Analisis Peluang Anies di Pilpres 2024 Jika Didukung Kalangan Islam dan Nasionalis
Merdeka.com - Hasil survei sejumlah lembaga survei politik beberapa waktu terakhir memperlihatkan daya tarik para kandidat calon presiden bergeser ke nama-nama berlatar belakang kepala daerah. Seperti hasil survei Indopol Survey & Consulting mencatat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kompak naik.
Kepala Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Firman Noor mengatakan, hal itu karena daya tarik partai politik, atau sosok kader partai politik yang rendah di mata publik. Kinerja para kepala daerah yang dinilai bagus atau berprestasi oleh warga masyarakat menjadi daya tarik yang mengungkit rating disukai dan keterpilihan.
Dia juga menyoroti skenario head-to-head (persaingan dua nama kandidat) yang berkutat antara Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Menurutnya masing-masing punya kekuatan dan kelemahan tersendiri. Misalnya saja Anies Baswedan yang berpeluang didukung oleh kalangan Islam dan Nasionalis.
-
Apa nama partai yang dibentuk Anies Baswedan? Sampai saat ini Anies belum mengumumkan nama partai yang akan didirikannya.
-
Apa yang disinggung Anies Baswedan? Anies Baswedan menyinggung soal pemimpin yang tidak memenuhi janjinya.
-
Kenapa Anies dianggap salah satu tokoh dengan elektabilitas tinggi? Anies jadi satu di antara tiga tokoh capres dengan elektabilitas terkuat di sejumlah lembaga survei.
-
Apa nama lengkap Anies Baswedan? Anies Baswedan, dengan nama lengkap Anies Rasyid Baswedan, merupakan salah satu kandidat presiden untuk tahun 2024, dilahirkan di Kuningan pada tanggal 7 Mei 1969.
-
Kenapa Anies Baswedan ingin membentuk partai baru? Anies Baswedan berencana akan membangun partai politik baru atau membentuk ormas, pasca dirinya gagal maju di Pilkada 2024.
-
Apa yang membuat elektabilitas Anies turun? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik dan Anies turun karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
"Pak Anies merupakan kandidat yang layak diperhitungkan, selalu muncul di tiga besar. Memiliki relawan meski belum cukup sistematis dan kerap mendapatkan pemberitaan yang minim, prestasinya kadang dinilai belum terlihat bahkan negatif. Bagi pak Anies yang cenderung tidak diposisikan sebagai murni kalangan Nasionalis, justru membuka peluang mendapatkan dukungan yang cukup fleksibel dari kalangan Islam maupun Nasionalis,” katanya di Jakarta, Senin (7/3).
Sementara Pak Ganjar, sambung Firman, dibandingkan tahun lalu dan awal tahun ini punya tren dukungan sangat positif, di mana pada saat yang sama ada peristiwa Wadas yang berpotensi mengganggu tren positif itu. Namun kelemahannnya adalah hingga saat ini belum memiliki tiket dari partainya yakni PDIP.
"Pak Ganjar sebagaimana tokoh-tokoh PDIP selama ini, punya basis dukungan kuat di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ormas NU. Jokowi’s effect juga berpotensi akan berpengaruh pada elektabilitas Pak Ganjar. kelemahannya adalah masih berstatus “pembalap yang belum punya mobil”. Tapi masih ada peluang jika pada menit terakhir didukung penuh oleh PDIP,” tuturnya.
Berita terkait Pilpres 2024 bisa dibaca di Liputan6.com
Yang menarik, sambung Firman, adalah bahwa pendukung Anies Baswedan ini tidak beririsan (tidak saling memilih) dengan pendukung Ganjar Pranowo.
"Nah apakah ini adalah karena faktor visi misi ke depan, di mana yang satu akan membuat perubahan, sementara yang satunya lagi melanjutkan legacy sudah baik ataukah ada faktor ideologis atau juga karena kecenderungan perbedaan elemen inti pendukungnya,” ujarnya.
Sedangkan peluang kontestasi yang melibatkan Prabowo Subianto, dinilai Firman Noor, bisa dilihat dari kerja keras partainya dan pendukung militannya untuk terus menaikkan elektabilitasnya yang tidak setinggi popularitasnya.
"Pak Prabowo cenderung stagnan, bahkan dalam sebuah survei tahun 2021 lalu stagnansi Pak Prabowo ini sudah berlangsung hingga tujuh tahun terakhir. Pertengahan 2021 memang cenderung unggul jauh daripada yang lain,”urai Firman Noor.
Firman menggarisbawahi bahwa potret persaingan head-to-head lebih ditentukan pada kontestan yang bertarung. Tentu saja ketika persoalan tiket maju di pilpres 2024 sudah terpenuhi alias semuanya didukung oleh partai politik atau koalisi partai politik yang memenuhi syarat presidential treshold.
"Pak Anies unggul jika misalnya pak Ganjar tidak ikut bertarung. Dan kalau toh pak Anies harus head-to-head dengan pak Ganjar, hasil survei menunjukkan tidak terlalu jauh jaraknya. Ini sebetulnya memberikan sebuah sinyal bahwa masih sangat terbuka peluang bagi Pak Anies untuk bertarung di pilpres 2024 serta berpeluang untuk memenangkan kontestasi,” pungkasnya.
Reporter: Luqman Rimadi/Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mempertanyakan cara Poltracking melakukan sampling survei sehingga Anies-Cak Imin kalah di kalangan NU.
Baca SelengkapnyaMenurut Sudirman, hasil survei yang berkembang saat ini tidak bisa menjadi parameter kemenangan di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPendiri Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan bahwa PKS merupakan tulang punggung kubu Anies-Imin dalam mendulang suara.
Baca SelengkapnyaNasDem mengungkapkan peta basis yang dianggap menjadi kelemahan Anies Baswedan
Baca SelengkapnyaSemuanya telah menyampaikan akan membantunya untuk masalah spiritualitas.
Baca SelengkapnyaPolitikus Gerindra, Maruarar Sirait mengucapkan terima kasih kepada Anies Baswedan yang mendukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaJakarta ke depannya akan berhubungan dengan rezim Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaJika melihat komposisi dukungan parpol dan syarat mencalonkan di Pilkada, peluang incumbent Anies Baswedan maju sudah tertutup rapat.
Baca SelengkapnyaMardani percaya diri pasangan Anies dan Cak Imin bisa memenangkan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaMaruarar sampai Berterima Kasih Pada Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaKoalisi dengan Anies Baswedan membawa kebaikan dan manfaat.
Baca SelengkapnyaNasDem: Kader NU Bisa Tambal Kelemahan Anies Baswedan
Baca Selengkapnya