Status Awas Gunung Agung, 40.000 warga mengungsi
Merdeka.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meningkatkan status Gunung Agung, Bali dari siaga menjadi awas. Awal mula status tersebut disebabkan erupsi yang terjadi pada hari Minggu (25/11) pukul 17.30 Wita dengan ketinggian 1.500 meter.
Kemudian di hari yang sama terjadi erupsi freatomagmatik yang berlanjut letusan magmatic pada pukul 21.00 Wita. Kepala Humas Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan magma tersebut terus keluar dan mengisi kawah.
"Pada pukul 21 Wita terlihat sinar yang memancar dari dalam kawah dan kemungkinan sinar itu berasal dari lava yang berada di dalam kawah," kata Sutopo di ruang Pusdalops Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (27/11).
-
Kapan erupsi Gunung Semeru terjadi? 'Terjadi erupsi Gunung Semeru pada Rabu, 19 Juni 2024 pada pukul 05.55 WIB,' kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Liswanto dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Lumajang, dilansir Antara, Rabu (19/6).
-
Mengapa Semeru erupsi lagi? Gunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III, sehingga pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Kapan erupsi Semeru terjadi? 'Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl,' kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Kapan Gunung Marapi erupsi? Begitu erupsi terjadi pada Minggu (4/12), sejumlah pendaki berusaha menyelamatkan diri.
Dia melanjutkan, letusan berikutnya terjadi kuning kemerahan. Dalam bahasa Vulkanologi dikenal Glow. Glow merupakan ciri khas erupsi Gunung Agung seperti pada tahun 1963. Kemudian, Kepulan abu yang terus menerus disertai erupsi eksplosif dan juga suara dentuman lemah yang terdengar sampai jarak 12 km dari puncak gunung. Sejak Minggu (25/11) malam hingga saat ini menandakan potensi letusan akan lebih besar.
"Erupsi menerus hingga sekarang disertai dengan terus menerus, artinya magma terus keluar ke dalam kawah, dan kemungkinan terjadi erupsi yang lebih besar dari sekarang," lanjutnya.
Dengan hal tersebut, pada Senin (27/11) pukul 06.00 Wita pagi tadi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) status Gunung Agung menjadi Level 4 yakni Awas dengan radius 8 km di seluruhnya dan penambahan sektoral menjadi 10 km akibat dentuman, tremor dan erupsi Gunung Agung yang terus menerus pada radius tersebut.
"PVMBG berkoordinasi dengan BNPB, akhirnya Kepala BNPB menetapkan Status Awas level 4 artinya level tertinggi dari Gunung Agung," ujarnya.
Sementara, Sutopo menjelaskan, terdapat 22 Desa yang berada di radius 8 dan 10 km yang kemungkinan besar terdampak letusan gunung api yakni Desa Ababi, Pidpid, Nawa Lerti, Datah, Babandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, BAN, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringaari, Muncan, Dudu Utara, Amertha Buana, dan Sebudi.
Seluruh desa tersebut dibagi menjadi dua yaitu 8 km dan 10 km. Desa yang sangat rawan terletak di KRB 3 atau (Kawasan Rawan Bencana) Gunung Agung. KRB tiga berjarak 8 km dari Gunung Agung dan rawan dari bahaya awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran baju pijar, dan hujan abu lebat. Kemudian KRB dua yakni 10 km rawan terkena awan panas, aliran lava, lahar, lontaran material dan batu pijar.
Desa yang berada di KRB III adalah Desa Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Duda Utara, Amertha Bhuana, Sebudi dan Buda Keling.
Kemudian Desa yang berada di KRB II Sebudi, Jungutan, Duda timur, Sibetan, Macang, Buda Keling, Bebandem, Ban, Tianyar, Sukadana, Baturinggit, kubu, Dukuh, Tulamben,Peringsari, Muncan, Selat, Ababi, dan Menanga.
Jumlah penduduk di seluruh 22 desa tersebut 90.000 sampai 100.000 jiwa. Sementara saat ini, sekitar 40.000 warga telah mengungsi secara mandiri maupun evakuasi.
"Ada sekitar 22 desa yang harus mengungsi, kemungkinan lebih dari 40.000 masyarakat sudah mengungsi ke beberapa tempat," ucapnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, tiga kali erupsi eksplosif setelah gunung api itu berstatus Level III atau Siaga.
Baca SelengkapnyaGunung Ruang Kembali Erupsi, Muntahkan Abu Vulkanik Setinggi Tiga Kilometer
Baca SelengkapnyaDemi alasan keamanan dan keselamatan warga otoritas terkait terpaksa memadamkan jaringan listrik di Tagulandang.
Baca SelengkapnyaBadan Geologi Deteksi 19 Gempa Guguran Gunung Ruang
Baca SelengkapnyaDalam 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi ketinggian 1.800 meter hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang.
Baca SelengkapnyaAwas! Gunung Ruang Kembali Erupsi, Muntahkan Abu Vulkanik Setinggi 5 Km
Baca SelengkapnyaKegempaan tanggal 7 Mei 2024 sampai pukul 06.00 WITA terekam sebanyak tujuh kali gempa tektonik jauh.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi di Sumatera Barat kembali meletus pada Rabu siang pukul 12.40 WIB. Namun, tinggi kolom abu tidak bisa teramati.
Baca SelengkapnyaGunung Lewotobi Laki-laki di NTT erupsi, 860 warga mengungsi
Baca SelengkapnyaKolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.
Baca SelengkapnyaData PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi.
Baca SelengkapnyaWarga dua desa di kaki Gunung Ruang dievakuasi daratan Tagulandang.
Baca Selengkapnya