12 Tahun Hidup Tanpa Listrik dan Air Bersih, Kisah Satu Keluarga Ini Bikin Hati Miris
Merdeka.com - Kisah memprihatinkan dialami oleh Ansar (47), pria yang berasal dari Lingkungan Tambayako, Kelurahan Simboro, Mamuju, Sulawesi Barat. Ia tinggal bersama enam anggota keluarganya yang harus mengalami hidup yang sulit karena selama 12 tahun hidup tanpa listrik dan air bersih. Sudah belasan tahun mereka tinggal di rumah yang hanya berukuran 3x4 meter.
Kondisi Ansar dan keluarga semakin parah akibat pandemi COVID-19 yang kini merebak di Indonesia. Ia semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena tidak memiliki penghasilan dan tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Lokasi Rumah yang Sulit Dijangkau
-
Apa saja kesulitan warga Cinungku tanpa listrik? Masyarakat Kampung Cinungku mengeluhkan akses listrik yang belum bisa maksimal masuk ke kampungnya. Sehingga mereka kesulitan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Bagaimana warga Desa Cipelem bertahan hidup? Selain mengandalkan penghasilan sehari-hari, warga Desa Cipelem juga bergantung pada bantuan pemerintah. Selain itu mereka juga mencukupi kebutuhan dengan berhutang sana-sini.
-
Siapa yang tinggal di rumah nyaris roboh? Sang pemilik, Abun (63), tak bisa berbuat banyak lantaran hidup di bawah garis kemiskinan.
-
Kenapa warga Kampung Cinungku butuh listrik? Warga Cinungku menginginkan listrik untuk menunjang pekerjaan mereka. 'Keluhannya listrik, pak, belum ada di sini mah. Jadi listrik maksudnya, itu kwh-nya pada jauh. Jadi saya kerja juga nggak kuat sama mesinnya. Apalagi sama sanyo, sama mesin saya,'
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
Jarak antara tempat tinggal Ansar dengan Jalan Martadinata yang menjadi salah satu jalur utama di Kota Mamuju sebenarnya sangat dekat, hanya berjarak kurang lebih 400 meter. Namun, lokasi rumah Ansar yang berada di atas perbukitan membuatnya sulit dijangkau untuk mendapatkan aliran listrik.
Untuk sampai ke kediaman Ansar, harus melawati jalan setapak yang mendaki dan cukup curam. Maklum saja, ia membangun rumahnya tepat di atas puncak bukit, karena hanya sebidang tanah di puncak itulah yang menjadi lokasi miliknya.
12 Tahun Hidup Tanpa Listrik
Ansar mengatakan, Ia dan keluarganya sudah 12 tahun hidup dengan kondisi seperti itu. Selama ini mereka hanya menggunakan pelita berbahan bakar solar sebagai alat penerangan ketika malam tiba. Sementara untuk kebutuhan air, Ia kerap mengambil dari sumur warga."Kalau untuk air, saya biasa turun ke sumur di bawah untuk ambil, kemudian dibawa naik ke rumah, biasa juga ke sungai yang di bawah," kata Ansar saat ia menerima bantuan COVID-19 dari sejumlah warga di kediamannya, Kamis (14/5), dilansir dari liputan6.com.
Bekerja sebagai Buruh Bangunan
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Ansar bekerja sebagai buruh bangunan, sembari bercocok tanam memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya. Namun, usaha bercocok tanam yang Ia lakukan kerap gagal, karena tidak adanya sumber air yang bisa menunjang tanamannya hingga masa panen tiba."Karena lagi musim hujan, saya tanam ubi, jagung sama lombok Pak. Saya juga bantu-bantu jagakan kambingnya warga," ujar Ansar.
Tidak Lagi Bekerja Saat COVID-19
Namun, sejak merebaknya pandemi COVID-19, Ia tidak lagi bekerja. Hal ini karena tidak ada pemilik pekerjaan yang memanggil atau menggunakan tenaganya. Sehingga kini Ia hanya bergantung pada tanaman yang saat ini sedang ditunggu masa panennya.
Tidak Pernah Menerima Bantuan Pemerintah
Yang lebih memprihatinkan, ternyata selama ini, Ansar tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah, bahkan Ia tidak terdaftar dalam program BPJS Kesehatan. Masa pandemi COVID-19 saat ini, ia harusnya mendapatkan bantuan, apa lagi banyak jenis bantuan yang diberikan oleh pemerintah bagi warga yang terdampak. Namun, tidak satupun yang Ia terima."Tidak pernah Pak, barusan ini ada bantuan yang saya terima," tutur Ansar.
Terkendala KK
Kepala Lingkungan Tambayako Nawawi Muin mengatakan, selama ini Ia sudah mengetahui keberadaan Ansar beserta keluarga di wilayahnya. Namun, karena Ansar tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) Mamuju, sehingga Ia sulit mendapatkan bantuan dari pemerintah."Susah, karena kemarin KK dia itu, KK Poliwari Mandar. Jadi tidak bisa kita uruskan untuk masuk PKH dan BPJS Kesehatan," kata Nawawi.
Tidak Mendapatkan Bantuan COVID-19
Menurut Nawawi, baru pada satu tahun terakhir ini Ansar memiliki KK Mamuju, sehingga Ia mulai diusahakan dan diuruskan untuk masuk kedalam program milik pemerintah. Namun, hingga saat ini Ia tidak juga terdaftar, sehingga bantuan warga terdampak COVID-19 kembali tidak Ia terima."Saya tidak tahu kenapa di dinas sosial tidak masuk-masuk, padahal selalu saya masukkan datanya," ujar Nawawi.Tapi, Nawawi akan terus berusaha agar Ansar bisa mendapatkan apa yang sudah seharunya menjadi haknya. Utamanya masuk dalam program PKH dan BPJS Kesehatan milik pemerintah, sehingga punya sedikit jamin untuk hidup. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca Selengkapnya24 tahun mereka tidak pernah merasakan air bersih.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaKisah hidup Kuntoro alias Toro, anak PNS di lingkungan TNI AD yang kini hidup sebatang kara di rumah yang terbengkala.
Baca SelengkapnyaSejak 47 tahun yang lalu, warga setempat hanya menggunakan penerangan yang terbatas.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaKisah pilu seorang lansia bernama Guritno (70) ditemui di kawasan Kabupaten Bandung.
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca Selengkapnya