Usai zaman Kalabendu, Herucokro tiba dengan prajurit kelabang
Merdeka.com - Setelah zaman Kalabendu usai, maka akan terjadi zaman mulia. Demikian dituturkan pakar sejarah Kediri Ki Tuwu, berdasar catatan kitab Jangka Jayabaya. Zaman itu, Jawa akan mengalami kemakmuran.
Zaman mulia juga ditandai dengan munculnya Ratu Ginaib, artinya pemimpin yang menjadi utusan Tuhan yang mengutamakan ketuhanan, perikemanusiaan dan perikeadilan.
Pemimpin itu, Ki Tuwu melanjutkan, nanti akan lahir. Dia disebut Sultan Herucokro, orang yang tidak mengutamakan kekayaan, kementerengan lahir. Dia terpilih tanpa syarat apapun. Waktu itu nanti adalah tanda suasana akan normal kembali di Tanah Jawa ini.
-
Apa yang diramalkan Sri Aji Jayabaya? Jayabaya meramal Nusantara akan mengalami masa penuh bencana.
-
Siapa Sri Aji Jayabaya? Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara.
-
Kapan Jayabaya memerintah? Jayabaya merupakan Raja Panjalu (Kadiri) yang memerintah sekitar tahun 1135-1159 Masehi.
-
Kapan Sultan Agung menerapkan kalender Jawa? Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram mengakulturasikan kalender Hijriyah sebagai kalender Jawa pada pergantian tahun baru Saka 1555 di hari Jumat Legi, yang bertepatan dengan 8 Juli 1633 M dan tahun baru Hijriyah, yakni 1 Muharram 1043 H.
-
Siapa Raja Jenggala? Kerajaan Jenggala dipimpin Mapanji Garasakan.
-
Siapa raja Sriwijaya yang namanya dikaitkan dengan asal usul nama Sumatera? Mengutip Liputan6.com, ada spekulasi tentang nama Sumatra yang diambil dari nama tokoh Raja Sriwijaya bernama Haji Sumatrabhumi atau disebut Raja Tanah Sumatra.
"Sing becik ketitik sing ala ketoro (Yang baik akan ketahuan yang jahat bakal kentara)," ujarnya kepada merdeka.com.
Lalu siapa sebenarya Sultan Herucokro ini? Ki Tuwu, yang juga penghobi benda pusaka itu menjelaskan, Herucokro artinya senjata masyhur. Heru artinya termasyhur, sedangkan cokro adalah anak panah dengan mata panah berbentuk bundar kecil, tapi bergerigi tajam.
Tidak ada yang tahu datangnya Sultan Herucokro dari mana, kata Ki Tuwu. Dia datang tidak bersama bala tentara.
"Prajuritnya bersifat rahasia dan disebutkan yakni kutu, walang, kelabang, kalajengking dan sebagainya. Sedangkan bentengnya adalah kebaikan. Mungkin ini hanya tamsil," katanya.
Menutup pembicaraan tentang zaman Kalabendu dan zaman mulia, Ki Tuwu berpesan sesuai sabda Prabu Jayabaya. "Sak bejo-bejoning wong kang lali, luwih bejo wong kang eleng lan waspodo (Orang yang yang tidak lupa adalah sebuah anugerah, namun ada anugerah yang lebih baik dari itu yakni orang yang selalu ingat dan waspada)."
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Kenapa Soeharto baru mengetahuinya dua hari kemudian?
Baca SelengkapnyaAkta kelahiran Raja Hayam Wuruk ditemukan tertimbun di bawah reruntuhan abu gunung api.
Baca SelengkapnyaRaja Airlangga membagi kerajaan untuk kedua putranya. Upaya itu disebut sia-sia karena kedua putranya melakukan perang saudara.
Baca SelengkapnyaPenemuan candi ini begitu misterius karena tidak ada bukti mengenai siapa yang membangun dan kapan dibangun.
Baca SelengkapnyaPrasasti yang menandai lahirnya Kabupaten Trenggalek ini sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaMengenal suku Kalang di Yogyakarta yang berjasa bagi NKRI.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaTempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Raja Kediri ini sering dikunjungi peziarah.
Baca Selengkapnya