Waspadai upaya kelompok radikal susupi generasi muda
Merdeka.com - Rektor dan pengelola Perguruan Tinggi harus bertanggung jawab dalam mendidik para generasi muda khususnya mahasiswa agar tidak terpapar radikalisme dan terorisme. Jangan sampai mereka nantinya tercemari dengan hal-hal tidak baik yang dapat menggoyang keutuhan NKRI ini.
"Ini karena para mahasiswa, dan anak-anak di rentang umur 15-25 tahun itu punya potensi untuk disusupi paham-paham radikal terorisme. Ini yang harus kita jaga, mereka harus dididik yang benar. Perguruan Tinggi bertanggung jawab atas itu, agar ada semacam daya tahan untuk mereka," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius dalam keterangannya, Selasa (24/4).
BNPT melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Universitas Indonesia (UI) terkait Pendidikan, Penelitian, Pengabdian terhadap Masyarakat dan Pengembangan kelembagaan dalam rangka penanggulangan terorisme. Penandatanganan digelar di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Senin (23/4).
-
Bagaimana mahasiswa berperan dalam menjaga kondusivitas Pemilu? “Saya minta mahasiswa berperan, jangan baperan. Keamanan adalah kesepakatan, bukan kebutuhan. Mari kita berfikir dan berperasaan yang positif,“ ujarnya.
-
Gimana mencegah kenakalan remaja dengan agama? Memberikan pendidikan moral dan agama sejak dini. Hal ini bisa membantu remaja untuk memiliki nilai-nilai yang baik, menghormati orang lain, dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
-
Siapa yang mengajak mahasiswa untuk menjaga kondusivitas pemilu? Bupati Ipuk mengajak mahasiswa agar berkontribusi positif dalam menyosialisasikan informasi yang benar dan bermanfaat.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Gimana caranya anak kuliah menjaga kesehatan mental? Anak kuliahan sebaiknya memahami batasan kemampuan mereka dan belajar mengelola stres dengan baik. Olahraga, meditasi, dan mengatur waktu dengan bijak adalah cara-cara yang efektif untuk menjaga kesehatan mental.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini mengatakan, bukan hanya kepada mahasiswa, tetapi juga para dosen. Karena dari hasil investigasi yang dilakukan BNPT ada juga dosen dan guru yang terpapar paham radikal.
"Untuk itu kita minta pada Menristek Dikti, Mendikbud agar perekrutan guru dan dosen itu bisa diperketat lagi agar nantinya tidak melahirkan paham-paham radikal pada anak didiknya," ujar Kepala BNPT.
Mantan Kabareskrim Polri ini juga mengatakan, tentunya dibutuhkan peran-peran daripada dosen dan rektor serta para ahli untuk mendukung pencegahan paham radikal terorisme ini. Karena tidak semua metode pencegahan akan sesuai, yang mana dibutuhkan cara dan pola tertentu sesuai tempat dan situasinya.
"Terorisme memang ancaman global, tapi yang bisa mengindentifikasi akar masalahnya ya dari negara masing-masing, kita butuh para pakar, para ahli, para profesor untuk mengindetifikasi masalahnya, sehingga bisa didapatkan cara dan formula yang pas untuk mencegah dan menanggulanginya," katanya.
Tak lupa mantan Kapolda Jawa barat ini juga menyinggung tentang kegiatan yang sebelumnya ia adakan bersama Kemenristekdti dengan mengumpulkan 3.000 rektor perguruan tinggi se Indonesia terkait penguatan rektor dan perguruan tinggi dalam menangkal radikalisme dan terorisme.
"Kita juga sudah adakan kegiatan mengumpulkan 3.000 rektor di Bali, kita minta kepada para rektor perguruan tinggi agar bertanggung jawab terhadap anak muda, dalam mendidik mereka, sehingga tidak terpapar radikalisme dan terorisme," ungkapnya.
Sementara itu dalam kuliah umum yang dihadiri para mahasiswa Pasca Sarjana UI dan juga siswa dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisan (PTIK) ini, mantan Kepala Divisi Humas Polri ini juga menegaskan pentingnya penguatan nasionalisme guna menghadapi ancaman ideologi transnasional. Menurutnya dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, nilai-nilai kebangsaan yang ada mulai tergerus sehingga memudahkan anak muda untuk disusupi paham-paham radikal.
"Teknologi informasi saat ini itu udah tidak ada batasnya, udah borderless, gadget ada dimana-mana, memang ada sisi positifnya, tapi banyak juga sisi negatifnya, dari sini anak muda dijadikan target brain washing. Kita harus bisa cegah, harus bisa kita imbangi, karena itu kami dari BNPT merekrut duta damai dunia maya, generasi muda untuk melawan radikalisme, dimana mereka menggunakan bahasa milenial sehingga bisa diterima cepat oleh generasinya," tuturnya.
Terkait penandatanganan MoU yang telah dilakukan, mantan Wakapolda Metro Jaya ini berharap kedepannya upaya pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme akan berjalan lebih maksimal, dimana nantinya akan didukung dengan hasil-hasil riset dan penelitian dari UI sehingga dapat menentukan formula dan cara yang tepat.
"Dengan MoU dengan UI ini ke depan kita akan menjalankan penelitian dan pengembangan termasuk pengabdian terhadap masyrakat, boarding school yang ada di medan nantinya akan dijadikan semacam laboratorium oleh UI untuk mengidentifikasi dan mencarikan solusi atau formula karena pendekatan secara human atau soft approach itu sangat bermanfaat," ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat ini mengakhiri.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir yang turut hadir dalam acara tersebut sangat mengapresiasi MoU yang telah ditandatangi antara BNPT dan UI ini. Menurutnya dengan berjalannnya program ini, diharapkan dapat memaksimalkan program-program yang sebelumnya telah berjalan.
"Ini program penting bagi kami, dan ini sudah kami lakukan sejak 2016. Tahun 2016 kami memetakan, 2017 kami melaksanakan dan tahun 2018 kami tindak lanjuti. UI sebagai universitas yang besar dan sebagai tulang punggung harus bisa mendidik mahasiswanya, mahasiswa sebagai salah satu pintu gerbang untuk memajukan Indonesia, dengan itu harus kita adakan pengawalan yang ketat sehingga paham-paham radikal terorisme tidak menginfiltrasi mereka," ucapnya.
Rektor Universitas Indonesia, Muhammad Anis yang ikut menandatangani MoU tersebut berharap dengan kerjasama ini, nantinya akan diadakan program-program yang bisa digunakan untuk menangkal radikalisme, terutama di lingkungan kampus.
"Kami berharap dengan dijalankannya kerja sama ini, kita bisa menjalankan program-program yang dapat mencegah radikalisme, caranya? Nanti akan bentuk forum-forum kebangsaan, atau kurikulum terkait kebangsaan dan bisa juga mengundang pakar-pakar agar pengetahuan mereka para mahasiswa bisa dicerahkan," ungkapnya
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca Selengkapnya"Bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang akan berdampak pada segala aspek kehidupan."
Baca SelengkapnyaPerbedaan pilihan dalam Pemilu jangan sampai menimbulkan polarisasi antara satu dengan yang lain.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaAnak-anak harus dilindungi dari ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaUntuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca SelengkapnyaDiperlukan gotong royong dan kerja bersama demi masa depan anak bangsa.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaNamun sekolah berasrama dan pondok pesantren tidak terlepas dari potensi terjadinya perilaku menyimpang oleh pelajar.
Baca Selengkapnya