Analisis sederhana benarkah Muhammadiyah dan NU netral di Pilpres?
Merdeka.com - Organisasi islam terbesar NU diharapkan bersikap netral pada Pilpres 2019. Hal ini menyusul ditunjuknya Rais Am NU Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi. Sebab antara urusan politik dan agama harus dipisahkan.
Di sisi lain, Muhammadiyah juga diharapkan bersikap sama. Kedua organisasi ini sepatutnya tak terlibat politik praktis agar tak menimbulkan perpecahan. Lalu apakah benar Muhammadiyah dan NU netral di Pilpres?
Muhammadiyah pastikan netral di Pilpres
-
Apa sikap Muhammadiyah terkait pilpres? Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah menyampaikan sikap politik terkait Pilpres 2024 besok.
-
Kenapa TKN Prabowo-Gibran meminta relawan untuk tidak menyerang pribadi Capres Cawapres lainnya? Menurut dia, kandidat yang maju dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang merupakan putra putra terbaik bangsa yang dipilih partai politik, dan ditawarkan kepada rakyat agar dipilih sebagai pemimpin bangsa Indonesia lima tahun mendatang. Oleh karenanya, cara-cara berpolitik dengan menyerang pribadi calon dinilai Sangap tidak sesuai adab ketimuran.
-
Siapa yang dilarang MK terlibat dalam sengketa Pilpres? Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK) Fajar Laksono menegaskan, sidang perdana sengketa pilpres 2024 yang akan digelar perdana esom hari hanya dihadiri depalan hakim MK tanpa Anwar Usman.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Kenapa TNI harus dijaga dari pengaruh partai politik? Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah ada di Indonesia? Salah satu alasan utama bagi pertumbuhan ini adalah kehadiran dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Muhammadiyah telah mengambil sikap tegas di tengah panasnya peta politik menjelang Pemilihan Presiden. Muhammadiyah tidak memberikan dukungan kepada salah satu calon presiden maupun wakil presiden. Karena dukungan politik merupakan tugas partai politik, bukan organisasi keagamaan.
Muhammadiyah tidak mendorong kadernya bergabung sebagai timses. Baik di kubu Joko Widodo maupun Prabowo Subianto. "Kan kalau dari organisasi mendelegasikan individu jadi timses, jadi politik praktis, itu bukan wilayah Muhammadiyah," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti kepada Liputan6.com, Selasa (14/8).
Ada mantan petinggi Muhammadiyah di kubu Prabowo-Sandiaga
Meski Muhammadiyah mengaku netral di Pilpres 2019, namun tak bisa dipungkiri jika mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amien Rais berada di barisan kubu Prabowo-Sandiaga. Ini bisa saja berpengaruh kepada anggota Muhammadiyah yang akhirnya terlibat politik praktis.
Apalagi Prabowo-Sandiaga sudah mulai mendekati Muhammadiyah untuk meminta dukungan. "Kami berharap bahwa Muhammadiyah bisa membuka pintunya untuk kami, untuk melaksanakan diskusi ilmiah, kajian ilmiah, supaya kita bisa maju ke rakyat berdasar fakta dan bukan selera," kata Prabowo di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Senin (13/8).
Cawapres Jokowi berasal dari NU
Ma'ruf Amin dipilih Joko Widodo mendampinginya di Pilpres 2019. Ma'ruf merupakan Rais Aam Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU). Melihat hal ini bukan tak mungkin bila NU akan menjadi yang terdepan mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Meski begitu Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj mengingatkan PBNU tidak mendukung capres cawapres tertentu karena hal itu urusan partai politik. PBNU hanya mendoakan pasangan capres dan cawapres yang terbaik untuk Indonesia.
"Kalau NU enggak dukung-dukungan. Partai politik yang dukung itu. Kalau NU mendoakan, NU kan bagian itu, istighosah," jelas Said Aqil di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (8/8) petang.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut dia, pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi terhadap Indonesia masih sama yaitu netral dan independen dari kekuatan politik.
Baca SelengkapnyaMuhammadiyah tak terlibat timses mana pun di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaNahdlatul Ulama tidak ingin terlibat dalam politik praktis.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan bahwa PBNU tidak terlibat dalam dukung-mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaNorma NU sebagai organisasi dan lembaga pun tegas tidak mengizinkan sikap memberikan dukungan
Baca SelengkapnyaHarlah Muslimat NU membawa suasana Pemilu 2024 tidak selalu menegangkan.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan seluruh pengurus organisasinya tak boleh mengatasnamakan PBNU jika memberi dukungan politik.
Baca SelengkapnyaMa'ruf mengatakan seharusnya kedua lembaga tersebut tidak saling mengintervensi
Baca SelengkapnyaKhofifah menyebut Muslimat NU hanya membangun politik kebangsaan yang hanya berorientasi pada penegakan konsensus bangsa.
Baca SelengkapnyaGas Yahya meminta calon pemimpin akan berkontestasi tidak menjual embel-embel NU dan agama demi meraih suara.
Baca SelengkapnyaPBNU sebagai organisasi umam keagamaan terbesar tidak pernah melakukan klaim atas keberpihakan.
Baca SelengkapnyaMereka diharapkan tidak memberikan komentar apapun terkait calon presiden yang berkompetisi pada pemilu tahun ini
Baca Selengkapnya