ITAGI: Hasil Uji Klinik Vaksin Covid Negara Lain Bisa Jadi Dasar Pertimbangan di RI
Merdeka.com - Saat ini vaksin Covid-19 sudah memasuki uji klinik tahap 3 dan sedang dilakukan di Bandung terhadap 1.620 subjek. Sementara itu, vaksin Covid-19 Sinovac yang diuji di Brasil dikabarkan terbukti keamanannya.
Hal ini setelah sekitar ribuan orang menerima dua dosis suntikan. Selain itu, uji klinik tahap 3 di Brasil diperkirakan akan segera selesai dan akan mengeluarkan laporan resminya.
Pertanyaan saat ini ialah apakah bisa hasil uji klinik yang dilakukan di negara lain dapat dijadikan dasar untuk Pemerintah Indonesia mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin Covid-19?
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin cacar api bekerja? Zostavax adalah vaksin cacar api generasi pertama yang telah digunakan sejak 2006. Vaksin ini menggunakan virus varicella-zoster yang dilemahkan untuk merangsang respons kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Bagaimana vaksin polio bekerja? Vaksin polio bekerja dengan merangsang produksi antibodi dalam tubuh, yang kemudian melawan virus polio jika terjadi infeksi. Dalam proses ini, vaksin melibatkan pemberian poliovirus yang sudah dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh.
Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dari ITAGI, Soedjatmiko, menjelaskan bahwa banyak vaksin-vaksin yang dipakai puluhan tahun di berbagai negara dengan hanya melakukan uji klinik fase 1 hingga 3 di satu negara saja tetapi kemudian vaksin tersebut dipakai di banyak negara dan ternyata hasilnya tetap aman dan sama efektivitasnya.
"Vaksin yang produksi oleh Bio Farma semenjak tahun 1890, uji kliniknya dilakukan di Indonesia, tetapi hingga saat ini vaksin tersebut telah dipakai oleh masyarakat dunia di lebih dari 130 negara, hasilnya tetap aman dan efektif," jelas Prof Soedjatmiko ditulis Rabu (28/10).
Perlu diperhatikan juga bahwa vaksin-vaksin yang sudah lama dipakai di RS Swasta di Indonesia, banyak yang diimpor dari Perancis, Belgia dan Amerika. Vaksin-vaksin impor tersebut tidak pernah diuji klinik di Indonesia karena proses uji klinik di negara masing-masing dipercaya telah dilakukan sesuai prosedur dan diawasi oleh badan pengawas di negara masing-masing.
"Ketika masuk ke Indonesia, vaksin-vaksin impor juga dikaji ulang oleh BPOM bersama Komnas Obat dan organisasi profesi. Terbukti vaksin-vaksin yang sudah lama dipakai di Indonesia tidak dilakukan uji klinik di Indonesia tetap hasilnya aman dan efektif," jelas Prof Soedjatmiko.
Menurut Prof Soedjatmiko, umumnya vaksin-vaksin tidak dipengaruhi oleh faktor ras. Namun untuk membuktikan tidak dipengaruhi ras, maka vaksin Sinovac di uji klinik selain di Indonesia juga di Brasil dengan 8.000 orang dewasa, Turki dengan subjek 13.000 orang dewasa kemudian dilanjutkan dengan Chili dan Bangladesh, masing-masing sebanyak 4.000 orang dewasa.
Kemudian, Prof Soedjatmiko juga menambahkan bahwa persetujuan edar sebuah vaksin di Indonesia itu merupakan wewenang dari BPOM bersama Komite Nasional Penilai Obat Jadi/Vaksin dengan sebelumnya melakukan kajian mendalam laporan proses dan hasil uji klinik vaksin. "Persetujuan edar harus dari BPOM dan lembaga terkait lainnya, peran WHO disini hanya mengaudit proses dan kualitas," tutup Prof Soedjatmiko.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca Selengkapnya