Warga Desa Wadas Kukuh Tolak Rencana Penambangan Batu Andesit
Merdeka.com - Penangkapan yang dialami puluhan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (8/2), tidak lantas membuat mereka patah semangat. Warga yang menolak penambangan batu andesit menyatakan akan terus mempertahankan lahannya.
Semangat untuk mempertahankan lahan itu tergambar dari Mars Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa), wadah utama bagi warga yang menolak penambangan batu andesit di wilayahnya. Berikut liriknya:
Bersama-sama kita jaga Desa Wadas tercinta. Tuk kelangsungan hidup sampai anak cucu kita bahkan sampai akhir dunia.
-
Apa yang terjadi dengan Desa Wonorejo? Di Kalimantan Selatan, ada sebuah desa yang kini telah hilang. Dulu desa itu bernama Wonorejo. Desa tersebut dulunya ditempati oleh orang-orang transmigran yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
-
Kenapa warga berebut gunungan dan tenongan di Sadranan? 'Acara ini memang digelar setiap tahun. Di dalamnya ada buah, ada sego liwet. Warga yang mendapatkannya boleh makan di tempat atau dibawa pulang. Semua itu demi keberkahan di kampung kami,' kata Rahmat Arifin, tokoh masyarakat setempat.
-
Kenapa warga Kampung Wates menggotong rumahnya? Warga pun memilih meninggalkan tanah mereka dan membawa serta rumah, perabotan serta alat pertanian agar aman.
-
Mengapa warga Latimojong menolak harga pembebasan lahan? Cones mengaku pasca kejadian tersebut keluarganya mengalami trauma. Bahkan, anaknya enggan berangkat ke sekolah. 'Anak saya trauma dan tidak masuk sekolah karena peristiwa kemarin. Untuk sementara kami menenangkan diri di rumah kerabat,' ucapnya.
-
Apa keluhan utama warga Desa Turus Patria? 'Warga di Desa Turus Patria ini punya keluhan terkait beberapa hal. Yang paling utama adalah soal infrastruktur jalan. Sebab akibat akses jalan menuju desa kami rusak, ini menyebabkan semua hal yang ada di daerah kami terasa tertinggal.'
-
Bagaimana Desa Wonorejo dikosongkan? Karena ada perluasan area tambang, kini penduduk Desa Wonorejo sudah dipindahkan ke desa terdekat, yaitu Desa Sumber Rejeki.
Kami Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas. Akan terus berjuang sampai darah penghabisan dan tak kenal menyerah.
Ayo..ayo..ayo menolak dan melawan. Ayo..ayo..ayo menolak dan melawan.
Bersama Gempa Dewa, ayo kita selamatkan bumi Wadas tercinta.
Selain Gempa Dewa, adapula Wadon Wadas. Wadon sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti perempuan. Wadon Wadas berisikan perempuan-perempuan yang melawan penambangan. Ada pula gerakan anak muda Wadas yang dinamai Kawula Muda Desa Wadas atau Kamu Dewa.
Gerakan Penolakan
Tiga gerakan ini merupakan organisasi yang didirikan warga Desa Wadas untuk menolak penambangan batu andesit.
Organisasi-organisasi ini lahir pascarencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. Batu andesit itu akan dipakai untuk pembangunan Bendungan Bener yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di pemerintahan Presiden Jokowi.
Perlawanan terhadap penambangan andesit yang dilakukan Gempa Dewa bersama Wadon Wadas dan Kamu Dewa ditandai dengan sejumlah aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi ini pernah digelar di depan Kantor BBWSO hingga BPN Purworejo.
Salah seorang anggota Kamu Dewa, R (nama diinisialkan atas permintaan narasumber) mengatakan, Kamu Dewa merupakan kumpulan pemuda-pemudi Desa Wadas yang menolak penambangan batu andesit di daerahnya.
R menerangkan tak ada struktur seperti ketua maupun sekretaris dalam Kamu Dewa. Semua pemuda-pemudi punya peran masing-masing dan saling bergantian untuk mengisi dan membantu.
"Ya saling isi saja gitu. Bisanya apa ya dikerjakan. Yang penting tetap guyub rukun," kata R, Selasa (15/2).
R menceritakan Kamu Dewa yang berisikan anak muda ini banyak membantu saat ada aksi-aksi penolakan terhadap rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. Dari menyiapkan perangkat aksi hingga turut serta dalam aksi.
"Mural-mural yang ada di Desa Wadas, tulisan-tulisan menolak penambangan itu ya dibuat bersama-sama dengan warga lainnya maupun teman-teman dari solidaritas. Setiap sudut ada tulisan penolakan tambang batu andesit," kata R.
Tidak Kekurangan dari Pertanian
Desa Wadas. ©2022 Merdeka.com/Purnomo Edi
R menerangkan jika keluarganya mempunyai tiga bidang tanah di lokasi yang akan jadi penambangan batu andesit. Dirinya dan keluarga enggan untuk menjual lahan karena lahan itu diwariskan turun menurun dan menjadi sumber penghidupan bagi keluarga mereka.
"Bapak saya petani. Setiap hari ada saja hasil dari ladang yang dibawa pulang untuk kami makan. Buah-buahan, sayur maupun yang lainnya," tutur R.
"Di ladang juga ada pohon karet. Tiap hari disadap sama bapak saya. Nanti dikumpulkan terus dijual. Ada juga kayu keras kayak sengon dan mahoni. Kopi juga ada. Durian juga ada. Pokoknya dari ladang kami itu, keluarga saya tidak hidup kekurangan dan bahkan bisa menguliahkan saya," imbuh R.
R menuturkan alasan itulah yang membuatnya akan terus mempertahankan ladang keluarganya. Tanpa penambangan, sambung R, keluarga dan warga Desa Wadas sudah sejahtera.
Bertekad Pertahankan Lahan
Senada dengan R, Ahmad warga Desa Wadas menerangkan jika dirinya akan terus mempertahankan ladang milik keluarganya yang diwariskan secara turun menurun. Ahmad menjabarkan, ladang yang akan dijadikan tempat penambangan batu andesit ini adalah sumber penghasilan keluarganya yang bekerja sebagai petani.
"Tidak akan dijual dengan alasan apa pun. Cari saja lokasi penambangan yang lain. Jangan di Desa Wadas. Ini (lahan) adalah sumber penghidupan bagi warga. Kami sudah sejahtera dari hasil ladang kami," tegas Ahmad.
Ahmad menerangkan bahwa dirinya sempat ditangkap dan dibawa ke Polres Purworejo pada Selasa (8/2). Dia baru dilepas pada Rabu (9/2).
Dia menceritakan penangkapan yang dialaminya tak membuatnya surut untuk menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. "Saya akan terus menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas. Tolak pokoknya," pungkas Ahmad.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaTema debat kali ini pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa
Baca SelengkapnyaWarga menolak aktivitas tambang karena membuat mereka gagal panen dan tercemarnya lingkungan.
Baca SelengkapnyaWarga Nagari Air Bangis khawatir Proyek Strategi Nasional (PSN) akan membuat kehidupan mereka terancam.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku sering menjadi kambing hitam dalam kasus ini.
Baca SelengkapnyaMereka menolak keras penggusuran Pulau Rempang. Mereka juga menuntut pemerintah agar menghentikan praktik perampasan tanah terhadap warga Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaViral video kericuhan antara anggota Polresta Padang dengan masyarakat Air Bangis dan Pasaman Barat
Baca SelengkapnyaWarga menyebut Peraturan Bupati soal jam operasional truk tambang di wilayah Kosambi sekadar pajangan. Mereka minta pemkab tutup aktivitas tambang.
Baca SelengkapnyaRatusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Baca SelengkapnyaTujuh warga di Kabupaten Blora mengalami penganiayaan oleh karyawan perusahaan tambang setelah mereka mengajukan protes terkait pencemaran udara.
Baca SelengkapnyaDelapan warga yang ditangkap itu akan diproses hukum sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.
Baca SelengkapnyaPenembakan peluru karet itu telah sesuai prosedur setelah dilakukan imbauan dan tembakan gas air mata.
Baca Selengkapnya