Kekerasan pada Anak di Sumut saat Pandemi Cukup Tinggi, Ini Faktor Penyebabnya
Merdeka.com - Sejak pandemi Covid-19 melanda, angka kekerasan terhadap anak cukup tinggi. Fakta ini disampaikan oleh Ketua Badan Pengurus Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) OK Syahputra Harianda pada Kamis (22/7).
Harianda menyebut, kekerasan ini sering kali dilakukan justru oleh orang-orang terdekat korban, di mana seharusnya anak mendapat perlindungan dari mereka.
Menurut data dari Sistem Informasi Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), Kementerian Pemberdayaan Perempuan periode 1 Januari-9 Juni 2021, setidaknya ada 3.314 kasus kekerasan anak yang terjadi, dengan total korban sebanyak 3.683 orang.
-
Apa ciri-ciri gangguan perilaku pada anak di Sumut? Conduct disorder adalah gangguan perilaku dan emosi yang membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan dan suka merusak benda tertentu. Selain itu, anak juga sering sulit mengikuti aturan di sekolah maupun di rumah.
-
Apa dampak kekerasan pada anak? Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak yang mengalami kekerasan lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, agresi, dan perilaku antisosial di kemudian hari.
-
Siapa yang sering melakukan kekerasan pada anak? Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka.
-
Apa yang terjadi di Sumbar? Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi memerintahkan Rumah Sakit Achmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi untuk menerima semua korban bencana yang dirujuk tanpa terkecuali.
-
Kapan kekerasan seksual paling banyak terjadi pada anak? Dalam data IDAI yang dihimpun pada periode 1 Januari hingga 27 September 2023, Meita menyebut kasus kekerasan seksual paling banyak dilaporkan oleh korban yang berusia remaja atau pada rentang usia 13-17 tahun.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
Di Sumut sendiri, hingga 4 Februari 2021, jumlah korban kekerasan terhadap anak di Kota Medan mencapai angka 154, di Kabupaten Langkat dengan 97 kasus dan Kota Padang Sidimpuan dengan 96 kasus. Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Faktor Penyebab Kekerasan Tinggi
Harianda mengatakan, angka kekerasan pada anak diprediksi akan terus bertambah seiring dengan pandemi Covid-19 yang belum mereda. Faktor penyebab kekerasan ini terjadi, diantaranya terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, banyak karyawan yang dirumahkan, daya beli menurun dan angka kemiskinan yang meningkat.Kondisi ekonomi keluarga yang menurun drastis ini sangat mempengaruhi kehidupan anak, mulai dari hak anak akan pendidikan, gizi yang cukup, kesehatan dan lain sebagainya menurun bahkan terabaikan.Akibatnya, tindak kekerasan, eksploitasi dan perlakuan salah lainnya banyak dialami anak selama pandemi.
Peran Penting Orang Tua dan Pemerintah
Dalam hal ini, peran orang tua sangat besar dalam memberikan perhatian kepada anak. Apalagi bagi anak-anak yang harus belajar daring harus didampingi. Penting untuk menyibukkan anak dengan kegiatan yang bermanfaat dalam membentuk tumbuh kembang anak.“Di sinilah tanggung jawab orangtua dituntut untuk lebih besar dalam mendidik anak. Kasih sayang, perhatian orang tua dan keluarga menjadi modal yang sangat berharga dalam mendidik anak," kata Harianda. Tak hanya orang tua, pemerintah juga memegang peran penting dalam perlindungan anak selama pandemi. "Pemerintah dan pembuat keputusan lain memegang peran kunci di dalam perlindungan anak selama pandemi Covid-19, khususnya dalam memfasilitasi, mengawasi dan mempromosikan kepentingan terbaik untuk anak-anak harus disinergikan satu sama lain. Jika keadaan ini dibiarkan, niscaya masa depan anak akan terabaikan," tambahnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Paling tinggi yang dilaporkan adalah KDRT. Kemudian di posisi kedua kasus pelecehan seksual.
Baca SelengkapnyaKPAI menyebut jumlah anak putus sekolah di Sumatera Utara (Sumut) menempati posisi kedua secara nasional.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaDari laporan 141 kasus yang diterima KPAI, 35 persen di antaranya terjadi pada satuan pendidikan
Baca SelengkapnyaBanyak pekerja yang mengalami PHK sehingga berpengaruh pada perekonomian keluarga.
Baca SelengkapnyaKawiyan memastikan, KPAI terus melakukan pendampingan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan.
Baca SelengkapnyaINFOGRAFIS: Data Mengejutkan Kasus Bunuh Diri Anak
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaTindak kejahatan seksual dengan anak sebagai korban adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaKetua KPAI Ai Maryati Solihah menyebutkan regulasi yang berkaitan dengan perlindungan anak sebetulnya sudah cukup komprehensif.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaNahar menambahkan terdapat sejumlah LPKA yang mengalami kelebihan kapasitas, salah satunya adalah LPKA Kutoarjo.
Baca Selengkapnya