Tinggal di gubuk reyot, kakek Juan pilih sumbang musala dan pergi haji
Merdeka.com - Juan (75), calon haji (Calhaj) kelompok terbang (Kloter) 28 asal Probolinggo, Jawa Timur dikenal senang bersedekah. Meski hanya tinggal di gubuk reot dengan penghasilan ala kadarnya sebagai buruh tani.
Bahkan, usai menutup biaya Ongkos Naik Haji (ONH), Juan lebih tertarik menggunakan uangnya untuk merenovasi musolah ketimbang memperbaiki rumahnya.
Menurut teman sekamar Juan di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) di Sukolilo, rumah bapak delapan anak itu terbuat dari anyaman bambu berlantai tanah. "Rumahnya layak mendapat program bedah rumah dari pemerintah," kata rekan sekamar Juan, Kamis (26/7).
-
Bagaimana kakek Hamid mendapatkan penghasilan? Dengan mengandalkan diri sendiri yang tak lagi prima, Hamid berjualan kerupuk.
-
Apa yang dilakukan kakek di usia senja? Thanh mengatakan, tes tersebut yang bisa memberikan nilai pada keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulisnya. 'Saya yakin bahwa saya akan lulus ujian untuk mendaftar di program Master, Sastra Vietnam,' kata Thanh, dikutip dari e.vnexpress pada, Selasa(18/6)
-
Apa yang dilakukan kakek ini untuk tetap aktif? Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari olahraga ekstrem hingga mengejar hobi yang unik.
-
Bagaimana Bapak-Bapak terobos hujan? Berikut ini adalah beberapa potret tingkah laku mereka yang dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (19/06/2024).
-
Siapa yang merawat kakek tersebut? Tan berjanji untuk memberikan flatnya kepada mereka sebagai imbalan atas perawatan dan persahabatan mereka. Permintaannya termasuk agar Gu dan keluarganya sering meneleponnya, mengunjunginya seminggu sekali, membelikannya pakaian dan bahan makanan, dan menjaganya saat dia sakit.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Sehari-hari, kakek 75 tahun ini bekerja sebagai buruh tani mengalirkan air ke sawah penduduk, serta bekerja serabutan.
Sebelum memutuskan berangkat ke Tanah Suci, Juan sempat memelihara seekor sapi. Tapi kini sudah dijualnya untuk melengkapi biaya ONH. "Sekarang harta satu-satunya hanya sepeda ontel (sepeda angin)," lanjut teman sekamar Juan.
Sementara Juan sendiri mengaku, dari hasil bekerja mengairi sawah penduduk itu, dia mendapat upah Rp 30 ribu tiap kali panen. "Itu kalau sawah pas panen tiga bulan setengah, saya dikasih Rp 30 ribu," ungkap Juan.
Kalau ditotal upah keseluruhan dari tiap sawah penduduk yang dialirinya air, Juang mendapat upah Rp 2,5 juta tiap kali panen. "Kalau panen gagal, ya saya tidak dikasih," ucap Juan yang tinggal berdua dengan istrinya.
Terkait niatnya berhaji padahal penghasilannya itu pas-pasan, buruh tani asal Darungan, Opo-Opo Krejengan, Probolinggo ini mengaku, memang tak pernah bermimpi berangkat haji. "Karena saya tak punya uang untuk bayar ongkos haji," katanya.
Namun, karena keponakannya mengajak daftar haji dan akan dibantu saudara-saudaranya yang lain untuk urunan, Juan-pun tertarik.
Kemudian berbekal Rp 3 juta, uang tabungannya di salah satu bank di Probolinggo, Juang menemui H Saiful, pemilik salah satu Kelompok Belajar Ibadah Haji (KBIH). "Saya menitipkan uang saya ke Haji Saiful untuk mendaftar haji," ceritanya lagi.
Sementara untuk melunasi dana talangan haji, Juan mengumpulkan uang dari kerja serabutanya. Dia sering diminta orang membantu memotong kayu, membersihkan kebun, dan sebagainya. "Yang penting halal, saya ndak malu bekerja apapun," tegasnya.
Selain itu, dia juga bekerja menanam tembakau di tanah orang dengan hasil patungan. "Dari hasil itu (tanam tembakau), kalau terkumpul sedikit uang saya setor ke Haji Saipul. Untuk menutup kekurangannya, saya jual sapi. Sisanya saya pakai memperbaiki musola," tandasnya.
Juang juga mengaku kalau berangkat hanji sendirian tanpa istrinya. Karena memang biaya hajinya hanya untuk satu orang. Juang sendiri akan diberangkatkan ke Tanah Suci Mekkah dari Bandara International Juanda Surabaya di Sidoarjo, sore ini bersama rombongan kloter 28 yang lain.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaIa sudah lama ingin daftar haji, tapi baru tercapai saat usianya 94 tahun.
Baca SelengkapnyaViral kisah haru Ustaz Gunawan tinggal di gubuk. Semua hartanya sudah diwakafkan.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaPerjuangan hidup Mbah Sulaiman, penjual balon keliling yang hidup sebatang kara dan bikin warganet sedih.
Baca SelengkapnyaMbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Baca SelengkapnyaWalaupun keluarganya sudah membujuknya untuk tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
Baca SelengkapnyaDalam tausiahnya, UAH menyampaikan kisah seorang kakek yang merawat musala di sebuah desa.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaKisah Supartono, pemulung dan tukang becak asal Ponorogo yang berangkat haji tahun ini.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaSejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca Selengkapnya