Langkah Demokrat Merapat ke Jokowi Terganjal 'Luka Lama' Mega dan SBY?
Merdeka.com - Spekulasi Demokrat akan meninggalkan koalisi Prabowo-Sandiaga muncul usai pertemuan Ketua Kogasma AHY bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, luka lama antara Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai pengusung utama Jokowi di Pilpres masih mengganjal.
SBY sebelum kontestasi Pilpres mengakui, hubungannya dengan Megawati belum baik. Hubungan keduanya renggang pasca SBY mundur dari kabinet Megawati dan memutuskan maju di Pemilu 2004. Selama 10 tahun SBY berkuasa, selama itu pula Mega membawa PDIP berada di garis oposisi. Selama itu pula Mega yang juga Presiden kelima RI itu, tak pernah hadir upacara Kemerdekaan di Istana. Setelah SBY turun takhta, digantikan Jokowi, Mega barulah terlihat sering mondar mandir Istana.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego, mengatakan, perlu ada rekonsiliasi antara keduanya.
-
Dimana Megawati sering menghabiskan waktu? Melalui unggahannya, Megawati mengundang kita untuk menjelajahi kota Daejeon yang menawan. Selain itu, ia sering kali mengunjungi kafe-kafe yang indah.
-
Kapan Megawati lahir? Megawati Hangestri lahir pada 20 September 1999 di Jember, Jawa Timur.
-
Kenapa Megawati terkenal? Performa gemilang dan kecantikan di Korea, jadi perbincangan! Bikin Bangga Indonesia Pasalnya pevoli putri asal Jember yang saat ini bergabung dengan tim Red Sparks, Korea Selatan ini, menunjukan performanya dalam mencetak poin di lapangan menuai banyak pujian Pada dua permainan sebelumnya, Megawati mendapatkan MPV usai mencetak 31 poin dan membawa kemenangan untuk timnya.
-
Dimana Megawati lahir? Lahir di Jember Megawati, seorang atlet berbakat, lahir di Jember, Jawa Timur.
-
Kenapa SBY bermimpi bertemu Megawati? Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya. Selanjutnya kami bertiga menuju Stasiun Gambir,“ tulis SBY di akun twitter resminya, Senin (19/6).
-
Apa gaya Megawati sehari-hari? Gaya Megawati sehari-hari yang kerap terlihat begitu. Mengenakan kaus dengan lengan panjang yang dilipat. Simpel dan santai.
"Demokrasi kita itu patrimonial sifatnya. Peran pemimpin sangat menentukan di dalamnya. Jika kita sepakat dengan demokrasi dan kemajuan bangsa, tak ada kata lain yang paling pas untuk dilakukan semua tokoh selain rekonsiliasi," kata Indria kepada Liputan6.com, Selasa (7/50).
Namun, rekannya di LIPI, Syamsuddin Haris, berpendapat berbeda. Menurutnya, faktor penentu Demokrat berada di koalisi bukan di Megawati lagi.
"Saya kira faktor kuncinya tidak sepenuhnya di Mega lagi, tapi di Jokowi. Jadi pertemuan SBY-Mega menurut saya bukan lagi satu-satunya faktor penentu," kata Syamsuddin.
Dia menegaskan, mungkin saja baik Megawati maupun PDIP tak rela putra mahkota SBY, AHY, masuk dalam kabinet. Tapi, jika dirasa Jokowi memerlukan mereka, maka peluang Demokrat besar berada di koalisi.
"Mega dan PDIP mungkin tidak rela AHY masuk kabinet Jokowi, tapi kalau Jokowi merasa membutuhkan Demokrat untuk meredam oposisi, maka Jokowi tidak perlu restu Mega lagi," jelas Syamsuddin.
Senada, Peneliti departemen politik dan perubahan sosial dari lembaga CSIS, Arya Fernandes, juga berpandangan, untuk koalisi semua kuncinya ada di Jokowi. Karena hak prerogatif menentukan siapa saja yang masuk di kabinet adalah Presiden.
"Penentuan koalisi itu sebenarnya atau penentuan posisi menteri, itu kan hak prerogatifnya Presiden, jadi sebenarnya, bolanya ada di tangan Presiden," kata Arya.
Dia tak menampik, jika Jokowi nanti tentu akan meminta masukan dari para Ketum parpol koalisi, termasuk Megawati, untuk melihat siapa saja yang berada di dalam kabinetnya nanti.
"Tentu dia (Jokowi) butuh komunikasi dengan Ketum-ketum partai koalisi, dan perlu tahu juga siapa yang diusulkan oleh partai-partai koalisi. Tapi dalam konteks Demokrat, end usernya Jokowi," tegas Arya.
Di lain kesempatan, ditemui 22 April 2019 lalu di Jakarta, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, mengatakan, seharusnya semua pihak bisa menjaga Demokrasi agar tetap sehat.
"Demokrasi yang sehat itu setia akan pilihannya. Ketika sejak awal mendukung Pak Jokowi, kemudian mendukung Pak Prabowo, konsistensi ini perlu dijaga. Demokrasi itu perlu kontrol," jelas Hasto.
Dia menegaskan, ini berbeda dengan 2014. Dimana total koalisi sekarang sudah mencapai 60 persen. Meskipun, Hasto tak menepis, kebijakan koalisi ada di tangan Presiden.
"Kebijakan koalisi Presiden yang menentukan. Tapi mekanisme yang kami bangun, ketika ada perubahan kebijakan koalisi, Presiden berkomunikasi dengan seluruh ketua umum partai politik," kata Hasto.
Dia menepis jika pihaknya akan membuka pintu koalisi selebar-lebarnya.
"Bukan selebar mungkin, kami bukan koalisi yang pragmatis, kami koalisi yang ingin mendorong pemerintah yang efektif, pemerintah yang solid. Untuk mereka yang bergabung bersama PDI Perjuangan, yang telah berkeringat, untuk dukung Pak Jokowi dan Pak Kiai Ma'ruf Amin, ini harus kita apresiasi juga dalam bekerja sama. Maka dalam demokrasi yang sehat, ini yang harus kia hormati, posisi politik yang sejak awal ini untuk bersama-sama mengelola pemerintahan itu," pungkasnya.
Sementara itu, Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik telah mengklarifikasi pertemuan AHY dan Jokowi. Dia menegaskan, pertemuan itu atas undangan Jokowi sebagai kepala negara kepada SBY.
Jokowi dan SBY disebut Rachland belum berkomunikasi lagi setelah pertemuan di Singapura saat menjenguk Ani Yudhoyono. Dia juga menekankan, Demokrat tak akan meninggalkan kawan yang sedang susah.
Reporter: Putu Merta Surya PutraSumber: Liputan6.com (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Joko Widodo atau Jokowi enggan menanggapi sindiran Megawati.
Baca SelengkapnyaDemokrat ingin Megawati bisa menerima pertemuan dengan SBY
Baca SelengkapnyaPemandangan berbeda terlihat dalam Rakernas V PDIP. Presiden Jokowi tak lagi mendampingi Megawati. Padahal, sebelumnya Jokowi dan Megawati tampak tampil mesra.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri yang menyinggung penguasa bertindak seperti rezim orde baru.
Baca SelengkapnyaPolemik ini merupakan buntut dari kandasnya AHY sebagai Bakal Cawapres mendampingi Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta seseorang yang selevel presiden tidak bermain-main dengannya.
Baca SelengkapnyaJokowi mengundang Megawati hingga SBY untuk mengikuti upacara peringatan HUT ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca SelengkapnyaHubungan Demokrat dan PDIP sebelum Pemilu 2024 sempat cair.
Baca SelengkapnyaKetua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo membela Megawati Soekarnoputri usai menyebut penguasa hari ini seperti zaman orde baru
Baca SelengkapnyaMegawati merasa jengkel dengan para penguasa yang bertindak seperti zaman orde baru.
Baca SelengkapnyaJokowi buka suara soal Ketum PDIP Megawati sebut penguasa saat ini seperti orde baru
Baca Selengkapnya