Sepak terjang WN China & Taiwan sindikat penipuan Triliunan Rupiah
Merdeka.com - Dengan wajah tertunduk, 149 warga negara asal China dan Taiwan di Surabaya dan Bali dibawa anggota kepolisian untuk diterbangkan ke Jakarta. Data menyebutkan, 93 WNA di Surabaya terdiri dari 81 orang asal China dan 12 dari Taiwan. Dari Bali, ada 31 orang yang terdiri dari 17 warga asal China, 10 orang warga Taiwan. Di antara mereka ada 4 orang WNI yang juga akan diterbangkan ke Jakarta.
Mereka ditangkap atas tuduhan jaringan penipuan online internasional yang beraksi di Indonesia dengan menyasar korban di luar negeri. Bersamaan dengan penangkapan di Surabaya dan Bali, Bareskrim Mabes Polri juga menangkap 28 WNA asal China di sebuah rumah mewah kawasan Pondok Indah.
"Diduga mereka melakukan cyber lintas negara," kata Wadirkrimum Polda Metro Jaya, AKBP Didik Sugiaryo di lokasi, Sabtu (29/7).
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Siapa yang terlibat dalam penipuan ini? Ia dituduh sebagai kaki tangan Barbara, namun tampaknya sangat bersedia untuk bersaksi melawan istrinya itu dengan imbalan hukuman yang lebih ringan.
-
Siapa yang tertangkap terkait penipuan ini? Ada tiga WNA diduga melakukan pungutan liar berkedok sumbangan agama.
-
Siapa korban penipuan uang? “Ya Tuhan duit Rp 2.000 dibuat jadi Rp 20.000 ditambahnya nol, Astagfirullah.. Astagfirullah,“ ujar pedagang wanita yang diduga jadi korban penipuan.
-
Bagaimana cara penipuan online dilakukan? Penipuan online juga nggak kalah canggih. Saya pernah dapet email dari pangeran Nigeria. Katanya mau bagi warisan 10 juta dolar. Saya mikir, 'Wah, lumayan nih, bisa buat modal nikah.' Tapi habis itu saya sadar, 'Emang kenapa juga pangeran Nigeria kenal saya?'
-
Apa yang dilakukan oleh penjahat siber untuk menipu pengguna? Serangan ini menggunakan teknik penipuan seperti Captcha palsu dan pesan kesalahan dari Chrome untuk menipu pengguna agar mengunduh malware yang dikenal sebagai stealer.
Dugaan polisi, mereka melakukan penipuan terhadap warganya yang berada di China. Itu terlihat dari identifikasi peralatan yang digunakan. Mereka berpura-pura menjadi polisi dan mengancam korbannya. Diduga, pelaku utama berada di China.
Direktur Tindak Pidana Cyber Crime Bareskrim Pol Brigjen Fadhil Imran menuturkan sepak terjang jaringan ini. Kejahatan yang dilakukan mirip dengan dua kelompok internasional lainnya seperti Nigerian Interprise dan kelompok IS Eropa seperti Bulgaria dan Rumania.
"Yang sering melakukan penipuan tiga garis besar, Nigering interprise, kelompok Is Urope Eropa Timur yang sering melakukan skining, kemudian kelompok telekomunication proud ini yang dari Tiongkok dan Thaiwan," kata Fadil di Polda Metro Jaya, Senin (31/7).
Jaringan pelaku penipuan ini sangat terorganisir. Tidak mengenal batas negara. Fadil melanjutkan, di Indonesia ada juga kelompok serupa yang biasa dikenal dengan sebutan penipuan 'Papa Minta Pulsa'. "Seperti yang sering ditangkap Jatanras seperti salah satu yang di Sulawesi Selatan," kata Fadil.
Selama melakukan kejahatan, pelaku mendapatkan keuntungan hingga triliunan rupiah. "Itu total kerugian selama 1 tahun saja untuk 3 tempat kejadian perkara (Jakarta, Surabaya, Bali) kerugian mencapai Rp 6 triliun, itu sudah dirupiahkan," ujar Wakasatgas Kombes Hery Heriawan.
Selain di Indonesia, kata Hery, para pelaku juga tersebar di sejumlah negara ASEAN. Mereka melancarkan aksi kejahatan di Thailand, Kamboja, dan Filipina. "Kalau untuk seluruhnya itu mencapai Rp 26 triliun," katanya.
Ketua Tim Penindakan Satgasus Mabes Polri Wilayah Bali, Kombes Pol Turnagogo Sihombing mengatakan, setiap pelaku digaji sekitar Rp 20 juta per bulan. "Keuntungan mereka dalam satu tahun bisa mencapai Rp 20 triliun," terangnya di Denpasar, Minggu (30/7).
Bagaimana mereka bisa meraup uang hingga triliunan rupiah? Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan menjelaskan, pelaku Cyber Crime berpura-pura sebagai petugas kepolisian dan juga kejaksaan. Korban merasa takut karena diancam akan membeberkan kasusnya hingga sampai ke pengadilan. Sehingga, korban mentransfer sejumlah uang ke para pelaku.
"Jadi korbannya itu mereka sudah punya datanya, mereka dapat dari pelaku yang di sana. Lalu diinformasikan di sini, di Indonesia. Nanti dicari korban yang tengah tersangkut hukum dan bisa diperdaya. Ada yang bisa kirim satu korban sampai Rp 100 juta, Rp 200 juta," katanya.
Mereka memilih Indonesia sebagai markas bukan tanpa alasan. Kondisi geografis Indonesia yang sangat luas, membuat pelaku berpikir dapat dengan leluasa melakukan kejahatannya hingga sulit dideteksi polisi.
"Kenapa dipilih Indonesia, jadi menurut informasi yang digali dari tersangka, ini di Indonesia mudah untuk bersembunyi. Karena lokasinya luas, geografisnya luas. Kalau di daerahnya sana (China), mudah teridentifikasi," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Senin (31/7).
Argo memastikan pihaknya akan mencari semua pelaku kejahatan siber. Termasuk pelaku yang memfasilitasi para pelaku selama di Indonesia.
"Tentunya kepolisian nanti akan mendeteksi, melakukan penyelidikan kenapa orang-orang ini bisa masuk Indonesia. Siapa yang menjadi pemandu, siapa yang mengantar dan memfasilitasi. Semua ini akan kami lakukan penyelidikan di situ," katanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
kasus bermula dari 189 laporan polisi tersebar di sejumlah Polda.
Baca SelengkapnyaPelaku mengaku diberi upah 15 juta per bulan oleh pelaku
Baca SelengkapnyaTersangka SZ terlibat dalam kasus penipuan online berkedok like dan subscribe pada konten tertentu.
Baca SelengkapnyaOtaki Penipuan Online dengan Korban 800 Orang, WN China Ditangkap Bareskrim
Baca SelengkapnyaKorban pun terpaksa menuruti permintaan penipu dengan mentransfer uang miliknya hingga uang perusahaan.
Baca SelengkapnyaMereka mampu menggaet pelaku melalui aplikasi dating Tinder, Bumble, Okcupid, Tantan dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaPenyidikan pun masih terus berlanjut, sampai mengarahkan penyidik ke Dubai.
Baca SelengkapnyaKasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar warga di berbagai negara yang sering kena tipu info pekerjaan.
Baca SelengkapnyaAkun WA itu terhubung dengan nomor ponsel yang sudah teregister atas nama orang lain.
Baca SelengkapnyaHimawan berharap agar masyarakat harus lebih teliti dalam menerima setiap informasi.
Baca SelengkapnyaBuronan interpol asal China tersebut diduga menipu ribuan korbannya melalui skema ponzi.
Baca Selengkapnya