Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Terinspirasi Partai Nazi Indonesia, orang Jawa buat partai fasis

Terinspirasi Partai Nazi Indonesia, orang Jawa buat partai fasis Bendera Nazi . ©believeinreason.com/papuaweb.org

Merdeka.com - Kekuatan Partai Nazi Jerman pada tahun 1933, membuat mereka diakui dunia. Adolf Hitler memimpin Nazi dengan panduan gagasan rasialis dan otoriter. Tidak hanya itu, Nazi juga menghapus kebebasan asasi dan berupaya menciptakan suatu komunitas.

Medio 1937, partai Nazi menjadi satu-satunya partai politik yang dianggap sah di Jerman. Bahkan, Reichstag (parlemen Jerman) hanya menjadi 'tukang stampel' di bawah kediktatoran Hitler.

Seiring perkembangan Nazi di dunia, dengan landasan-landasan yang mereka miliki ternyata mampu menjadi acuan bangsa lain.

Sejak sang Fuehrer memimpin Jerman pada tanggal 30 Januari 1933, sekelompok warga Jerman di tanah Hindia Belanda (kini Indonesia) menyambut dengan antusias dengan menghimpun 1000 tanda tangan orang Jerman di Hindia untuk mendukung pemerintahan Adolf Hitler . Hampir seluruh warga Jerman di Hindia pada saat itu mendukung Pemerintahan barunya.

Kebanyakan orang Jerman di Indonesia pada saat itu, ialah para ekspatriat yang bekerja dengan berbagai profesi, di antaranya pengusaha, guru, buruh dan lain sebagainya. Cabang partai Nazi di Indonesia, berdiri di tiap kota besar, seperti di Batavia (Jakarta), Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Padang, dan Makassar.

Tidak hanya warga Jerman, salah satu organisasi Belanda di Indonesia bernama Nederlandsche Indische Fascisten Organisatie (NIFO), juga simpati terhadap Nazi. Mereka merupakan organisasi yang berkiblat fasis di Jerman dan mengklaim diri sebagai bagian dari Nationaal Socialistische Beweging (NSB) yang didirikan oleh Ir. Mussert dua tahun sebelumnya.

Ternyata pengaruh fasis tersebut juga berpengaruh kepada rakyat Indonesia pada zaman itu. Sehingga, pada bulan Agustus 1933 di Bandung, Dr. Notonindito mendirikan sebuah partai bernama Partai Fascist Indonesia (PFI).

"Notodinoto tidak bisa masuk ke Partai Nazi Jerman maupun Partai Fasis Belanda. Mungkin karena itu dia kemudian mendirikan Partai Fasis Indonesia," kata peneliti soal Jerman dan Nazi di Indonesia, Alif Rafik Khan saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (22/11).

Pendiri PFI, Notonindito, tidak selalu mengikuti fasisme ala Jerman. Sebagai keturunan asli Jawa, dia hanya lebih mengakar pada kebudayaan Jawa saja. Notonindito sendiri diketahui pernah tinggal dan sekolah di Jerman.

Selain itu, dia berdarah Ningrat. Anak dari Raden Pandji Notomidjojo, bekas Patih Kabupaten Rembang.

November 1924, saat sekolah di Jerman, Notonindito meraih gelar Doktor dalam ilmu ekonomi dengan tesis 'Sedjarah Pendek Tentang Perniagaan, Pelajaran Dan Indoestri Boemipoetra Di Poelau Djawa'.

Usai mengenyam pendidikan dan sempat gabung bersama PNI buatan Soekarno, dia pindah ke Bandung dan hilang dari pergerakan Hindia. Hingga pada tahun 1933, ketika Partai Nazi memenangkan pemilu di Jerman. Sosok Notonindito muncul kembali ke permukaan dengan membawa ide tentang Partai Fasis Indonesia.

Partai Fasis Indonesia ala Notonindito juga ternyata tak bertahan lama. Gagasannya tentang chauvinisme Jawa tak mendapat banyak dukungan.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Profil Francisca C. Fanggidaej, Nenek Reza Rahadian Seorang Pejuang Perempuan yang Terbuang
Profil Francisca C. Fanggidaej, Nenek Reza Rahadian Seorang Pejuang Perempuan yang Terbuang

Francisca Casparina Fanggidaej merupakan pejuang perempuan yang aktif dalam organisasi pergerakan.

Baca Selengkapnya
Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak, Diplomat Asal Solok yang Perjuangkan Kemerdekaan dari Luar Negeri hingga Dipenjara
Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak, Diplomat Asal Solok yang Perjuangkan Kemerdekaan dari Luar Negeri hingga Dipenjara

Berprofesi sebagai diplomat dan menjadi utusan Jong Sumatranen Bond ini turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari luar negeri bersama tokoh lainnya.

Baca Selengkapnya
Sosok Jahja Datoek Kajo, Anggota Volksraad yang Melawan Belanda Melalui Bahasa Indonesia
Sosok Jahja Datoek Kajo, Anggota Volksraad yang Melawan Belanda Melalui Bahasa Indonesia

Ia tetap konsisten menggunakan Bahasa Melayu dalam pertemuan Volksraad, bahkan saat dirinya berpidato.

Baca Selengkapnya
Alimin bin Prawirodirjo, Tokoh PKI yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
Alimin bin Prawirodirjo, Tokoh PKI yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Seorang tokoh pergerakan nasional asal Surakarta ini terlibat aktif dalam pergerakan nasional Indonesia dan organisasi politik.

Baca Selengkapnya
Sosok HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota
Sosok HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota

Tjokroaminoto dikenal sebagai Ksatria Piningit oleh para pribumi karena melakukan kebaikan bagi orang banyak

Baca Selengkapnya
Sosok Adolf Bastian, Antropolog Jerman yang Populerkan Istilah “Indonesia”
Sosok Adolf Bastian, Antropolog Jerman yang Populerkan Istilah “Indonesia”

Tokoh berkebangsaan Jerman ini pernah melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dengan karyanya yang berjudul The People of East.

Baca Selengkapnya
7 Januari Lahirnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Tokoh Pemberontakan DI/TII
7 Januari Lahirnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Tokoh Pemberontakan DI/TII

Pemberontakan DI/TII terjadi pada tahun 1948 hingga 1949.

Baca Selengkapnya
Jejak Nazi Jerman di Bumi Sumatra, Tenggelamnya Kapal Van Imhoff hingga Republik Nias Merdeka
Jejak Nazi Jerman di Bumi Sumatra, Tenggelamnya Kapal Van Imhoff hingga Republik Nias Merdeka

Banyak orang yang tak tahu jika jejak Nazi Jerman pernah menduduki wilayah Bumi Sumatra tepatnya di Pulau Nias.

Baca Selengkapnya
Masyumi Partai Politik Bercorak Islam Era Demokrasi Liberal di Indonesia, Pernah Unggul dari Partai NU
Masyumi Partai Politik Bercorak Islam Era Demokrasi Liberal di Indonesia, Pernah Unggul dari Partai NU

Berawal dari organisasi Islam yang berada di bawah pengawasan pemerintah Jepang lalu berubah menjadi partai politik Islam masa Pemerintahan Soekarno.

Baca Selengkapnya