Siasati Sistem Zonasi, Sejumlah Wali Murid di Jember Diduga Manipulasi Data Domisili
Merdeka.com - Belasan wali murid yang menamakan Komunitas Peduli Pendidikan Anak (KPPA), Kamis (02/07) siang mendatangi gedung DPRD Jember. Mereka mengadukan dugaan manipulasi data domisili dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMA.
Dalam hearing (dengar pendapat) dengan Komisi D DPRD Jember, para wali murid tersebut mendesak agar dewan mendorong Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Cabang Jember, untuk membuka secara transparan PPDB sistem zonasi pada sejumlah SMA Negeri tahun 2020 ini.
"Sebenarnya kita sudah punya bukti kuat tentang manipulasi data domisili tersebut, tetapi apakah Dinas Pendidikan dan Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah / perwakilan Pemprov) serta pihak sekolah berani membuka hal tersebut. Kita juga mendesak agar ada transparansi dari RT/RW serta kantor kelurahan di sekitar SMA Negeri yang telah memberikan Surat Keterangan Domisili (SKD) tersebut," ujar David K Susilo, Ketua KPPA usai pertemuan.
-
Bagaimana intervensi dilakukan dalam pendidikan? Biasanya, pemerintah akan melakukan intervensi yaitu sebagai tindak melancarkan perencanaan kerja dalam sebuah negara. Dalam hal ini intervensi mempunyai konotasi menekan pihak tertentu, bisa diartikan rakyat dan anggota pemerintahan yang lain.
-
Bagaimana polisi tangani dugaan kecurangan seleksi? 'Kalau terbukti ada yang bermain, pasti akan kita tindak tegas, itu tindakan yang menyalahi aturan,' Fakhiri, Jumat (15/12).
-
Apa yang dilakukan Pemprov DKI terhadap para pelajar? Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar apel pengarahan kepada ratusan pelajar terindikasi hendak tawuran di Balai Kota DKI Jakarta.
-
Kenapa TPN Ganjar-Mahfud minta pendukung rekam bukti kecurangan? 'Kita ingin mengkoordinasikan semua kawan-kawan di daerah untuk bisa bersama-sama mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran yang ada. kita ini gampang mengatakan pelanggaran itu ada, tapi selalu abai dalam mendokumentasi pelanggaran ini,' tutur Todung di Media Center Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/1).
-
Apa solusi yang ditawarkan Dinas Pendidikan Palembang? Ansori mengaku akan mempertimbangkan usulan pembagian siswa dari sekolah dengan pendaftar berlebih. Tujuannya untuk mengisi banyaknya bangku kosong di sekolah itu.
-
Bagaimana TPN Ganjar-Mahfud mau gunakan bukti kecurangan? 'Nah saya enggak mau kita nanti kalau ke MK, ya walaupun saya setuju dengan Bu Mega kita bisa menang satu putaran, kalau at the end kita mesti ke MK, sengketa ini harus dibawa ke Mahkamah Konstitusi, kita butuh bukti-bukti. Nah kalau teman-teman di daerah tidak mampu menyediakan bukti-bukti, tidak mampu membuat kita punya bukti-bukti yang cukup lengkap, jangan berharap kita bisa meyakinkan MK untuk mengabulkan permohonan kita,' Todung menandaskan.
Jika ditemukan bukti adanya manipulasi SKD, para wali murid tersebut mendesak agar dilakukan penindakan tegas melalui jalur hukum. Sebab, KPPA menilai, modus manipulasi SKD yang diduga dilakukan sebagian wali murid tersebut, telah mencederai tujuan dari diberlakukannya sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru di sekolah negeri.
"Maksud dan tujuan dari sistem zonasi ini kan untuk pemerataan akses pendidikan. Bukan yang jauh mendekat, yang dekat dijauhkan," ujar pria yang juga dosen di Unej dan IKIP PGRI Jember ini.
Dalam penelusurannya, David menemukan indikasi adanya sejumlah wali murid tertentu yang mengurus SKD ke RT/RW dan Kelurahan. Tujuannya agar anaknya tercatat berdomisili lebih dekat dengan sekolah negeri yang dituju. Padahal, setelah dicek, alamat yang digunakan dalam SKD tersebut ternyata adalah ruko, rumah makan ataupun rumah kos.
Modus manipulasi SKD ini telah membuat sejumlah wali murid yang sebenarnya berdomisili lebih dekat dengan sekolah negeri yang dituju, menjadi tergeser. Mereka yang tergeser tersebut, mendaftar ke sekolah negeri yang dituju menggunakan dokumen Kartu Keluarga (KK). Padahal, anak yang tergeser tersebut, sudah bertahun-tahun tinggal di dekat sekolah negeri yang ingin dituju.
"Saya sendiri mengalami, anak saya menjadi korban. Kalau saya mau, saya bisa dengan mudah menggunakan SKD, karena rumah dinas saya hanya berjarak 10 meter dari sekolah negeri yang akan anak saya tuju. Tetapi saya tidak mau melakukan itu. Saya ingin menanamkan praktik kejujuran kepada anak saya," tegas David.
Penelusuran yang dilakukan oleh KPPA tersebut juga menemukan, modus pemalsuan SKD ini telah berdampak buruk pada psikologis anak. Selain mengajarkan ketidakjujuran, KPPA menemukan beberapa kasus praktik bullying serta kecemburuan sosial akibat manipulasi SKD demi diterima di sekolah negeri.
"Bullying terjadi antar anak yang menggunakan SKD dengan yang menggunakan KK. Para orang tua yang yang merasa terpojok karena manipulasi juga terlibat bullying," papar David.
Selain merampas hak anak yang sebenarnya tinggal lebih dekat dengan sekolah, David juga khawatir kondisi carut marut akibat manipulasi data domisili ini bisa berdampak panjang terhadap psikologis anak yang menjadi korban.
"Dampak sakit hati kepada anak ini bisa berkepanjangan. Mereka yang merasa tergeser, akan selalu ingat. Bahwa tahun ini, haknya dirampas oleh anak lain yang menggunakan SKD. Anak yang terlempar ini padahal domisilinya lebih dekat dengan sekolah yang akan dituju," pungkas David.
Menanggapi keluhan dan laporan dari sejumlah wali muri tersebut, Ketua Komisi D DPRD Jember, Hafidi berjanji akan segera menindaklanjuti. "Kita akan rapatkan dengan Komisi A dan berkoordinasi dengan instansi terkait," ujar politikus PKB ini.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Iptu Benny Surbakti memberikan solusi atas permasalahan kebijakan sistem zonasi sekolah yang saat ini banyak menimbulkan polemik.
Baca SelengkapnyaPlh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Ade Afriandi menjelaskan praktik ini dilakukan oleh pihak sekolah. Artinya, siswanya tidak tahu menahu.
Baca SelengkapnyaKomisi X DPR Minta Pemerintah Ubah PPDB Sistem Zonasi, Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaWali Kota Bogor, Bima Arya dibuat geram atas temuan dugaan kecurangan dalam proses PPDB pada sekolah negeri di Kota Bogor.
Baca SelengkapnyaKejari Depok mencurigai ada dugaan tindak pidana korupsi dalam manipulasi persyaratan administratif.
Baca SelengkapnyaKasus ini diawali pengecekan nilai oleh Tim Pengawasan PPDB Jabar bersama Panitia PPDB SMAN 1.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberi arahan untuk mengakhiri polemik sistem zonasi penerimaan peserta didik baru yang sarat kecurangan.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, jika anak-anak tersebut sudah mau bersekolah di swasta, maka tidak masalah dengan psikologisnya.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil mengatakan pembatalan itu untuk memberikan pelajaran bahwa semua harus sesuai dan ikut pada aturan yang ditetapkan.
Baca SelengkapnyaDinas Pendidikan Depok mencarikan sekolah agar 51 siswa itu dapat diterima di sekolah swasta.
Baca SelengkapnyaDia membentangkan meteran dari kediamannya untuk membuktikan siswa yang diterima berada dalam jarak kurang dari seratus meter.
Baca SelengkapnyaPolisi turun tangan mengusut dugaan pemalsuan yang dilakukan peserta PPDB.
Baca Selengkapnya