Idrus Marham akui kasus e-KTP ganggu Golkar hadapi Pemilu 2019
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengatakan, dugaan kader-kader terlibat dalam pusaran korupsi e-KTP berpotensi mengganggu elektabilitas partai terutama jelang Pemilu Serentak 2019. Untuk itu, Idrus menyebut Partai Golkar berencana menempuh langkah hukum untuk mengklarifikasi dugaan pencemaran nama baik kadernya karena disebut menerima aliran dana e-KTP.
"Itu kan mengganggu, apalagi ke depan momen politik cukup banyak dan besar. Sehingga dari awal kita harus melakukan klarifikasi, tabayyun tentang masalah ini," kata Idrus di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/3).
Namun, Idrus meyakini, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan dugaan keterlibatan Golkar dan kader mereka dalam kasus korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun itu. Keyakinan itu muncul karena masyarakat dinilai konsisten menganut azas praduga tak bersalah. Dengan demikian, masyarakat akan cerdas melihat fakta-fakta kasus e-KTP.
-
Apa yang diusung Idrus Marham untuk Golkar? Idrus Marham yang juga mantan narapidana kasus korupsi tersebut menginginkan Airlangga Hartarto mundur dari kursi ketua umum Golkar.
-
Siapa yang diminta tidak mengklaim sebagai kader Golkar? Partai Golkar meminta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tidak mengklaim sebagai kader partai yang dipimpin Ketua Umum Airlangga Hartarto.
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Bagaimana MKGR tegak lurus ke Golkar? “Kami tidak akan membiarkan pengurus, dewan-dewan, jajaran. Termasuk anggota Ormas MKGR yang dapat menabrak kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh partai Golkar dan Bapak Airlangga Hartarto,“ tegas Adies dalam SE yang ditandatangani pada Jumat (28/7).
-
Bagaimana cara kader Golkar menghadapi perompak demokrasi? “Saya mengajak semua kader dan elit Partai Golkar selalu kompak untuk menghadapi perompak demokrasi yang bisa merusak tatanan dan keluhuran demokrasi yang telah kita bangun,“ tuntasnya.
"Saya punya keyakinan, bahwa masyarat sekarang ini akan berpikir dengan dua hal, pertama adalah tetap konsisten dengan praduga tidak bersalah. Tentu di negara hukum, patut kita hormati prinsip hukum itu. Kedua adalah saya kira juga rakyat sekarang ini cerdas melihat fakta-fakta yang ada," tegasnya.
Partai Golkar diklaim partai besar yang mengandalkan kekuatan sistem. Hal ini membuat roda partai akan terus berkomunikasi dengan masyarakat demi meluruskan tudingan kader Golkar ikut kecipratan uang korupsi itu.
"Berdasarkan itu, kami punya keyakinan Partai Golkar sebagai partai besar, yang kekuatannya ada pada sistem. Partai ini tetap jalan melakukan komunikasi dengan rakyat dan tentu menjelaskan bilamana ada pertanyaan, kalau tidak ya, serahkan pada proses hukum yang lebih lanjut," klaimnya.
Idrus menyebut pihaknya tidak akan menyiapkan langkah antisipasi terkait dugaan penurunan elektabilitas partai Golkar karena imbas kasus e-KTP. Dia memastikan sistem yang berjalan akan meredam potensi penurunan elektabilitas Partai Golkar.
Hal itu dibuktikan saat konflik internal di tubuh Golkar beberapa waktu lalu. Meski diterpa konflik, ternyata tingkat kemenangan Golkar di Pilkada tetap mencapai 51 persen.
"Tidak ada, enggak ada. Jadi kita tetap jalan dengan baik dan kekuatan Golkar itu ada pada sistem. Jadi sistem ini jalan, berbeda dengan partai-partai lain, ya jadi seperti sekarang ini. Kayak kemarin misalkan, ketika Golkar terlibat konflik selama dua tahun, Golkar tetap jalan dan Golkar tetap capai 51 persen kemenangan pilkada," tandas Idrus.
Kejadian serupa sempat menerpa Partai Demokrat pada 2012 lalu. Saat itu, banyak kader Demokrat yang terseret kasus korupsi wisma atlet Hambalang, salah satunya Ketum Anas Urbaningrum dan Bendahara Umum M Nazaruddin. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mencoba turun langsung memperbaiki citra agar elektabilitas partai tidak jeblok di Pemilu. Akan tetapi, langkah SBY tidak terlalu berpengaruh.
Idrus menyebut kasus yang dialami Demokrat berbeda dengan Golkar sekarang. Alasannya, karena Golkar tidak hanya bergantung pada sosok Ketua Umum saja, melainkan sistem yang berjalan.
"Loh beda dong. Kan kita ada dua kan. Di satu sisi ketum sebagai simbol ada sistem yang jalan," tukas dia.
"Loh masalah pengaruh atau tidak kan rakyat akan mencoba memilah milah tetapi Golkar sebagai partai yang kekuatannya ada pada sistem ini jalan terus jalan, jalan, jalan," pungkas Idrus.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putusan tersebut tercatat dalam nomor perkara 147-01-04-29/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024.
Baca SelengkapnyaAgus Rahardjo Ngaku Diintervensi Jokowi, Firli Bahuri: Saya Kira Semua Akan Alami Tekanan
Baca SelengkapnyaPDIP menyarankan pembuktian kesaksian mantan Ketua KPK Agus Rahardjo soal dugaan intervensi Presiden Jokowi di kasus E-KTP.
Baca SelengkapnyaDemikian hal itu disampaikan Ketua Tim TDK Todung Mulya Lubis yang telah siap membeberkan bukti kecurangan
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo menyebut ada sejumlah kader partainya yang menjadi target operasi (TO) aparat penegak hukum menjelang Pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaAirlangga menegaskan, jika Partai Golkar menjadi korban atas kasus e-KTP.
Baca SelengkapnyaDia enggan menanggapi lebih lanjut polemik yang disampaikan oleh Agus. Terlebih, pada 2017 dirinya tidak mengetahui persoalan tersebut.
Baca SelengkapnyaCalon Presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menegaskan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) adalah musuh bangsa ini.
Baca SelengkapnyaVideo di media sosial yang memperlihatkan mobil berpelat merah tengah menurunkan baliho Ganjar-Mahfud untuk dipasang di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaGanjar turut mengutarakan keingiannya untuk melakukan revisi regulasi terkait KPK.
Baca SelengkapnyaKorupsi yang masih merajalela sudah mencoreng nama Indonesia.
Baca SelengkapnyaPDI Perjuangan bersama partai koalisi dan tim pemenangan beserta relawan fokus saat ini memenangkan Ganjar dan Mahfud.
Baca Selengkapnya