Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tanggapan Pemerintah soal Desakan Tarik Rem Darurat, Tekan Penyebaran Covid-19

Tanggapan Pemerintah soal Desakan Tarik Rem Darurat, Tekan Penyebaran Covid-19 Wiku Adisasmito. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan pemerintah perlu mempertimbangkan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat untuk menekan laju penularan Covid-19. Hal ini menjawab permintaan agar pemerintah melakukan rem darurat nasional.

"Pemberlakuan PSBB yang ketat ini perlu menjadi pertimbangan baik pemerintah pusat dan daerah dengan prinsip tahapan pembukaan dan penutupan sektor saat pandemi ini," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (10/12).

Wiku mengakui, pandemi Covid-19 memberikan dampak pada berbagai sektor. Tak hanya kesehatan, tapi juga sektor ekonomi.

Orang lain juga bertanya?

Karena itu, setiap pengambilan kebijakan yang berkaitan dan penanggulangan Covid-19 harus memperhatikan aspek tersebut.

"Kebijakan yang diambil dengan harus menggunakan pendekatan multi sektor dan memperhatikan berbagai aspek lainnya," ujarnya.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, meminta pemerintah mengambil langkah tegas untuk menekan laju penularan Covid-19. Caranya, melakukan rem darurat nasional.

"Rem darurat itu apakah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) nasional atau lockdown. Tetapi istilah lockdown kan tidak dikenal di kita, yang dikenal istilah PSBB. Nah, kalau PSBB tidak bisa dilakukan parsial harus nasional dan kompak. Itu baru efektif," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Kamis (10/12).

Hermawan mengingatkan, vaksin Covid-19 tidak bisa menekan laju penularan Covid-19. Vaksin Covid-19 baru efektif menekan kasus Covid-19 bila telah disuntikkan kepada 70 persen dari total populasi di Indonesia.

Bila jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 270 juta jiwa, maka vaksin Covid-19 harus diberikan kepada 189 juta jiwa baru efektif menekan kasus Covid-19.

"Itu baru kita katakan punya daya ungkit untuk pengendalian Covid-19. Tapi sejauh ini (vaksin Covid-19) hanya wacana, belum realitas. Jadi itu belum bisa dijadikan punya dampak," kata dia.

Hermawan melihat saat ini penularan Covid-19 di lingkungan masyarakat sangat tinggi. Bahkan, ada sejumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi dan tidak terlaporkan ke pemerintah.

Penularan ini diprediksi masih akan terus terjadi usai Pilkada dan libur akhir tahun 2020. Sementara kemampuan pemerintah dalam melakukan testing (pemeriksaan) dan tracing (penelusuran) masih rendah.

"Jadi memang kapasitas testing kita masih terbatas, kemampuan telusur bermasalah karena terbatasnya testing, kemudian area di kehidupan semuanya terbuka," jelasnya.

(mdk/rhm)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
AHY Singgung Pemerintah Soal Jaring Pengaman Sosial: Itu Hanya Solusi Jangka Pendek
AHY Singgung Pemerintah Soal Jaring Pengaman Sosial: Itu Hanya Solusi Jangka Pendek

AHY tidak menginginkan masyarakat tergantung pada bantuan jangka pendek.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Kemenkeu Buka Suara Tanggapi Curhatan Prabowo Anggaran Kemhan Disunat Sri Mulyani
Kemenkeu Buka Suara Tanggapi Curhatan Prabowo Anggaran Kemhan Disunat Sri Mulyani

Pernyataan Prabowo tersebut merespon pertanyaan Ganjar Pranowo saat Debat Capres KPU Minggu (9/1) malam.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Di Hadapan Muslimat NU, Jokowi Bersyukur Indonesia Tidak Jadi Pasien IMF
Di Hadapan Muslimat NU, Jokowi Bersyukur Indonesia Tidak Jadi Pasien IMF

Jokowi mengajak masyarakat patut bersyukur karena Indonesia sampai saat ini mampu melewati berbagai tantangan dunia

Baca Selengkapnya
Bisakah Kebijakan WFH PNS Tekan Polusi Jakarta?
Bisakah Kebijakan WFH PNS Tekan Polusi Jakarta?

Polusi di Jakarta makin parah dan ini masih menjadi PR pemerintah.

Baca Selengkapnya
Hipmi Tegaskan Pentingnya Sinergi untuk Genjot Pertumbuhan Ekonomi
Hipmi Tegaskan Pentingnya Sinergi untuk Genjot Pertumbuhan Ekonomi

HIPMI menyoroti berbagai aspek penting terkait isu ekonomi pada Pilpres 2024, salah satunya transformasi UMKM melalui digitalisi.

Baca Selengkapnya
Teliti Peran DPR di Masa Pandemi Covid-19, Misbakhun Raih Gelar Doktor Ekonomi
Teliti Peran DPR di Masa Pandemi Covid-19, Misbakhun Raih Gelar Doktor Ekonomi

Disertasinya berjudul ‘Telaah Kebijakan Publik atas Peran DPR Mengintegrasikan Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Postur APBN untuk Penanganan Pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya
Jenderal Bintang Tiga Polri Ini Bicara Soal Potensi Ancaman Pandemi X Usai Covid-19
Jenderal Bintang Tiga Polri Ini Bicara Soal Potensi Ancaman Pandemi X Usai Covid-19

Purnawirawan Jenderal polisi bintang tiga itu juga mengatakan Jakarta akan dilanda impor besar-besaran yang akan berdampak langsung pada masyarakat.

Baca Selengkapnya
Jakarta Macet Parah, Bank Indonesia: Aktivitas Ekonomi Mulai Pulih
Jakarta Macet Parah, Bank Indonesia: Aktivitas Ekonomi Mulai Pulih

Kemacetan kembali terjadi di Jakarta, terutama setelah pandemi covid-19 di Indonesia dinyatakan berakhir.

Baca Selengkapnya
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah

Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya