Soal larangan gambar Soekarno, Politikus PDIP sebut pengetahuan KPU kurang luas
Merdeka.com - Sekretaris DPD PDIP Jawa Timur Sri Utari Bisowarno mengkritik aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), terkait melarang partai politik menggunakan gambar presiden dan wakil presiden periode sekarang atau terdahulu dalam alat peraga kampanye. Larangan juga berlaku terhadap penggunaan gambar tokoh nasional yang bukan pengurus parpol.
"Itu KPU pengetahuannya kurang luas. Kalau Bung Karno diakui sebagai tokoh nasional, maka mau siapa saja pakai silakan," kata Sri Untari di Malang, Rabu (28/2).
Untari menegaskan, seharusnya KPU memperbolehkan siapapun, apalagi status Soekarno sebagai tokoh nasional yang memiliki kedekatan idiologis bagi PDIP. Pihaknya mengaku dirugikan dengan aturan KPU tersebut.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Siapa yang punya hak menentukan arah politik PDIP? Megawati memiliki hak prerogatif untuk menentukan arah politik PDIP ke depan.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
"Diperbolehkan saja lah. Partai kan bagian dari bangsa dan negara," tuturnya.
Sebelumnya, KPU melarang penggunaan gambar presiden, wakil presiden maupun tokoh nasional seperti Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Jenderal Sudirman, KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan sebagai alat peraga kampanye.
"Dalam alat peraga dan bahan kampanye dilarang mencantumkan nama dan gambar Presiden dan Wakil Presiden dan atau pihak lain yang bukan pengurus parpol," kata Komisioner KPU Wahyu Setiawan dalam Sosialisasi Pengaturan Kampanye Pemilu 2019 Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu di Hotel Sari Pan Pacific, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (26/2).
Tidak masalah bila tokoh nasional yang ditampilkan seperti mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karena kedua tokoh tersebut masih berstatus sebagai pimpinan parpol di Indonesia.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Djarot menyebut PDIP tidak pernah mengajarkan bahwa Bung Karno adalah milik salah satu partai saja.
Baca SelengkapnyaPDIP beralasan kantor partai politik tidak memiliki kewajiban memasang foto presiden
Baca SelengkapnyaHasto Balas Prabowo: PDIP yang Paling Konsisten Jabarkan Pemikiran Bung Karno!
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto khawatir dengan tidak lolosnya PPP ke Senayan, karena tidak memenuhi parlementary threshold 4 persen.
Baca SelengkapnyaOrba tidak merasa puas memakamkan Bung Karno di Blitar untuk menjauhkan rakyat.
Baca SelengkapnyaPernyataan Rocky Gerung, kata Hasto, sangat tidak dipantas diucapkan. Sehingga wajar direspons oleh kader PDIP.
Baca SelengkapnyaHasto menilai museum nasional tidak boleh digunakan untuk kampanye atau aktivitas politik praktis.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyinggung orang non kader berpeluang jadi ketua umum di partainya
Baca SelengkapnyaHasto pun mengungkapkan peluang pasangan Anies-Hendrar maju Pilgub Jakarta diusung partainya.
Baca SelengkapnyaHasto menegaskan, yang diundang adalah mereka yang menjaga demokrasi hukum dan mau menegakkan hukum.
Baca SelengkapnyaRelawan Sahabat Ganjar mengkritik deklarasi yang dilakukan koalisi Prabowo Subianto di Museum Proklamasi akhir pekan lalu.
Baca SelengkapnyaPrabowo meminta kepada pihak-pihak yang tidak mau diajak kerja sama untuk tidak mengganggu.
Baca Selengkapnya