Megawati Sebut Negara Porak Poranda Jika Demi Berkuasa Sebar Hoaks
Merdeka.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merasa bingung mengapa hoaks dan kebencian dipakai demi menang Pilpres. Menurut Presiden kelima RI itu, pemimpin yang bakal terpilih melalui cara demikian hanya membuat negara porak poranda.
Dalam pidatonya di HUT PDIP ke-46 itu, Megawati menceritakan kisahnya bertemu dengan milenial di DPP PDIP. Dia ditanya bagaimana menjadi seorang pemimpin.
"Saya bilang ya tentunya beretika punya budi pekerti, tidak hanya main viral, dengan kebencian dan hoaks," ujar Megawati di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (10/1).
-
Bagaimana Megawati ingin memastikan integritas pemilu? Komitmen PDIP bukan untuk memakzulkan presiden, tetapi membongkar kecurangan. Kemudian mengoreksi kecurangan itu.
-
Mengapa Megawati dukung hak angket pemilu? Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendukung hak angket untuk menyelidiki dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024.
-
Kenapa PDIP melobi PKB untuk Pilkada Jakarta? 'Atas dasar fakta itu, kami berniat menjalin kerja sama politik dengan PKB. Waktu itu kan PDIP belum bisa mengajukan calon sendiri sebab Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 yang membolehkan kami mengajukan calon sendiri belum ada,' tambah dia.
-
Siapa yang mengatakan Megawati dukung hak angket pemilu? Ketua Tim Demokrasi Keadilan (TDK) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis mengatakan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendukung hak angket untuk menyelidiki dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024.
-
Kenapa PKI menang pemilu 1955? Partai Komunis Indonesia (PKI), yang dipimpin oleh Alimin, berhasil mengumpulkan suara lebih dari 6 juta orang dan menguasai 16,4% suara. Partai ini mendapat 39 kursi pemerintahan.
-
Apa keinginan Prabowo terkait Megawati? Begitu pula dengan Prabowo Subianto yang mengungkap ada rencana untuk melakukan pertemuan politik dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Hanya saja, Prabowo belum tahu kapan Megawati bersedia menerimanya.
Megawati mengaku, dari pemilu tahun 1955, tidak pernah terjadi persaingan pemilu seperti tahun-tahun ini. Sebab segala cara dengan menyanyikan kebencian dipakai demi melanggengkan kekuasaan.
"Saya enggak pernah melihat bangsa kita sendiri hanya menuju keinginan untuk merebut kekuasaan. Lalu seperti saling membenci menyanyikan kebencian lalu hoaks," kata putri proklamator itu.
Lantas, Megawati berpikir mau apa jadinya pemimpin yang menang dengan cara demikian. Menurutnya hanya bakal menimbulkan kebencian.
"Ya ibu denger to, apakah bangsa ini tidak porak poranda satu sama lain, bukan sepertinya jadi musuh," imbuhnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi buka suara soal Ketum PDIP Megawati sebut penguasa saat ini seperti orde baru
Baca SelengkapnyaMegawati menilai, saat ini politik hanya digunakan untuk penggalangan kekuatan untuk kekuasaan belaka.
Baca SelengkapnyaMegawati menyoroti konstitusi yang ikut dibelokkan penguasa demi kepentingan pribadi.
Baca SelengkapnyaMegawati mengingatkan bahaya seorang pemimpin, apalagi pemimpin yang lahir dari pujian dan jalan pintas
Baca Selengkapnya"Mereka memaksakan pasangan calon tertentu dengan berbagai intimidasi dan sekaligus iming-iming sembako gratis bahkan uang," kata Megawati.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Megawati Soekarnoputri meradang ketika kembali menyinggung kecurangan pemilu yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri yang menyinggung penguasa bertindak seperti rezim orde baru.
Baca SelengkapnyaMega mengatakan harusnya masyarakat berani menyuarakan kebenaran
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengungkapkan keresahannya terkait potensi kecurangan Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaMegawati berpesan kepada pihak berupaya merekayasa Pilkada untuk netral.
Baca SelengkapnyaMegawati menginginkan agar Pemilu berjalan tanpa adanya permainan yang terstruktur, sistematis dan masif.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merasa jengkel dengan para penguasa yang bertindak seperti zaman orde baru
Baca Selengkapnya