayam Wuruk, penguasa Majapahit.
Dalam kisahnya, Panji Puspokusumo memiliki dua anak kembar bernama Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris. Kedua pangeran rupawan itu memiliki hobi menyabung ayam.
Suatu hari, keduanya mengikuti sabung ayam di daerah Wirosobo yang sekarang dikenal dengan Kertosono, Nganjuk. Ketampanan Panji Laras dan Panji Liris ternyata membius dua putri kembar raja Wirosobo, yakni Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi. Kedua putri cantik itupun langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kendati dianggap melanggar norma saat itu, Raja Wirosobo akhirnya melamar kedua putra kembar penguasa Lamongan itu. Desakan dua putri kesayangan membuatnya berani melanggar norma.
Sejak saat itulah tradisi perempuan melamar laki-laki mulai diberlakukan. Budaya itu kemudian dilestarikan sebagai budaya leluhur yang masih terjaga hingga kini.
Anwar (60), warga setempat tidak tahu persis kebenaran sejarahnya, tetapi sudah turun temurun di lingkungannya mengikuti budaya tersebut. Pria enam cucu ini juga menjalankan budaya yang sudah melekat tersebut.
"Sejarah itu mungkin ada benarnya, karena terbukti seluruh keturunan mengikuti budaya warisan," katanya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung di Bojonegoro punya tradisi unik yaitu wanita melamar pria lebih dulu sebelum menikah.
Baca SelengkapnyaMitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.
Baca SelengkapnyaTradisi pernikahan unik di daerah Pariaman ini memiliki budaya yang berbeda dari wilayah lainnya terutama di Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaMomen pernikahan bagi masyarakat Lampung adalah hal yang sakral dan salah satu unsur kehidupan yang begitu penting.
Baca SelengkapnyaMengenal tradisi kawin tangkap yang sesunguhnya di Sumba, NTT.
Baca SelengkapnyaTradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.
Baca SelengkapnyaSosok Raden Adipati Djojoadiningrat mampu meyakinkan Kartini untuk mewujudkan bersama mimpinya membangun kesetaraan bagi kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaWanita di Sumba Barat Daya menjadi korban tradisi kawin tangkap.
Baca SelengkapnyaProses cari jodoh ini hanya dilakukan pada bulan khusus
Baca SelengkapnyaMpu Sindok adalah sosok raja yang terkenal, namun tak banyak orang tahu tentang istrinya, Sri Parameswari Dyah Kebi.
Baca SelengkapnyaPasangan suami istri asal Banyuwangi, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
Baca SelengkapnyaSaat pelaksanaan acara ini berlangsung, keluarga mempelai wanita akan menyiapkan kue-kue tradisional Aceh.
Baca Selengkapnya