Timses Diminta Jual Program Capres ke Masyarakat, Jangan Sibuk Saling Serang
Merdeka.com - Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 saling serang terus menggema di jagat nyata maupun dunia maya. Sangat disayangkan jika Timses masing-masing calon terus menyuguhkan hal seperti itu ke masyarakat.
"Harusnya timses dan pendukung saling jual program dan keunggulan calonnya ke masyarakat, bukan malah memprovokasi pendukungnya untuk saling menjelekkan dan menyerang lawan," ujar Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio di Jakarta, Kamis (6/12).
Hendri mengungkapkan, sesuai teori, proses demokrasi itu akan langgeng dan damai dilaksanakan bila tercapai tiga hal. Ketiga hal itu yaitu ekonomi merata, hukum yang tidak tebang pilih, kedewasaan berpolitik, termasuk di dalamnya toleransi.
-
Siapa yang diserang menjelang Pemilu? 'Jadi media center ini bukan media center capres-capresan, jadi tidak untuk capres-capres tapi ini untuk pelurusan informasi data dari pemerintah sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi yang valid ataupun serangan yang diterima (untuk pemerintah). Sekarangkan banyak juga serangan yang kami terima, urusan capres tapi serangannya ke Pemerintah,' imbuhnya.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Pilkada? Selain itu, Pilkada juga merupakan ujian bagi penyelenggara pemilu, partai politik, dan para calon kepala daerah dalam menjalankan proses demokrasi yang jujur dan adil.
Menurut Hendri, kultur masyarakat Indonesia masih mengikuti tokoh dan panutannya. Kalau panutannya adem ayem, mereka juga tenang. Namun yang sekarang ramai adalah saling tuding sehingga memunculkan kata-kata viral seperti 'saya tabok', 'tampang boyolali' dan lain-lain.
"Itulah yang membuat timses seperti rem blong dan itu menjadi kegagalan yang diciptakan timses. Padahal kegagalan timses notabene adalah kegagalan capres dan cawapres 2019," tukas Founder lembaga survei KedaiKopi ini.
Selain itu, pada 2014 lalu, waktu kampanye hanya sebentar, sementara sekarang waktunya 6 bulan. Sekarang baru 2 bulan saja dinamikanya sudah seperti saat ini, padahal masih ada waktu 4 bulan lagi ke masa pemilihan.
"Tanpa disadari, akibat waktu kampanye terlalu lama, masyarakat jadi terjebak dalam lingkaran media sosial (medsos). Ironisnya mereka tidak sadar medsos makin penuh dengan berbagai hal negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, kampanye hitam, adu domba, dan lain-lain," papar Hendri.
Ia menyarankan harus ada kerjasama menyeluruh antara badan dan lembaga negara untuk mendinginkan suasana. "Rangkul ulama dan tokoh agama yang memiliki kharisma, sehingga masyarakat bisa lebih tertata dan terjaga," tukasnya.
Selain itu, kata Hendri, perlu ada semacam relawan yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat untuk melawan upaya-upaya perpecahan baik di alam nyata maupun maya. Ini akan berdampak sangat besar bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Perlu ada gerakan relawan milenial tapi gerakannya akan seperti apa yang dan bisa mencakup pendukung Capres 01 dan Capres 02 dan dimengerti masyarakat secara cepat. Saya yakin pasti sebagian, bahkan seluruh rakyat Indonesia tidak ingin pecah cuma gara-gara medsos," tuturnya.
Hendri yakin bila gerakan relawan milenial itu mulai bergerak, maka para anak muda Indonesia akan bersatu. Ia juga mengajak seluruh pihak agar tidak khawatir dengan adanya kubu-kubuan jelang Pilpres.
"Pada saat anda mencoblos silakan mencoblos, tapi begitu keluar TPS selesai. Toh setelah nyoblos kita tetap sama yaitu rakyat Indonesia. Satu lagi, kalau ngomongin politik harus pakai hati, akal sehat, dan nalar," pungkasnya. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama ini, Anies berkampanye dengan dua cara, yakni di media sosial dan bertemu langsung dengan masyarakat.
Baca SelengkapnyaKapten Timnas AMIN Syaugi menilai pembagian bansos sengaja dimasifkan pemerintah jelang Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran fokus mencari dukungan daripada mengomentari paslon lain
Baca SelengkapnyaListyo mengaku sudah menemui seluruh pimpinan partai politik dan masing-masing bakal calon presiden.
Baca SelengkapnyaTKN menghimbau agar semua pihak tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan dalam pilpres ini.
Baca SelengkapnyaFitnah dan drama dalam politik hanya akan membuat masyarakat lelah dan bisa merusak bangsa Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalam empat jari lambang persatuan pendukung capres nomer urut 1 dan 3.
Baca SelengkapnyaMenurut Tamsil, kian mendekati hari pencoblosan animo masyarakat mendukung AMIN semakin tinggi.
Baca SelengkapnyaTPN akan mengusulkan pada KPU dan Bawaslu membuat acara yang berisi tim sukses atau timses lintas paslon.
Baca SelengkapnyaDewan Ketahanan Nasional (Wantannas) mengungkap potensi kerawanan konflik di daerah yang menggelar Pilkada serentak 2024.
Baca SelengkapnyaCara-cara berpolitik dengan menyerang pribadi calon dinilai Sangap tidak sesuai adab ketimuran.
Baca Selengkapnya