Warga Sinabung nekat masuk zona merah karena bantuan kurang memadai
Merdeka.com - Meski sejumlah desa di kaki Gunung Sinabung dinyatakan masuk dalam zona merah, sejumlah warga tetap nekat beraktivitas di kawasan sangat berbahaya ini. Himpitan ekonomi menjadi alasan utamanya.
"Sekarang sedang 'panas' karena banyak jadi pemberitaan, sepertinya belum ada yang masuk. Kalau pun ada, ya orang jahat yang mau mencuri," kata D Sembiring (45), warga Berastepu, saat ditemui di depan portal menuju Desa Gamber di Desa Kuta Tengah, Rabu (25/5).
Namun, Sembiring yakin setelah situasi 'dingin', sebagian warga akan kembali ke kebunnya yang ada di zona merah. Sebelum awan panas menewaskan 7 orang dan membuat kritis 2 korban lainnya, dia juga kerap kembali ke kebunnya yang masuk dalam kawasan zona merah.
-
Dimana Gunung Sinabung berada? Gunung Sinabung merupakan gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
-
Apa arti dari nama "Sinabung"? Dalam bahasa Karo, Sinabung tidak ada artinya. Akan tetapi penamaan ini diambil dari kata yang serupa yaitu Sinabun. Arti dari Sinabun sendiri adalah mencuci. Kemudian Deleng Sinabun diartikan sebagai gunung yang mencuci atau tepatnya gunung yang berperan menyucikan.
-
Mengapa Gunung Sinabung dianggap suci? Berkaca dari kebiasaan Syekh Abdurahman, banyak masyarakat Islam dari tanah Karo yang mengeramatkan gunung ini dan dianggap sebagai tempat penyucian.
-
Bagaimana kondisi kaki Gunung Sibuatan? Saat mendaki melewati jalan setapak yang mengarah ke hutan dari Pos 1 di ketinggian 1.800 mdpl dan Pos 2 di ketinggian 1.982 mdpl, biasanya pendaki akan bertemu dengan celah kecil yang tertutupi lumut. Pada bagian kaki gunung ini tak banyak dijumpai pepohonan hijau dan hutan-hutan yang tebal.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Kenapa gunung tidak bisa tinggi? Alasan Ilmiah Gunung Tidak Bisa Bertambah Tinggi gunung tidak bisa bertambah tinggi disebabkan beberapa faktor.
"Aku tanam kopi di sana, walau pun sempat rusak, ternyata kopiku tumbuh bertunas lagi," katanya.
Sembiring menyatakan, dia kerap masuk ke desanya melalui jalur tikus. "Banyak yang masuk, kan banyak jalur tikus, banyak kali pun, mana bisa diawasi itu," ungkap D Sembiring.
Ditanya alasan kenekatannya, D Sembiring mengatakan, semuanya karena faktor ekonomi. Bantuan pemerintah dinilai sangat kurang.
Sembiring mengaku hanya diberi bantuan Rp 5,6 juta untuk sewa rumah dan lahan. "Katanya untuk rumah Rp 1,8 juta setahun, rumah punya orang mana bisa kita yang menentukan harga. Berapa lagi sewa lahan, belum lagi modalnya. Makanya banyak yang nekat masuk, karena lahannya sudah ada," kata D Sembiring yang mengaku mengontrak di Desa Budaya Lingga dengan harga Rp 2,5 juta per tahun.
Sarita br Ginting (30), warga Desa Sigarang-garang, Kecamatan Naman Teran, mengatakan mereka bahkan masih nekat tinggal di sekitar desanya yang juga sudah dinyatakan akan direlokasi.
"Anak kami tetap di posko penampungan di GBKP Simpang Enam, kami tinggal di simpang dekat desa kami. Sekarang kami tidak takut gunung, kami lebih takut tidak punya uang," ucapnya.
Hal senada disampaikan Br Sitepu (45), warga Dusun Tiga Serangkai, Desa Berastepu. Menurutnya bantuan pemerintah hanya cukup untuk makan. Sementara mereka memerlukan uang untuk menutupi kebutuhan lainnya.
"Kita punya anak sekolah, mana cukup bantuan itu," katanya.
Br Sitepu bahkan meminta diizinkan untuk bisa memasuki portal di Desa Kuta Tengah menuju tempat tinggalnya.
"Aku mau mengambil beras di sana. Walaupun nggak banyak, itu kan bisa jadi uang juga," jelasnya.
Setelah menunggu cukup lama, Br Sitepu dan kendaraannya dibenarkan melewati portal. Mereka melaju dengan kencang ke dalam zona bahaya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaEl Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Baca SelengkapnyaLongsor yang menewaskan hampir 700 orang itu juga mengakibatkan lebih dari 1.200 orang kehilangan tempat tinggal.
Baca SelengkapnyaPembangunan saluran pembuangan banjir belum cukup menyelamatkan penduduk pesisir dari dampak perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaHanya pesawat kecil yang bisa masuk ke distrik tersebut. Namun bantuan logistik perlu diantar ke kampung-kampung yang terjal.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaSumber air di tengah hutan itu kondisinya keruh, namun warga tak punya pilihan lain.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan kondisi jalan kampung yang tidak memadai sehingga jenazah harus ditandu oleh warga untuk dibawa pulang.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca Selengkapnya